happy reading..
*****
hidup itu ibarat perlombaan. Jika kita lengah, maka kita akan terhempas.
🦎🦎🦎
Cikko memberhentikan motornya di depan rumah Gia, hari Sabtu ini ia sudah berjanji akan menemani gadis itu kontrol ke rumah sakit.
"Cikko."
Lelaki itu tersenyum melihat gadis dengan rambut sepinggang itu yang baru saja keluar dari rumahnya.
"Hai."
"Udah siap?"
Gia mengangguk dan menerima helm yang diberikan Cikko.
"Pamit dulu sama bang Sakti?"
"Gak usah, bang Sakti tadi baru pergi sama temennya, ada urusan katanya."
Cikko mengangguk saja, setelah memastikan Gia duduk dengan benar di jok belakang baru lah motornya melaju meninggalkan pekarangan rumah Gia.
Beberapa menit kemudian keduanya tiba di rumah sakit, Cikko hanya menunggu di kursi tunggu begitu Gia masuk ke dalam ruangan dokter untuk melakukan kontrol. Hanya dia dan keluarga gadis itu yang tau soal penyakit Gia, teman-teman gadis itu pun hanya Cikko beritahu jika Gia memang lemah fisik saja tanpa diberi tau jelas.
Kontrol yang dimaksud ini adalah kontrol kemoterapi yang selalu Gia lakukan tiap bulannya, tidak heran jika proses ini berlangsung beberapa jam, bahkan sampai ketika Cikko telah melaksanakan solat dzuhur di mesjid yang ada di rumah sakit, Gia masih belum selesai di kemoterapi.
Saat jam menunjukkan pukul 2 siang barulah Gia didorong keluar oleh suster dengan brankar menuju UGD untuk di infus sementara.
"Makasih dok, " ujar Cikko.
Dokter tersebut mengangguk sambil tersenyum ramah. "Pasien baru boleh dibawa pulang setelah menghabiskan satu botol infusan, kira-kira mungkin sekitar sore hari, "
"Untuk lebih lanjutnya boleh dibicarakan di ruangan saya. "
Cikko mengangguk, dan mengikuti dokter tersebut di belakangnya.
Sedangkan di sisi lain Juan, Ali, Rafin dan Ifzhal tengah menongkrong di warung mang Ade–tempat biasa mereka jadikan markas.
"Si Cikko kemana sih? katanya bakalan nyusul, " ujar Ali.
Juan mengendikkan bahunya, "Ada urusan sama si Gia katanya. "
Cikko hanya bilang seperti itu tadi saat di rumahnya.
"Yaelah tuh orang sama cewek mulu kerjaannya!" Ali mendengus.
"Kek lo enggak aja, " timpal Ifzhal membuat lelaki itu tercengir.
"Ya kan gue masih ada waktu buat kalian, "
"Jijik banget gue denger lo ngomong gitu, Li," celetuk Juan membuat mereka tertawa.
"Sialan!" Ali melempar cangkang kuaci pada Juan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYBOY MILLENNIAL
Teen Fictionsequel cerita BEYCA karya @Sheva_na JANGAN LUPA DI FOLLOW AKUN INI TERLEBIH DAHULU! •••• Namanya Cikko, dia lelaki dengan segala keabsurd-annya yang mampu membuat orang lain mengusap dada karena tingkahnya. Titel playboy tentu tidak lepas dari nam...