J.

8K 749 49
                                    

Keluarga Juragan Kareem menikmati makanan mereka dengan tenang. Meski Roy dan istrinya duduk tidak jauh dari mereka, tapi kehadiran keduanya sama sekali tidak mempengaruhi keromantisan juragan Kareem terhadap istrinya. Bahkan tanpa ragu keduanya saling menyuapi atau juragan Kareem yang dengan penuh perhatian menghilangkan duri-duri ikan sebelum dimakan oleh sang istri.

"Kita jadi nginep dihotel kan, Abah." Farihaa bertanya setelah mengambil ikan yang baru saja dibersihkan durinya. Kareem menyentil tangan Farihaa yang berhasil mengambil ikan dari piringnya, putrinya itu hanya tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang rapi.

"Kita? Abah dan ibu saja yang menginap dihotel, kalian pulang ke tempat Ibnu."

"Loh bang, kok anak-anak tidak diajak sekalian? Abang ngga punya uang ya untuk menyewa tiga kamar hotel? Aku ngga keberatan kok bang kita pakai uang aku dulu. Kasihan anak-anak kalau harus pulang ke tempat Ibnu. Anggap saja ini liburan buat mereka, bang."

"Aduh dek, kita ini mau bikin bocah bukan mau momong bocah. Kalau mereka iku bisa mengganggu konsentrasi Abang. Bukannya jadi bocah bisa jadi tuyul nanti gara-gara uang Abah abis buat jajan ini itu. Bukannya abang ga punya uang dek, sayang saja uangnya dihamburkan untuk nginap di hotel kalau mereka bisa pulang ketempat Ibnu. Kalau-kalau adek lupa, yang adek nikahi ini Juragan Kareem Al Farizi juragan sapi dek, jadi ngga mungkin kan Abang ga punya uang buat bayar hotel? Jangankan biaya menginap dihotel, Abang bisa belikan adek hotel kalau adek minta."

"Jangan sombong Abah, nanti dilaknat Allah."

"Astaghfirullah, iya Abah khilaf. Maaf jangan ditiru. Kalau untuk kebahagiaan keluarga Abang tidak akan ragu-ragu buat keluar uang dek."

"Jadi tidak masalah kan kalau anak-anak ikut kita menginap di hotel? Abak-anak kan keluarga Abang, darah daging Abang." Ucap Retno sambil tersenyum membuat Kareem mengangguk pasrah. Istrinya selalu punya cara untuk membuatnya melambung dan menjatuhkannya dengan sekali tepuk. Istrinya selalu bisa membuatnya mengangguk meski hatinya berkata tidak. Hadehhhh gini amat bucin sama Bu dosen. Kareem meminta Retno membantunya mengambil gelas minumnya karena kedua tangannya kotor dengan bumbu ikan bakar. Retno dengan senang hati membantu suaminya minum dengan senyum manis. Bahkan jeruk asampun jadi terasa manis di lidah Kareem hanya dengan melihat Retno tersenyum saat meminumnya. Benar-benar tidak tertolong dirinya itu dengan Retno.

"Mereka kan tidak sekamar dengan kita, bang. Jadi aman lah jatah Abang malam ini." Retno berbisik membesarkan hati Kareem,  membuat suaminya itu menyeringai lebar. Istrinya benar-benar tahu apa yang dia mau, tingkat kepekaan sang istri tidak diragukan lagi. Jadi wajar kan kalau Kareem jatuh cinta pada Retno dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan sedalam-dalamnya.

"Adek benar-benar tidak ingin lihat renovasi rumah adek?"

"Adek percaya pilihan Abang. Besok adek mau jalan sama Farihaa."

"Ya sudah nanti kalau ada yang kurang ditambah saja dan kalau ada yang tidak suka diganti. Buat dek Retno apa sih yang tidak Abang beri. Jantung dan hati Abang saja Abang berikan-"

"Stop Abah! Farihaa mau muntah dengar gombalan Abah." Juragan Kareem melotot tidak suka pada putrinya, Ibnu tertawa nyaris tersedak sementara tangan Retno sudah mengusap paha Kareem hingga ke pangkalnya bermaksud menenangkan sang suami tapi jatuhnya malah membangunkan milik sang suami yang tertidur tenang.

"Abang, habis ini kita nonton ya. Ibu minta uang buat nonton sekalian buat beli snacks dan minumannya."

"Nonton apa, sudah malam ini."

"Nonton bioskop Abah masa iya nonton Abah live show."

"Nanti ibu beri uangnya. Kalian antar ibu dan Abah ke hotel dulu. Kalau tidak segera ditidurkan burung Abah bisa nyemburkan air kemana-mana"

Retno (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang