V

5.5K 620 32
                                    

Kareem menuntun Retno memasuki rumah mereka dengan perlahan. Retno sendiri sampai heran dengan kelakuan sang suami yang memperlakukan dirinya seperti seorang ratu sekaligus anak kecil. Bagaimana tidak, Kareem memaksa untuk menggendong dirinya dan saat Retno menolak Kareem menuntunnya seperti seorang ayah yang takut anaknya terlepas dari pengawasan.  Kareem memutuskan mengajak Retno ke peternakan untuk menghirup udara segar. Retno tidak menolak karena ia merasa butuh istirahat. Beberapa hari dirumah sakit membuatnya bosan dan pegal-pegal. Entah apa yang terjadi padanya sampai masuk rumah sakit. Ia sendiri tidak ingat kenapa harus sampai dirawat dirumah sakit. Saat bertanya pada Kareem suaminya itu bilang  kalau dirinya kelelahan akibat percintaan marathon. Retno mencoba mengingat tapi tidak ingat. Kareem suka bercinta tapi tidak pernah sampai marathon juga, kalau marathon nonton drama Korea dia pernah. Karena tidak mendapat jawaban yang melegakan hatinya Retno tidak mempermasalahkan lagi kenapa dirinya masuk rumah sakit, toh sekarang dirinya dinyatakan sehat dan bisa pulang.

Kalau dipikir-pikir seharusnya yang masuk rumah sakit itu Kareem bukan dirinya. Lihat saja penampilan suaminya sudah mirip buronan densus, brewok, kumis dan cambang tumbuh dimana-mana, belum lagi luka dan lebam diwajahnya menambah seram wajah Kareem yang biasanya imut menggemaskan. Untuk yang terakhir hanya dirinya yang beranggapan Kareem itu imut dan menggemaskan. Entah darimana Kareem mendapatkan luka dan lebam itu, karena setiap ditanya suaminya selalu bilang kalau dia diseruduk sapi. Yang Retno herankan kenapa tubuh Kareem baik-baik saja, hanya wajahnya saja yang berantakan, apa suaminya itu sengaja adu wajah dengan sapi? Retno memijit pelipisnya, ia merasa ada sesuatu yang terjadi tapi dirinya tidak tahu apa itu.

"Kenapa dek? Pusing?" Satu-satunya teori yang bisa diterima Retno adalah Kareem memang diseruduk sapi. Kalau tidak, tidak mungkin Kareem jadi sosok yang sangat peka dan perhatian. Hingga Retno merasa overdosis dengan perhatian Kareem seperti saat ini.

"Ngga apa-apa, bang."

"Adek memijit pelipis, biasanya orang yang pusing memijit pelipis. Biasanya juga wanita kalau bilang ngga apa-apa, pasti ada apa-apa cuma meminta kami lelaki untuk peka. Masalahnya kami lelaki itu tidak bisa membaca pikiran, jadi mau peka bagaimana kalau apa yang ada dipikiran wanita tidak tahu. Harusnya kalian wanita itu bilang mau apa, ingin apa, jangan pakai kode-kode yang ngga bisa kami pecahkan. Otak pas-pasan sok sok-an mikir bisa langsung struk Abang."

"Beneran tidak apa-apa, Abang sayang."

"Adek mau Abang cium?" Satu lagi kebiasaan baru Kareem suka sekali menciumnya. Sudah seperti soang yang sosor sana sosor sini. Kalau Kareem tidak brewokan mungkin Retno tidak masalah. Ini wajah suaminya sudah seperti hutan semak belukar, sakit wajahnya kena gesekan.

"Abang cukuran dulu deh. Sekalian cuci otak Abang biar ngga mikir mesum terus."

"Nanti Abang cukuran, jadi bisa mulus lagi kaya pantat bayi. Jangan dicuci lah dek otak Abang ini udah setelannya dari sana, kalau dicuci nanti konslet. Adek yang susah nanti, ngga bisa goyang envolver ala Anitta." Retno hanya meringis, lupakan idenya untuk mencuci otak Kareem, bukannya tambah benar bisa tambah konslet, ujung-ujungnya dia sendiri yang susah. Kareem membawa Retno ke kamar mereka. Membantunya duduk dan menyelimutinya.

"Adek istirahat, Abang mau cukuran. Jangan turun sembarangan panggil Abang kalau butuh apa-apa."

"Tapi bang,"

"Adek tahu kan, Abang sayang adek?" Retno mengangguk. "Abang cinta adek?" Kembali Retno mengangguk. "Karena adek baru sembuh, jadi Abang ingin adek nurut sama Abang. Jangan kemana-mana kalau tidak sama Abang. Adek Abang kunci jadi patung." Kareem mengecup bibir retno. Setelahnya dia masuk kedalam kamar mandi dan bercukur. Kareem membersihkan diri, tak lama kemudian Kareem pergi ke dapur untuk mengambilkan makanan untuk dirinya dan Retno. Kareem bersikeras menyuapi Retno.

Retno (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang