H

9K 891 31
                                    

Retno bangun dengan perasaan bahagia, hubungannya dengan Juragan Kareem sudah membaik, mereka bertengkar tetapi kemudian mesra-mesraan lagi. Hidup berumah tangga memang seperti itu kan tidak mungkin akan tertawa selamanya, ada saatnya marah dan bersedih tapi percayalah semua itu proses untuk saling mengeratkan satu sama lain. Yang membuat Retno semakin bahagia adalah pernyataan cinta sang juragan padanya, lelaki itu meski sudah berumur tapi tidak malu atau ragu untuk mengungkapkan perasaannya. Bahkan semalam perdamaian keduanya ditutup oleh percintaan panas dua babak tanpa jeda dengan sedikit perpanjangan waktu. Kareem benar-benar perkasa meski usianya tidak muda lagi. 

Hari ini sengaja Retno memasak masakan kegemaran Kareem, ia pandai memasak, kemampuan yang didapat sewaktu dirinya hidup di panti asuhan. Namun karena tinggal sendiri Retno memilih cara praktis, ia membeli dari pada memasak karena tidak ada yang makan. Namun kini sejak menikah dengan Juragan Kareem dirinya kembali ke dapur, meski suaminya itu kerap melarang dirinya memasak tapi Retno berhasil membujuk suaminya kalau apa yang dilakukannya itu semata-mata untuk membahagiakan suami dan anak-anak mereka.

"Masak agak banyak ya dek, rencananya Ibnu dan Farihaa akan kemari."

"Lho Farihaa libur sekolah bang?"

"Iya tiga hari entah ada acara apa disekolahnya, jadi dia kemari sama Ibnu."

"Berarti nanti abang tidur di sofa ya, biar nanti Farihaa tidur sama aku."

"Siapa bilang Farihaa mau nginep disini, biar dia nginep dirumah Ibnu saja. Nanti abang sakit pinggang kalau tidur di sofa. Kalau abang sakit, adek nanti repot."

"Memangnya tidak apa-apa bang Farihaa tidur ditempat Ibnu? Tempat Ibnu kan banyak anak lelaki bang. Abang tidak khawatir? lebih baik Farihaa tidur disini saja."

"Abang lebih khawatir kalau Farihaa nginep disini dek."

"Loh kenapa?"

"Farihaa bisa mengganggu aktivitas bulan madu kita, sayang. Abang ngga mau ya jatah abang berkurang, bisa rugi abang kalau jatah abang berkurang."

"Ya Ampun abang, kan kita masih punya banyak waktu dan kesempatan. Jatah abang ngga mungkin berkurang yang ada lebih malah. Setiap malam abang selalu minta nambah kan?"

"Ngga ngga ngga, abang tetap tidak setuju Farihaa disini, Pak Min saja abang suruh nginep ditempat Ibnu kok adek malah ngundang Farihaa nginep disini." Retno menghela nafas melihat sikap kekanakan suaminya. Dengan wajah cemberut Juragan Kareem mengambil tempe goreng tepung dan dicocol dengan sambal bangkok. Ia mengabaikan usulan Retno, mereka baru seminggu nikah, masih panas-panasnya untuk mengexplor gaya dan tempat bercinta, bahkan praktek ajaran sesat seniornya di grup mantab-mantan pejantan tangguh saja belum khatam kok ini malah di break, ngadi-ngadi saja istrinya ini.

"Jangan banyak-banyak sambalnya bang, nanti sakit perut."

"Kalau abang sakit kan ada kamu yang merawat abang, dek."

"Ya sudah, terserah abang saja." Retno melanjutkan aktivitas memasaknya. Meski begitu keduanya berbincang apa saja, mulai dari sapi-sapi juragan Kareem, mahasiswa Retno dan kegiatan yang akan dilakukan Retno, sambil tak henti-hentinya Kareem mencicipi semua masakan Retno yang sudah matang. Di akui masakan istrinya enak, tapi Kareem lebih senang Retno melayaninya di tempat tidur saja. Rasanya tidak puas jika hanya pelepasan sekali, untung saja stamina Retno bagus jadi bisa mengendalikan nafsu liarnya. Setelah sekian lama puasa akhirnya dirinya kembali merasakan indahnya surga dunia.

Ibnu, Farihaa dan Pak Min datang bertepatan dengan masakan Retno yang sudah matang. Setelah membersihkan diri Ibnu dan Farihaa bergabung bersama Abah dan ibunya.

"Ibu ke kampus?"

"Iya. kamu juga?"

"Iya nanti ada bimbingan dengan prof Nourman."

Retno (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang