W

6.1K 643 71
                                    

Kareem mengantar sang istri ke toko buku. Meski dirinya tidak suka membaca tapi dirinya tidak keberatan harus menunggu sang istri berjam-jam di toko buku. Kareem sesayang itu dengan istrinya hingga rela menghabiskan waktu ditempat yang dirinya tidak suka. Memandangi wajah istrinya yang serius membaca satu persatu buku-buku yang akan dibelinya menjadi kesenangan tersendiri untuknya. Istrinya itu terlihat cantik berkali-kali lipat membuatnya ingin mengurung sang istri dirumah saja. Retno melihat Kareem dan tersenyum saat melihat sang suami yang juga tersenyum padanya seraya membawa keranjang berisi buku-buku yang sudah dibelinya.

"Ayo bang." Retno menggamit lengan sang suami dan bergelayut manja disana.

"Sudah semua yang mau adek beli."

"Sudah."

"Buku tentang cerita yang banyak adegan sexnya ada tidak?"

"Ada, abang mau beli?" Kareem menggeleng, lalu berbisik pada sang istri.

"Abang mau langsung praktek saja." Retno terkikik geli seraya mencubit lengan kareem. Lelaki itu menggusak rambut Retno dengan gemas. Keduanya bercanda hingga tidak menyadari seseorang memperhatikan mereka. Kareem membayarkan semua tagihan Retno lalu membimbing sang istri keluar  dari toko buku. Mereka baru saja tiba di tempat parkir saat seorang menabrak Retno dari samping.

"Hei, kalau jalan pakai matanya!" Penabrak itu berhenti dan melihat Retno dengan seksama.

"Retno." Sapanya, lelaki yang ternyata adalah Roy melihat retno dengan seksama.

"Kamu!" Kareem berseru tidak percaya. Bagaimana bisa Roy bisa muncul dihadapannya padahal seharusnya lelaki itu menghilang dari peradaban. Seharusnya dirinya tidak mempercayai pengacara Pak Gunadi. Lelaki itu tidak bisa menghilangkan Roy. Harusnya dirinya minta bantuan Brama. Trauma saja bisa dihilangkan, pasti orang juga bisa dihapus dari pandangannya.

"Kamu sengaja menguntit kami!" Kareem terlihat kesal Roy menatap istrinya dengan tatapan berbeda. Sudah jelas ada maksud tersembunyi dari tatapan Roy. Bukan tatapan mesum tapi Kareem dapat melihat Roy menginginkan Retno seperti dirinya yang ingin mengikat retno selamanya. Jangan salahkan Kareem yang jadi pemilik hati, jiwa dan raga Retno. Salahkan Roy yang tidak setia dan menuruti hawa nafsunya. Kadang rumput tetangga itu memang terlihat lebih hijau padahal kalau dipegang semua itu palsu belaka.

"Abang sudah." Retno berusaha menenangkan Kareem yang tersulut emosi. Jangan sampai suaminya berkelahi lagi. Kalau masih bocah tidak apa-apa sering berkelahi. Kalau luka cepat recoverynya kalau salah urat langsung bisa di pijat lah kalau bapak bocah yang patah tulang, bisa langsung amputasi. Retno tersenyum kearah Roy, berusaha bersikap ramah agar lelaki yang ada dihadapannya ini tidak ikut terpancing."

"Maafkan suami saya. Apa kita saling kenal?" Baik Roy maupun Kareem melihat kearah Retno dengan tatapan yang berbeda.

"Aku Roy. Kamu tidak kenal aku?" Retno manatap Roy dengan seksama mencoba mengingat-ingat lelaki dihadapannya. Tapi sekeras dirinya mengingat ia sama sekali tidak ingat. Dalam hati Kareem bersorak gembira, istrinya melupakan Roy si pangkhianat. Brama temannya memang sakti. Roy si pengkhianat kena mental, dilupakan mantan terindah.

"Maaf, mas siapa, kita kenal dimana?" Roy membelalak tidak percaya dan Kareem benar-benat tertawa di atas penderitaan Roy. Yang begini yang Kareem suka dari Brama, tanpa banyak kata langsung beres.

"Ayo dek, kita pulang, jangan ditanggapi orang tidak jelas macam dia." Retno menurut, lebih baik segera menyingkir sebelum terjadi pertumpahan keringat karena suaminya dan Roy saling adu kekuatan. Retno menganggukkan kepalanya berpamitan dengan Roy. Lelaki itu tidak terima Retno melupakannya dalam sekejab, padahal baru beberapa waktu lalu dirinya mencium Retno, masa wanita itu langsung amnesia. Roy menarik lengan Retno membuat wanita itu memekik kaget.

Retno (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang