U

5.3K 691 147
                                    

Kareem, Brama dan Gunadi berjalan menyusuri koridor rumah sakit ala model majalah Trubus. Ketiganya menunjukkan aura yang berbeda. Setiap orang yang berpapasan atau melihat akan terpesona dengan kharisma ketiganya.

"Tuanya saja tampan, bagaimana mudanya pasti banyak wanita yang antri jadi istrinya."

"Kira-kira mereka punya anak lelaki tidak ya, mau dong dijadikan menantu."

"Yang seperti Arab itu meski wajahnya bonyok tetap keren. Mana hidungnya kaya prosotan anak TK, mancung bener."

Kareem tersenyum mendengar beberapa orang memuji mereka. Brama hanya memasang wajah datar dan Gunadi memasang wajah songongnya. Beberapa tenaga medis menyapa Gunadi dan Brama yang dibalas dengan senyuman atau anggukan kepala. Siapa yang tidak kenal Gunadi Dharmahadi ayah dokter kandungan paling tampan dan cool sedunia medis. Anaknya saja bikin wanita cakar-cakaran apalagi bapaknya, bisa buat suster ngesot jadi suster berdiri. Jangan lupakan kharisma seorang Brama Tejokusumo, aksi heroiknya menyelamatkan orang-orang yang terkena amukan pasien depresi masih tersimpan dalam memori hape dan memori orang-orang yang terlibat didalamnya. Pakai celana Levis saja dirinya bisa menang apalagi pakai celana dalam, bisa mimisan gadis-gadis lihat penampakannya, Suparman lewat didepannya dengan membungkukkan badan. Maklum Suparman salah satu abdi dalem Brama bukan Superman yang dari planet krypton.

"Kenapa harus kamu ngintip dulu, bukannya langsung masuk saja?"

"Retno bisa ngamuk kalau lihat saya, Pak Gun. Saya baru bisa masuk kalau Retno tidur."

"Bagaimana mau sayang sayangan kalau kamu ketemu sama Retno saat dia tidur? Harusnya hadapi Retno apapun kondisinya. Kamu kan suaminya masa begitu aja harus saya kasih tahu. Ayo masuk, kalau Retno mengamuk, tanggung resikonya. Kamu kan yang buat dia seperti ini. Tunjukkan pada Retno kamu mencintainya, menyayanginya. Kasih sayang yang tulus pasti bisa dirasakan oleh istrimu. Saya banyak bergaul sama udang, tapi otak saya tidak berubah jadi otak udang. Kamu kebanyakan bergaul sama sapi akhirnya otak sapimu yang jalan." Gunadi menarik paksa Kareem. Baru akan membuka pintu ruang rawat Retno, pintu terbuka dari dalam. Baik Gunadi dan Prof Nourman sama-sama terkejut.

"Gunadi! Kamu Gunadi Dharmahadi kan?"

"Heh ndak usah teriak histeris begitu. Iya saya Gunadi, kamu kenal saya? Wajar sih ya kalau banyak yang kenal saya. Orang ganteng memang mudah dikenali."

"Wah kamu ternyata tidak berubah. Puluhan tahun tidak bertemu masih tetap sombong sang songong."

"Heh pak tua, sombong itu perlu biar tidak diremehkan orang. Asal sombongnya sesuai dengan keadaan pribadinya, bukan hanya tong kosong nyaring bunyinya. Sik sik kowe sopo? Berasa kenal tapi dimana ya, wajahmu itu pasaran soale."

"Nourman, Gun. Teman baikmu yang suka ngasih kamu contekan waktu sekolah."

"Wah, Nourman sing rangking siji terus? Sing disik sering mbolosan? Sing anak e tukang listrik?"

"PLN Gun. Kamu ada apa perlu apa disini? Kamu kenal Kareem juga?"

"Kenal, Kareem temanku. Ini mau jenguk istrinya. Kenalkan, Man, ini Brama Tejokusumo."

"Tejokusumo? pemilik Agrofood kan? Siapanya pak Haryo?"

"Haryo anak saya." Ketiga lelaki itu saling berjabat tangan, dan berbincang sebentar sambil menyombongkan diri masing-masing.

"Jadi kamu orang tua angkat Retno, Man?"

"Iya. Kasihan anak itu, hidupnya sudah susah sejak lama. Kejadian yang terakhir membuat saya benar-benar marah. Salah saya tidak bercerita dengan Pak Kareem masa lalu Retno, hingga dia jadi seperti ini. Saya belum buat perhitungan pada Roy-"

Retno (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang