AA

5.9K 684 37
                                    

Acara pernikahan Farihaa putri kedua Kareem Al Farizi dan Davin putra pertama Ganteng Gagah Perkasa berlangsung sakral dan mengharukan. Kareem beberapa kali harus menghapus air matanya karena merasa terharu dan tidak menyangka kalau ia harus melepas sang putri yang usianya bahkan belum genap dua puluh tahun. Retno menggenggam tangan sang suami dan menyalurkan kekuatan serta dukungan agar suaminya tidak jatuh pingsan diacara sang putri. Kan tidak lucu badan sebesar sapi tiba-tiba jatuh tidak sadarkan diri saat acara ijab. Bisa-bisa sang putri marah ala reog yang kesurupan.

Retno bernafas lega saat Kareem bisa menikahkan putrinya tanpa drama, karena sebelumnya sang suami sudah diare karena gugup harus menikahkan putrinya. Untungnya disaat seperti ini kehamilannya sama sekali tidak mengganggunya hingga dirinya bisa memberikan support sepenuhnya pada sang suami.

"Abang jangan cengeng gitu donk, malu dengan sapi-sapi abang." Retno kembali berbisik saat sang suami sudah menghabiskan satu kotak tisue untuk mengusap air matanya. Untungnya MUA yang disewa Pak Ganteng bisa menyamarkan mata Kareem yang bengkak akibat banyak menangis. Retno sendiri heran kenapa Kareem bisa secengeng itu. Yang hamil dirinya kenapa yang sensitif jadi suaminya.

"Abang kehilangan anak dek, anak abang diambil anak pak Ganteng. Padahal Farihaa itu masih kecil, bagaimana abang menghadapi ibu Farihaa kelak?"

"Davin tidak mengambil Farihaa, abang. Dia hanya meneruskan tanggung jawab abang membimbing Farihaa menjadi wanita yang sholehah, kebanggaan abang. Farihaa tidak akan kemana-mana, kalau abang kangen dengan Farihaa abang bisa minta Farihaa pulang." Kareem memeluk sang istri dan kembali menangis. Retno menghela nafas, suaminya sudah mirip anak perawan yang digagahi oleh duda.

"Sudah bang, jangan menangis terus. Nanti abang tidak ganteng lagi saat berdiri di kuade. Kegantengan abang bisa kalah sama oak Ganteng."

"Tidak mungkin abang kalah ganteng dari besan. Nama dia boleh ganteng, tapi kegantengan sejati tetap milik abang. Adek itu harus tahu kalau abang ini gantengnya sudah kemana-mana."

"Iya iya aku percaya. Abang Kareem memang paling ganteng sepeternakan sapi dibandingkan sapi-sapi peliharaan abang."

"Tega adek membandingkan abang dengan sapi!" Retno kehilangan cara menenangkan suaminya. Ia segera mencium dan melumat bibir suaminya agar Kareem berhenti berdebat dengannya. Retno meminta teh hangat untuk Kareem yang tiba-tiba mellow.

"Abang minum dulu. Setelah ini kita harus berdiri di kuade. Abang harus terlihat macho biar ngga kalah sama besan. Badan udah sama gedhe, kulit udah sama hitam-"

"Hitam dia dek, jangan disamakan. Kok bu cantika mau ya sama lelaki hitam gitu."

"Abang jangan body shaming. Meski kulitnya hitam, hatinya seputih salju. Abang jangan menghina pak Ganteng, beliau ciptaan Tuhan juga. Kalau abang menghina beliau berarti abang juga menghina Tuhan." Kareem terdiam, ia memilih menyesap teh hangat yang diberikan istrinya.

"Adek minum juga ya biar kuat."

"Buat abang saja. Adek makan buah saja." Kareem menyuapkan sepotong melon kepada Retno.

"Kalau adek lelah jangan dipaksa ya. Adek duduk saja, abang tidak mau adek kelelahan dan berakibat buruk untuk adek dan anak kita. Ingat pesan dokter Kama."

"Abang tenang saja. Kami baik-baik saja abah." Retno membawa tangan Kareem mengusap perut buncitnya, zwtwlah itu Kareem mengecup perut buncit Retno. Keduanya lalu bergabung dengan kedua mempelai dan besannya di kuade. Kareem membusungkan dadanya agar tidak kalah dengan Ganteng yang tampak gagah disebelah istrinya. Tamu-tamu yang hadir memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai dan keluarganya.

"Bu Retno tidak apa-apa kan?" Cantik bertanya saat mereka sudah turun dari atas kuade.

"Tidak apa-apa bu Cantik."

Retno (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang