Kareem kembali kekamar dan mendapati Retno masih tidur. Ia berbaring disebelah Retno dan memeluknya. Sesekali dirinya memperhatikan wajah Retno yang damai dalam tidurnya. Kareem bersyukur bisa menjadi suami Retno. Dirinya merasa beruntung bisa mendapatkan istri yang cantik, pintar dan mencintainya diusianya yang tidak muda lagi. Kareem terus menatap wajah Retno dan mengaguminya. Ia mengecup bibir Retno dan mulai menjalankan lidahnya hingga membasahi bibir tipis Retno. Entah kenapa dirinya menyukai bibir tipis gang kerap mengomelimya saat Kareem tidak menjaga kesehatannya. Dalam hati Kareem berdoa agar terus bisa bersama istrinya sampai puluhan tahun yang akan datang.
"Abang." Retno membuka kelopak matanya, menatap Kareem dengan tatapan mengantuk.
"Abang membangunkan adek?"
"Jam berapa?"
"Jam sepuluh. Adek tidur nyenyak sekali." Retno merapatkan tubuhnya ke dada Kareem. Ia menyukai bulu-bulu yang ada di dada lelaki itu. Tubuh telanjangnya bergesekan dengan bulu-bulu Kareem, membuatnya mengerang karena merasa terangsang. Retno membiarkan Kareem memeluknya dan menciumi kepalanya.
Ponsel Retno berbunyi, Kareem melepas pelukannya dan berusaha meraih tas milik Retno untuk mengambil ponsel istrinya. Ponsel bisa diambil tapi isi tas Retno ikug berhamburan. Kareem memberikan ponsel sang istri sedangkan dirinya memasukkan barang-barang sang istri kembali kedalam tasnya saat matanya menangkap sesuatu yang terjatuh. Kareem mengambil pil kb yang ikut terjatuh dengan perasaan terkejut. Ada rasa kecewa dan terluka saat sang istri ternyata mengkonsumsi pil kb tanpa sepengetahuannya. Kareem menggenggam pil kb tersebut seraya duduk memunggungi Retno. Ia berusaha menahan emosinya. Bagaimana tidak, selama ini dirinya sangat mengharapkan keturunan dari Retno tetapi sang istri malah menggunakan kontrasepsi.
"Abang." Retno menepuk bahu suaminya setelah dirinya selesai menerima telefon. Kareem terdiam, tidak menjawab ataupun membalikkan badan. Lelaki itu meremas apa yang ada ditelapak tangannya hingga merasakan kesakitan. Retno menatap isi tasnya yang masih berserakan dilantai. Ia bergegas turun dari tempat tidur dan membereskan barang-barangnya hingga dirinya menyadari sesuatu.
"Abang, aku bisa jelaskan." Kareem menatap Retno yang duduk dilantai dengan tajam. Nyali Retno seketika menciut, ia tahu suaminya sedang menahan amarah.
"Sebegitu tidak ingin punya anakkah, sampai adek mengkonsumsi pil sialan ini! Adek tahu abang ingin punya anak dari adek. Tapi apa, adek justru minum ini!" Kareem melempar pil kb milik Retno.
"Aku bisa jelaskan!" Retno memeluk Kareem tapi lelaki itu menepisnya.
"Aku sakit."
"Abang tidak percaya! Mana ada orang sakit minumnya pil kb! Itu hanya alasan adek kan, adek tidak ingin punya anak dari abang kan? Abang kecewa pada adek!" Setelah mengetakan semua itu Kareem memilih keluar dari kamarnya dan membanting pintu kamar dengan keras. Retno tersentak ditempatnya. Ia terduduk sambil menangis meratapi kepergian Kareem.
Untuk beberapa lamanya Retno membiarkan dirinya menangis. Dia sadar dirinya bersalah, tidak mengatakan kebenarannya pada Kareem. Harusnya sejak awal dirnya terbuka dengan Kareem. Retno mencoba menenangkan diri. Ia harus menjelaskan kondisinya pada Kareem agar suaminya itu tidak salah paham. Ia berniat membasuh wajahnya ketika pandangannya berputar. Retno terdiam, ia meraih telepon dan meminta layanan kamar. Entah sudah berapa lama dirinya menangis karena saat ini ia merasa lapar, pantas saja kepalanya berputar. Retno memesan banyak makanan. Sambil menunggu makanannya tiba ia memilih memejamkan mata.
Pintu kamar Retno diketuk, tapi tidak ada balasan dari dalam kamar. Kareem baru saja kembali dari menenangkan dirinya saat melihat petugas hotel membawa troli tampak kebingungan.
"Istri saya pesan makanan, mas?"
"Oh bapak penghuni kamar ini?"
"Iya."
"Iya pak, penghuni kamar ini tadi memesan makanan, tapi saya ketuk-ketuk tidak dibukakan pintu. Saya hubungi via telepon juga tidak diangkat." Kareem mengernyitkan keningnya, ada rasa khawatir menyelinap di hatinya. Kareem hendak membuka pintu ketika pintu terbuka dari dalam. Retno terlihat berantakan. Wanita itu terkejut dengan keberadaan Kareem didepan pintu.
"Mas, silahkan ditinggal saja makanannya. Kalau sudah selesai nanti kami kabari." Pelayan itu hanya mengangguk. Lalu meninggalkan sepasang suami istri itu. Kareem membawa masuk makanan yang dipesan Retno. Ia melihat istrinya terlihat pucat padahal baru beberapa jam dia pergi.
Retno mengambil makanan yang dia pesan dan berusaha menyantapnya. Saat ini dia butuh tenaga sebelum bicara dengan Kareem. Sayangnya baru tiga suap dia menelan makanannya, perutnya bergejolak, retno bergegas ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Kareem yang melihat kondisi istrinya segera menyusul Retno. Ia merasa bersalah, harusnya dirinya bicara baik-baik dengan Retno bukanmalah pergi begitu saja dengan dalam keadaan emosi. Retno terdudum lemas di depan closet. Melihat keadaan istrinya Kareem tidak tega. Ia membopong tubuh istrinya dan membaringkannya ditempat tidur. Lelaki itu meminta bubur untuk diantar kekamarnya.
"Dek, abang suapi ya." Kareem membangunkan Retno begitu bubur pesanannya tiba. Retno menurut, ia membiarkan Kareem menyuapinya. Sayangnya seperti makanan sebelumnya, Retno memuntahkan buburnya disuapan ke tiga.
"Adek kenapa? Kita kerumah sakit ya." Retno tidak mendengarkan pertanyaan Kareem wanita itu memilih memejamkan matanya. Kareem menatap sedih kondisi sang istri. Ia bingung dengan apa yang terjadi. Kareem meminta bantuan pihak hotel untuk memanggil dokter.
Kareem mengusap kepala sang istri dengan sayang. Kondisi Retno saat ini membuatnya mengabaikan apa yang sudah terjadi beberapa saat sebelumnya. Seharusnya dia bisa bersikap bijak dan mengendalikan diri. Kareem teringat perkataan sahabatnya agar dirinya bicara baik-baik dengan Retno. Ia merasa kecewa dan terluka dengan keputusan Retno memakai kontrsepsi, tapi dirinya tadi juga mendengar kalau istrinya itu sakit. Selama ini Retno baik-baik saja, istrinya itu tidak pernah mengeluh sakit ataupun berobat. Apa yang dia lewatkan dari kondisi sang istri.
Lamunan Kareem terhenti saat pintu kamarnya diketuk. Dua orang lelaki berdiri didepan pintu memperkenalkan diri sebagai dokter dan pihak hotel. Kareem mempersilahkan lelaki itu memeriksa sang istri yang tertidur kelelahan. Ia juga menjelaskan apa yang sudah terjadi pada istrinya. Ada rasa cemas si hati saat sang dokter terlihat mengerutkan keningnya. Ia berdoa agar istrinya baik-baik saja.
"Bagaimana dokter?"
"Saya akan menuliskan surat rujukan untuk istri bapak agar bisa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dirumah sakit. Saat ini saya tidak bisa memberi obat-obatan, karena kalau dugaan saya benar, istri bapak saat ini sedang hamil." Kareem benar-benar terkejut.
"Itu tidak mungkin, dok. Istri saya minum pil kb." Kareem mencari-cari pil kb yang tadi dibuangnya. Tapi ia tidak menemukan benda itu dimanapun.
"Kontrasepsi itu kan buatan manusia pak, sedangkan janin yang ada dirahim istri bapak tanda kebesaran Tuhan. Kalau Tuhan sudah berkehendak, jangankan hanya kontrasepsi, apapun bisa terjadi pak." Kareem tertegun. Ia masih kebingungan dengan apa yang terjadi dalam waktu bersamaan.
"Saat ini saya sarankan ibu segera diperiksa lebih lanjut pak. Ibu bisa makan apa saja, kalau dimuntahkan ya pelan-pelan makan lagi. Bapak harus sabar membantu dan menjaga ibu karena ibu hamil itu sensitif. Saya kasih vitamin saja ya pak. Semoga ibu dan bayinya sehat." Setelah mengantar dokter keluar, Kareem terduduk di sebelah Retno sambil menggenggam vitamin untuk sang istri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Retno (End)
RomanceRetno gagal menikah karena calon suaminya menghamili salah satu mahasiswinya. Kareem nyaris gagal menikah saat calon istrinya kabur setelah mendengar Kareem bangkrut. Bagaimana jika keduanya bertemu di waktu yang tidak terduga???