"Diduga terlibat prostitusi online. Lima perempuan remaja sekolah menengah pertama digerebek polisi di sebuah rumah tua hendak menjual temannya sendiri secara paksa. Polisi kembali melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai sebuah platform ilegal yang digunakan untuk melakukan segala sistem transaksi."
Jihan bergeming di pojok ruangan. Duduk di lantai dalam posisi memeluk lutut. Tubuhnya gemetar, mendengarkan sebuah siaran berita terkait dengan kejadian kemarin.Sampai saat ini Jihan berstatus kasarnya sebagai buronan, Vely memang tidak main-main dengan ucapannya. Tidak segan menyeret namanya dan membeberkan soal bisnis itu.
"Han, jangan takut. Tenangin diri lo." Jinu langsung berjongkok untuk menyamakan tinggi posisinya dengan Jihan. Dia meraih telapak tangan cewek itu lalu menggenggamnya erat. Wajah Jinu bersungguh-sungguh, mencoba menenangkan Jihan yang semakin berada di ambang tingkat kecemasan negatif. "Gue udah berhasil reset data history pekerja. Untuk data yang lain bakal gue usahain, gue-"
"Tapi tetep aja foto gue beserta video yang diambil Vely jadi bukti kuat kalo gue terlibat!" Jihan memotong cepat dengan nada tinggi. Pembuluh darah seolah menegang di lehernya. Tidak memiliki celah untuk merasa tenang, cepat atau lambat, pada akhirnya semua akan terbongkar.Jihan semakin paranoid. Matanya bergulir gelisah ke sana kemari seolah ada yang memburunya. Jihan menggigiti bibir bawahnya, getir. Dadanya sesak, serangan panik seolah membuat jalan nafasnya sulit bahkan untuk menghirup udara dengan teratur.
Sesak, sakit, takut. Jihan benar-benar menderita dengan segala bentuk jenis emosi yang memeranginya secara kompak seperti sekarang ini.
"Jangan takut, gue bakal ada terus sama lo. Kalau pun semua udah kebongkar, kita pertanggungjawabin ini sama-sama." Jinu menahan nafas, pedih. Mendekap tubuh Jihan lalu mengusapi puncak kepala perempuan itu dengan lembut.Jihan tak mampu menjawab lagi, merapatkan bibirnya untuk meredam isak tangis yang sesekali lolos terkendali melalui kerongkongannya. Jihan tidak tahu lagi bagaimana jika Jinu tidak berada di sisinya.
Tak berselang lama, kediaman mereka dikunjungi seseorang. Jihan semakin mengeratkan pelukkannya pada Jinu lantaran pikiran negatif yang semakin menjadi. Jinu kembali menenangkan dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.
Tok! Tok!
Gedoran pintu semakin terdengar keras. Beberapa menit berlalu, mereka masih tak berani untuk membuka pintu dan memastikan siapa yang berkunjung ke tempat ini.Namun sapaan suara merdu yang cukup dikenali Jinu yang akhirnya terdengar, mereka sontak menghela nafas lega.
“Kak Ji, buka. Ini Dissy.”
Jinu bangkit dari posisinya begitu pun Jinu. Saat pintu dibuka, mereka seperti ditimpa benda langit sebesar tong air, Dissy tidak datang sendiri melainkan bersama dengan seorang wanita yang sejak awal mereka hindari.
“Ma-maaf ... “ Dissy berkata dengan nafas tercekat. Menunduk tak mampu menatap akibat rasa bersalah. “Maaf Kak Ji. Mama ngancem bakal gak segan ngelakuin hal buruk ke kalian berdua kalo Issy gak mau ngasih tau tempat persembunyian ini.”
Jinu mengabaikan adiknya. Pandangan tajam jelas tertuju dengan wanita yang melahirkannya itu. Miya menerobos masuk meski tidak dipersilakan. Memandang ruangan kecil dan sempit itu seksama.
“Oh, jadi ini tempat tinggal kalian berdua.” Miya mencemooh. Tak berhenti mengedarkan pandangan tiap objek di rumah ini yang serba sederhana. “Hebat, ya. Seumuran kalian udah bisa punya tempat tinggal bareng ngalahin orang berumah tangga, loh.”
“Ngapain Mama ke sini?” Jinu tak berniat berbasa-basi. Meluruskan pandangan tegas, gelagatnya terang-terangan mengusir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take your Partner [Complete]√
Novela JuvenilJihan tidak pernah menyangka, akan melibatkan teman sekelasnya sendiri pada bisnis penipuan berkedok prostitusi yang menjadi satu-satunya sumber nafkahnya saat itu. Belum lagi, kemunculan anak baru semakin mengusik ketenangannya dalam menjalankan b...