M

6.2K 739 90
                                    

Kareem mengantar sang istri hingga kedepan pintu ruangannya, hal yang selalu dia lakukan untuk memberi tahu semua lelaki penghuni kampus kalau istrinya itu adalah miliknya. Beberapa orang yang mengenalnya karena sering bertemu Kareem dan Retno menyapanya, entah itu dosen, pegawai ataupun mahasiswa/i. Beberapa orang mengenalnya sebagai suami Bu dosen Retno yang lainnya mengenalnya sebagai ayah dari Ibnu ataupun Farihaa. Anak perempuannya itu masuk di universitas yang sama dengan tempat ibunya mengajar meski tidak satu jurusan dengan ibunya. Kareem tidak masalah dengan pilihan anak-anaknya asal mereka bertanggung jawab dengan pilihan mereka. Ia hanya bisa mengarahkan dan memberikan dukungan berupa materi. Anak-anaknya lebih senang berdiskusi tentang pendidikan mereka dengan Retno daripada dengan dirinya.

Seperti biasa Retno mencium tangan Kareem dan suaminya itu mencium kening Retno setelahnya mengusap kepala sang istri dengan sayang. Prof Nourman yang melihat kelakuan keduanya hanya tersenyum. Ia bahagia melihat Retno bahagia. Ia menyayangi Retno sebagai keluarga. Sepeninggal Kareem, Prof Nourman mendekati Retno, ia melakukan itu karena tahu Kareem suami posesif dan cemburuan. Tidak masalah kalau cemburu biasa, masalahnya Kareem ini suka cemburu buta kepadanya. Sudah dua tahun dirinya dicemburui dan dicurigai Kareem akan merebut Retno, lelaki itu tidak segan-segan memberikan tatapan tidak bersahabat jika mereka bertemu dalam beberapa kesempatan. Prof Nourman memaklumi sikap Kareem karena Retno memang layak untuk dipertahankan. Roy saja yang bodoh melepas gadis seperti Retno, tapi dirinya lebih suka Retno dengan Kareem daripada dengan Roy.

"Masih mesra saja dengan sang juragan sapi?"

"Prof Nourman, selamat pagi. Kenapa tidak menyapa bang Kareem? Prof Nourman sehat kan?"

"Seperti yang kamu lihat saya sehat. Kamu sengaja memancing kerusuhan? Sudah jelas-jelas suami kamu itu cemburu sama saya. Masih minta saya ketemu suami kamu. Saya masih sayang leher saya, Retno." Retno tertawa begitu juga Prof Nourman. Retno tahu suaminya itu memang tidak pernah menyembunyikan ketidaksukaannya pada Prof Nourman dan Roy. Bagi Kareem kedua orang itu adalah musuh utama yang harus diwaspadai.

"Prof ada perlu dengan saya?" Prof Nourman memberikan sebuah amplop dan sebuah paper bag kecil untuk Retno.

"Apa ini?"

"Baca saja, barangkali kamu berminat." Retno membukanya, amplop itu berisi tawaran kerja sama untuk melakukan penelitian di Belgia, sedangkan paper bag kecil adalah oleh-oleh Prof Nourman untuk Retno.

"Saya sebenarnya berminat, sudah lama tidak melakukan riset, terakhir melakukan riset malah dapat suami. Tapi nanti saya diskusikan dengan bang Kareem dulu ya Prof karena tempatnya jauh dan waktunya cukup lama."

"Ajak saja suamimu itu, sekalian honeymoon ke Belgia. Biar kalian cepat punya momongan. Kamu tidak ingin hamil? Sudah dua tahun menikah, kamu tidak ingin punya keturunan sendiri? Kareem mungkin sudah punya anak sendiri tapi apa kamu tidak berfikir kalau dia juga ingin punya anak dari kamu?" Retno terdiam. Prof Nourman mengambil duduk disebelah Retno dan menggenggam tangan wanitanya. Ia memberikan kekuatan pada Retno untuk menghadapi masalah yang menimpa Retno.

"Saya tahu alasan kamu menolak untuk punya keturunan sendiri. Apa kamu sudah membicarakan ini dengan suamimu? Saat ini semua bisa diusahakan, apalagi suamimu cukup mampu untuk melakukan pengobatan. Pertimbangkan keinginan suamimu yang pastinya ingin punya keturunan denganmu, Retno. Kalau kamu tidak mencobanya, kamu tidak akan tahu hasilnya. Banyak orang penderita PCOS bisa hamil dan semua baik-baik saja. Coba bicarakan ini dengan suami kamu, Kareem bukan orang yang sulit diajak komunikasi. Kamu tahu kan, saya selalu mendukung semua keputusan yang kamu ambil. Kamu masih punya saya yang akan selalu membantumu, Retno."

"Terima kasih, prof. Akan saya pikirkan."

"Kamu terlalu lama berfikir hingga tanpa terasa waktumu habis. Kamu masih salah satu prioritas saya, Retno. Saya baru bisa tenang kalau sudah melihat kamu bahagia." Retno mengangguk, mengucapkan terima kasih untuk perhatian lelaki tua itu seta buah tangan dari Prof Nourman. Lelaki itu tersenyum lembut seraya menepuk lengan Retno. Senyumnya makin lebar melihat saat Retno masih menggunakan gelang catier pemberiannya.

Retno (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang