Q

4.8K 561 25
                                    

"Abah, lain kali kalau ingin bercinta lihat tempat." Ibnu dan Kareem duduk dimeja makan sambil menikmati martabak yang dibawa sang anak.

"Kamu lain kali kalau mau masuk rumah ketuk pintu dulu jangan langsung masuk. Untung Abah dan ibumu sudah selesai olah jiwa dan raga, kalau kamu lihat Abah dan ibu live show bisa ileran kamu." Ibnu menghela nafas, ia merasa percuma menasehati sang ayah yang tingkat kecabulannya meningkat drastis setelah menikah.  Ia terkejut saat membuka pintu depan dan mendapati pakaian dalam ayah dan ibunya berserakan didepan pintu. Untung saja dirinya datang setelah live show selesai coba dirinya datang sebelum live show selesai mau ditaruh dimana mukanya yang ganteng itu. Ia pasti akan sangat malu pada ibunya. Kalau Abahnya jangan ditanya, muka sang Abah ini terlalu tebal hingga tidak akan merasa malu kalau terpergok berbuat mesum. Bisa bisa Abahnya kian semangat menunjukkan adegan mesumnya, seolah ingin membuktikan bahwa usia boleh lanjut tapi stamina tak kalah dengan remaja baru dapat mimpi basah. Banjir lah pokoknya itu sarung apa seprai tempat tidur.

"Ada apa kamu pulang?"

"Abah harusnya senang anak pulang. Abah ngga kangen sama Ibnu? Ibnu saja kangen sama Abah dan ibu. Kangen masakan ibu."

"Abah senang kamu pulang tapi Abah lebih senang kamu tidak pulang. Kalian kalau pulang mengganggu acara honeymoon Abah dan ibu saja."

"Astaga Abah! Kalian sudah menikah dua tahun masa honeymoon terus menerus? Apa ngga bosan?"

"Makanya kamu cepetan nikah biar tahu enaknya surga dunia. Yang begitu itu ngga ada bosannya, nanti kamu Abah turunkan ilmu menggapai surga dunia. Nanti Abah wariskan flashdisk ya, bisa dilihat di mana saja dan kapan saja. Untuk kostumnya nanti Abah kasih contacts person pemilik tokonya. Lengkap, banyak pilihan dan pembayarannya bisa dicicil. Kamu mau cosplay apa saja bisa dan ada."

"Abah mau ikut karnaval? Mumpung sebentar lagi tujuh belasan? Disana menyewakan costume babi ngepet ngga, mumpung Ibnu butuh uang ini buat bayar cicilan mobil?" Kareem memukul lengan sang anak.

"Ini bukan costume seperti itu! Kamu butuh berapa, Abah transfer asal malam ini juga kamu pulang."

"Abah benar-benar ngusir Ibnu? Tega amat sama anak sendiri. Ini sudah malam Abah."

"Yang bilang ini siang siapa? Ya sudah malam ini kamu boleh nginep disini. Besok pagi-pagi kamu pulang."

"Kenapa buru-buru nyuruh Ibnu pulang sih bah? Abah merencanakan apa sama ibu?"

"Abang..."Kareem hendak membuka mulut saat didengarnya panggilan dari Retno. Lelaki itu segera bangkit dan mencuci tangannya di wastafel.

"Iya dek, Abang datang." Kareem bergegas menemui sang istri.

"Nanti Abah transfer, tapi besok lagi cepetan out dari rumah Abah." Setelah mengatakan semua itu Kareem masuk kedalam kamar. Semua tingkah lakunya tidak luput dari pengamatan Ibnu.

"Dasar bucin!" Lirih Ibnu. Ia segera membersihkan sisa -sisa makan dirinya dan sang ayah sebelum beranjak masuk kedalam kamarnya. Ibnu memasang earphone ya dan segera memejamkan mata.  Abahnya itu kalau bercinta suka berisik, makanya dia memilih tinggal terpisah dari kedua orang tuanya karena ingin memberi privasi pada sang ayah dan ibunya.

"Abang kemana?" Retno bertanya saat Kareem masuk kedalam kamar dan menguncinya. Mata Retno yang terlihat yang mengantuk membuat gairah Kareem yang sudah padam tersulut kembali. Kareem mengusap wajahnya, istrinya begitu menggoda, andai saja tak ingat kalau istrinya juga manusia yang butuh istirahat tentu Kareem akan menyerang istrinya kembali. Salahkan libidonya yang mudah terpancing, perlahan Kareem duduk ditepi pembaringan.

"Dari dapur, ada Ibnu datang. Adek kenapa bangun?"

"Haus." Kareem bergegas mengambilkan sang istri air minum dan membantu Retno minum. Istrinya itu terlihat sexy dengan tubuh telanjang dan rambut berantakan. Selimut yang dia pakaikan tadi melorot hingga ke pinggang sang istri. Belum lagi leher jenjang sang istri yang menampakkan bekas percintaan mereka, entah kenapa semua pemandangan itu membuatnya menelan ludah. Kedua bukit kembar sang istri juga sudah mengeras pucuknya. Milik Kareem bereaksi, senjatanya mengacung tegak di balik sarung hingga membentuk tenda.  Kareem berusaha menahan gairahnya. Ia tidak ingin Retno ketakutan karena dirinya yang maniak sex. Seolah tidak menyadari sang suami yang dilanda kabut gairah Retno kembali bertanya dengan nada serak khas bangun tidur yang justru semakin terdengar sexy ditelinga Kareem.

Retno (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang