N.

5.8K 683 98
                                    

"Kareem." Seseorang menyapa Kareem saat lelaki itu baru keluar dari toko hewan. Kareem celingak celinguk mencari siapa yang menyapanya, ia tahu didepannya berdiri sosok wanita cantik body aduhai sedang tersenyum manis padanya.

"Kareem, ini aku Rina. Mantan kamu saat SMU. Kita ketemu di reuni sebulan yang lalu."

"Min! Min!" Pak Min bergegas menghampiri sang juragan.

"Iya Juragan ada apa?"

"Kamu kan sudah lama ikut saya. Kamu ingat ibu ini tidak? Saya itu kalau bertemu wanita cantik suka lupa siapa dia, hanya dua wanita cantik yang saya ingat, istri saya sama anak perempuan saya." Kareem menunjuk kearah Rina. Wanita itu sedikit salah tingkah melihat Kareem tidak mengenalnya, padahal di acara reuni kemarin mereka sempat bicara walau sebentar. Tak ingin kesempatannya pergi begitu saja, Rina membuka dompetnya, untung saja Rina menyimpan fotonya waktu masih SMU, ditunjukkannya foto itu pada Kareem. Lelaki itu hanya menggeleng.

"Ibu ini sering datang ke kantor untuk kirim makanan, juragan. Beliau teman SMU juragan." Pak Min mencoba membantu mengingatkan.

"Dia punya usaha catering? Tapi saya kok lupa ya Min. Maklum kalau sudah mantan biasanya langsung saya buang ke tempat sampah, pantang dipungut lagi."

"Kalau mantan istri?"

"Sudah saya kubur, dipemakaman umum." Rina sedikit kesal dengan jawaban Kareem, tapi wanita itu berusaha menahan diri. Kareem ini calon potensial, mendapatkannya susah tapi hasilnya jelas kakap, jadi dia tidak akan menyerah dengan mudah.

"Bagaimana kalau kita minum kopi, saya traktir, sudah lama kita tidak bicara."

"Maaf bu Rina, tapi saya sudah diingatkan anak saya, agar jangan menerima ajakan minum kopi sembarangan. Teman saja bisa disianida apalagi hanya mantan, siapa tahu kamu masih dendam sama saya jadi membalasnya sekarang."

"Kamu tidak berubah, Kareem. Ini yang saya suka dari kamu. Tetap humoris, tapi saya tidak mungkin melakukan itu kan. Sebenarnya saya butuh bantuan kamu. Kalau kamu takut minum kopi berdua dengan saya, kamu bisa ajak dia. Siapa? sopirmu? atau pembantumu?"

"Maaf Bu Rina, saya masih sayang nyawa saya. Saya harus menjemput istri saya. Terlambat sedikit bisa habis masa depan saya ditangannya." Kareem bergegas pergi, tapi tangannya ditahan oleh Rina.

"Tolong bantu saya, hanya kamu yang bisa bantu saya." Ada nada memelas dalam suara yang dikeluarkan Rina. Wanita itu menatap Kareem dengan berkaca-kaca. Biasanya lelaki akan takluk jika melihat air mata wanita kan. 

"Anggap kamu menolong teman lama, ingat kan saya dulu sering membuatkan makanan untuk kamu saat kamu minggat dari rumah. Tolong saya Kareem." Rina menangis, KAreem kebingungan, beberapa orang memperhatikan mereka. Apalagi Rina masih keukeuh memegang tangan Kareem.

"Kamu hitung saja berapa biaya makanan yang kamu buatkan untuk saya, nanti kamu tagihkan ke asisten saya. Maaf saya harus pergi."

"Kareem, tolong saya. Hanya kamu yang bisa menolong saya." Rina semakin mengeratkan pegangannya di lengan Kareem. Wanita itu bahkan terisak.

"Bu Rina, tolong lepaskan tangan juragan saya. Ibu membuat kita jadi tontonan." Pak Min berusaha membantu majikannya yang terlihat resah. Beberapa orang bahkan melihat kejadian itu dan memvidiokannya. 

"Loh, Kareem, ada apa ini? Siapa dia?"

"Pak Gun, Bu Gun. Syukurlah, saya bisa minta tolong?" Kareem bernafas lega saat melihat sahabatnya. Ia sudah tidak betah berada di dekat mantan kekasihnya itu. Kalau sampai istrinya tahu, bisa-bisa tamat riwayatnya.

"Kenapa?"

"Begini pak Gun, teman saya ini butuh pertolongan, tapi saya masih belum tahu apa, saat ini saya harus menjemput dek Retno, kalau tidak istri saya itu bisa marah, cilaka kalau sampai dek Retno marah, masa depan suram.  Kalau pak Gun tidak keberatan, tolong saya menolong teman saya ini."

Retno (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang