Kareem tersadar dari pingsannya tak lama kemudian. Lelaki itu memandang sekeliling dan segera teringat sesuatu. Istrinya melahirkan dan bayi mereka, ia belum sempat melihat bayi mereka.
"Abah mau kemana?"
"Ibumu, bagaimana ibumu?"
"Ibu masih di ruang recovery. Dokter Kama masih memantau keadaan ibu pasca operasi."
"Adikmu?"
"Di inkubator-"
"Antar abah ke tempat ibumu."
"Abah janji jangan pingsan disana ya. Abah itu kalau mau pingsan cari tempat yang pas. Badan abah besar dan berat, susah mengangkatnya." Kareem melotot pada putranya.
"Ayo cepat! Ngapain kamu ngoceh sembarangan. Abah mau melihat ibumu." Kareem menyeret lengan Ibnu. Lelaki itu mengikuti Kareem dengan langkah biasa saja.
"Ayo cepat!"
"Mau cepat kemana, ibu sedang tidur. Abah kesana juga percuma."
"Abah itu mengkhawatirkan ibumu."
"Kalau abah khawatir dengan ibu, abah harus jaga ibu. Jangan menyakiti ibu terus. Kehilangan ibu baru tahu rasa."
"Kamu nyumpahin abah? Mau jadi anak durhaka?"
"Ibnu mengingatkan abah. Berapa kali abah menyakiti ibu hingga masuk rumah sakit. Kalau punya nafsu ditahan, punya emosi dikendalikan, bukan malah diumbar-umbar seperti sapi gila. Untung-untung ibu masih mau sama abah. Kalau setelah ini ibu minta cerai sama abah, ibnu dukung ibu seratus persen."
"Eeehhh... jangan ngomong sembarangan kamu. Ngga ada ceritanya Kareem Al Farizi cerai dengan Retno Kinanthi. Kami ini pasangan sehidup semati dunia akhirat, seperti tokoh siapa itu?"
"Beuty and the beast. Ibu beautynya abah beast nya."
"Benar-benar kamu ya Ibnu! Kurang ajar kamu sama abah."
"Sudah sampai. Ikuti petunjuk perawat, jangan seenaknya sendiri. Jangan membahayakan nyawa ibu. Ganti pakaian dulu biar steril."
"Abah malu, masa ia abah bugil, abah kan ga bawa baju ganti Ibnu. Abah ngga keberatan telanjang depan ibumu, abah rasa ibumu juga ngga keberatan melihat abah-"
"Sus, ini ayah saya mau menengok ibu saya." Ibnu mendorong ayahnya kepada perawat yang sedang berjaga. Ia sudah sangat kesal dengan kelakuan abahnya. Kareem hanya melotot melihat kelakuan putranya yang semena-mena.
"Mari pak ganti bajunya."
"Saya ngga bawa baju sus, saya boleh telanjang saja?"
"Ada baju yang disediakan pihak rumah sakit pak." Kareem meringis, merasa malu pada suster yang bersikap biasa saja padahal dirinya sudah pede mau pamer perut roti bluder pada sang perawat. Kareem masuk dan melihat Retno terbaring dengan mata tertutup. Lelaki itu mendekati sang istri, duduk disebelah Retno setelah mencium kening sang istri. Cukup lama Kareem mencium kening Retno hingga dahi Retno basah oleh air mata keharuan dari Kareem.
"Terima kasih, terima kasih, sayangku. Terima kasih tetap bertahan untuk abang. Abang berjanji akan menjaga dan membahagiakan adek." Kareem menciumi seluruh wajah Retno. Setelah itu lelaki itu duduk sambil tetap menggenggam tangan Retno.
"A-bang." Suara lirih Retno menyadarkan lamunan Kareem. Lelaki itu bisa melihat Retno membuka kedua kelopak matanya.
"Adek sudah bangun? Abang panggil dokter, sebentar ya." Retno menahan tangan Kareem.
"Temani adek." Kareem menurut dan kembali duduk disebelah sang istri. Retno memegang wajah suaminya dan membelainya. Kareem meraih tangan sang istri dan mengecupnya. Tidak banyak kata diantara keduanya. Cukup sentuhan dan tatapan mata penuh kerinduan dan cinta tergambar di wajah keduanya. Kareem kembali mengecup telapak tangan Retno, berulang kali dirinya mengucap syukur pada Yang Maha Kuasa karena sang istri tetap menemaninya hingga saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Retno (End)
RomanceRetno gagal menikah karena calon suaminya menghamili salah satu mahasiswinya. Kareem nyaris gagal menikah saat calon istrinya kabur setelah mendengar Kareem bangkrut. Bagaimana jika keduanya bertemu di waktu yang tidak terduga???