F

10.1K 912 271
                                    

Selamat siang, sedikit saja yaaa biar ga kangen sama Juragan Kareem...

Kalau ada typo abaykan karena panasnya hot jeletot bikin ga konsen, padahal udah minum air segalon tapi tetep saja gagal fokus.

Tetap jaga kesehatan... Happy riding...

🐄🐄🐄🐄🐄🐄🐄🐄🐄🐄🐄🐄🐄🐄🐄🐄

Mau saya pijitin, bang?" Retno duduk disamping Juragan Kareem yang sedang meluruskan kakinya sambil bersandar di kepala tempat tidur. Hari ini mereka semua kelelahan setelah mengelilingi peternakan sapi Kareem. Nadya dan Ibnu bahkan tidak keluar dari kamar setelah mereka kembali. Juragan Kareem sampai meminta makanan diantar ke paviliun miliknya. Meski tidak berjalan kaki tapi perjalanan mengelilingi peternakan cukup melelahkan.

"Adek capek juga pastinya. Besok jadi pulang kan dek?"

"Jadi bang." Retno memijat kaki Juragan Kareem dengan lembut, membuat lelaki itu memejamkan matanya menikmati pijatan sang istri. 

"Besok abang antar, mobilmu tinggal disini saja. Bagaimana rencanamu selanjutnya?"

"Kalau abang mengijinkan, aku tetap tinggal dikontrakanku bang. Akhir pekan aku pulang kemari. Tapi semua aku serahkan ke abang. Bang Kareem kan suami aku sekarang, jadi aku akan nurut semua perkataan dan permintaan abang."

"Abang mau lihat kontrakan adek dulu. Adek besok langsung ke kampus?"

"iya siang, tapi tidak lama hanya membereskan beberapa hal kecil."

"Abang antar, nanti kalau sudah selesai kabari abang biar abang jemput."

" Iya bang." Kareem meraih tangan Retno yang masih memijat kakinya dan membawa istrinya itu kedalam pelukannya. Ia segera melucuti pakaian Retno dan kembali meminta jatahnya. Sepertinya Kareem tidak akan puas jika dirinya hanya dipijit, ia begitu ketagihan dengan servis sang istri yang mulai menunjukkan peningkatan. Tak butuh waktu lama keduanya berpacu dalam gairah yang terus berkobar membakar habis seluruh sisa tenaga yang ada. Kareem benar-benar tidak memberi jeda pada Retno untuk berisitirahat karena lelaki itu terus menggempurnya dari segala sisi. Ia tidak tahu kapan bisa meminta jatahnya lagi, ia belum tahu jadwal Retno di kampus. Selagi ada kesempatan ia ingin memanfaatkannya sebaik mungkin.

Pagi hari sekali Retno sudah bersiap kembali ke kontrakannya dengan diantar Kareem dan pak Min. Nadya sengaja duduk didepan menemani pak Min sementara Kareem duduk dibelakang sambil bermanja-manja pada istrinya. Ia sama sekali tidak ingin melewatkan saat-saat menjadi lintah pada istrinya. Bukan hanya menempel pada retno, Kareem juga menghisap seperti lintah. Bahkan Kareem sengaja memberikan kissmark  di bagian belakang leher Retno. Hanya untuk menandai bahwa Retno sudah ada yang punya biar Prof Nourman atau Roy atau siapapun yang sedang mengincar istrinya tahu kalau Retno Kinanthi sudah taken sama juragan sapi. Perlahan Kareem memasangkan sebuah kalung bermata berlian biru pada sang istri. Sapinya saja diberi kalung sebagai tanda kepemilikan masa pemilik sapi tidak memberi kalung pada nyonya juragan, apa kata sapi-sapinya nanti.

"Abang..." Retno terkejut dengan kalung yang melingkar dilehernya. Melalui pantulan di kaca mobil dia bisa melihat seberapa berkilaunya kalung yang dia pakai saat ini.

"Jangan dilepas. Ini hadiah dari Abang untuk istri abang yang cantik." Kareem mengecup bibir Retno, sengaja tidak melumatnya karena takut riasan istrinya berantakan, meski dia yakin retno tidak keberatan.

"Tapi ini sangat mewah bang. Apa kata mahasiswaku nanti?"

"Tidak ada yang mewah untuk istri Juragan Kareem, kalau hanya ini masih terhitung kecil dibanding kalung sapi-sapi Abang. Abang sengaja memilih yang kecil karena abang tahu adek pasti akan menolak kalau Abang kasih yang besar."

Retno (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang