Y

5.2K 692 62
                                    

Kareem memutuskan membawa Retno kerumah sakit begitu sang istri tidak bisa menelan makanan dan minumannya. Ia menghubungi sahabat-sahabatnya untuk mendoakan kesehatan yang istri. Gunadi, Brama, Sasmita, bahkan Prof Nourman hadir di rumah sakit menemani Kareem yang akan memeriksakan Retno. Untung saja sahabat-sahabatnya itu orang-orang baik yang bersedia menemaninya meski sambil ngomel-ngomel ala bapak-bapak bersarung.

"Yang punya istri siapa, yang repot siapa. Padahal dia itu sudah pernah menikah, sudah pernah punya anak, masa begini saja bikin heboh di grup. Saya ragu dulu pas punya anak Ibnu dan Farihaa dia tidak ada disamping istrinya."

"Maklum besan, kareem ini suka lepas kendali. Akibat terlalu lama bergaul dengan sapi-sapi jadi ya gitu ributnya saja yang didahulukan bukan logikanya."

"Sepertinya bu Retno tidak berhasil mendidik Kareem, lihat saja sudah dua tahun menikah masih saja belum mengenal istrinya dan belum bisa mengendalikan emosinya."

"Begitu itu kalau ototnya yang dibesarkan, bukan otaknya jadinya lemot. Perlu di upgrade. Bu Retno ini lihat apa, suami macam Kareem kok dipertahankan, kalau istri saya sudah pergi cari laki-laki lain yang lebih baik."

"Aghni mau punya ibu tiri lagi besan?"

"Saya tidak sekuat Pak Gun, punya istri dua. Satu saja sudah cukup, malu sama cucu-cucu. Sampai saat ini saya merasa bersalah pada Aghni. Saya selalu berdoa Aghni tidak mengalami hal seperti saya tapi untungnya Haryo mencintai Aghni meski dia tukang kawin."

"Yang besan sebut tukang kawin itu anak saya. Tapi saya bisa pastikan kalau Haryo tidak akan macam- macam dengan Aghni. Saya sendiri yang akan turun tangan kalau Haryo menyakiti Aghni."

" Saya percaya besan, kalau tidak mana mungkin cucu saya sampai lima orang dan Haryo makin posesif sama Aghni. Anak-anaknya saja dicemburui kalau Aghni memperhatikan anak-anak. Sampai pusing saya kalau Haryo sudah mode menitipkan anak itu. Kalau satu tidak masalah ini lima. Besan bisa bayangkan bagaimana ributnya mereka, apalagi Dwi waduh bikin sakit kepala saja. Ada saja yang ditanyakan dan dilakukan. Saya jadi ragu kalau Dwi itu anak Aghni, tingkahnya kaya ulet keket."

"Apa Aghni punya saudara kembar?"

"Aghni anak saya satu-satunya."

"Wajah Dwi itu wajah Aghni versi laki-laki meski tingkahnya Haryo saat masih kecil." Sasmita menghembuskan nafasnya dengan kasar. Buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Untung saja Dwi lebih sering dirumah Niken kakak Haryo daripada dirumahnya. Ia menyayangi cucunya tapi memiliki cucu seperti Dwi satu orang saja bisa meningkatkan tensi darahnya.

"Coba pak Gun telepon dokter Kama sudah sampai dimana? Kenapa belum datang-datang, kalau terjadi sesuatu yang buruk dengan Retno, pak Gun saya tuntut!" Kareem berkata keras membuat Brama, Sasmita dan Prof Nourman melihat kearah Kareem secara bersamaan. 

"Kamu tenang saja, sebentar lagi Kama datang." Gunadi berusaha menenangkan sahabatnya. Kareem mengangguk tapi ia terlihat gelisah. Bagaimana tidak saat dibawa tadi Retno sudah lemas meski masih sadar.

"Apa tidak apa-apa tidak mengantri?"

"Ndak usah, saya sudah minta Kama yang memeriksa. Saya heran sama kamu dari kemarin ada saja masalah sama Retno. Kamu itu jadi suami mbok yang sabar, sudah tua juga masih ndak bisa mengendalikan emosi. Ditinggal Retno baru tahu rasa kamu!"

"Pak Gun jangan nyumpahin saya. Saya tahu saya salah. Saya ini bingung, kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi pada dek Retno bagaimana?"

"Salahmu berarti, jadi tanggung saja akibatnya. Kalau kamu seumuran cucu saya sudah saya getok kepala kamu itu Kareem. Lama lama jengkel saya menghadapi kamu ini."

Retno (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang