PART 23 : LATIHAN PERTAMA

13 2 0
                                    

happy reading...

*****

"Siklus benci sama cinta itu beda tipis loh, kebanyakan benci bisa jadi cinta, kebanyakan cinta bisa jadi benci. "

-katanya sih gitu-

🦎🦎🦎


     Minggu ini, Cikko punya janji bersama Bu Erni dan Riela latihan musik untuk persiapan acara ulang tahun smangga hari Kamis depan nanti.

Pemuda itu menguap lebar, melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 8.05. Masih ada waktu untuk bermalas-malasan sejenak, sebelum pukul 9 pas, yang mana waktu yang dijanjikan Bu Erni.

"Aa bangun!"

"Cuci piring!"

Di luar, entah sudah berapa kali Beyca berteriak memanggil anak sulungnya agar segera keluar dari kamar.

Sebelum Maminya semakin kesal yang nantinya berujung marah, Cikko dengan malas melangkahkan kakinya membuka pintu kamar.

"Iya kenapa Mami?" Dengan senyum semanis mungkin Cikko menatap sang Mami yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya dengan ekspresi melotot.

"Ihh A Cikko ada jigong nya hihi. "

Cikko mendelik, ia baru sadar dengan keberadaan si boncel Haga di samping Maminya.

"Kamu tuh ngapain aja sih semalem sampai bangun telat gini?!"

"Subuh gak kamu tadi?!"

Omelan Beyca mengalihkan tatapan Cikko yang tadinya ingin melototi adiknya. "Subuh atuh Mi," jawab Cikko rendah, dia memang solat subuh baru selepasnya kembali tidur karena mengantuk.

Beyca menghela napas, tatapannya kini berubah melembut. "Yaudah sekarang kamu bantu Bi Asti cuci piring sana!"

"Iya siap Mami. " Angguk Cikko.

"Abang ikutt!"

Cikko berdecak, saat tubuhnya tertubruk badan Haga yang memaksa menerobos masuk ke dalam kamarnya. Ia menutup pintu kamar setelah Beyca berlalu, sebelum turun ke bawah membantu Bi Asti, Cikko mencuci muka dan menggosok gigi terlebih dahulu agar wajahnya terlihat lebih fresh dan juga agar Haga tidak meledekinya seperti tadi, kan gak etis ganteng-ganteng jigongan.

Setelah selesai di kamar mandi, Cikko mengajak adik bungsunya untuk turun, karena jika dibiarkan kamarnya akan diacak-acak oleh si boncel ini.

"Papi mana, Mi?" Cikko menghampiri Beyca yang tengah sibuk memasak dibantu Sanu.

Ia berjalan ke arah wastafel, mengambil alih pekerjaan bi Asti.

"Di garasi, lagi mandiin mobil sama si Ozan, "

"Ngapain nanyain?"

Belum juga Cikko menyahuti ucapan Maminya, celetukan Papinya di belakang yang tiba-tiba saja datang membuatnya menoleh.

Cikko nyengir, lalu membasuh piring terakhir dan menyimpannya di atas rak. Dia menghampiri Aderald yang duduk di kursi meja makan seraya menyeruput kopinya.

"Papiii, " katanya dengan nada panjang.

"Apaa?" Aderald melirik nya sinis, Cikko tau Papinya itu sangat tidak suka digelayuti seperti ini kecuali oleh Maminya, tentu saja.

"Boleh gak aku mi—"

"Gak."

Cikko berdecak, melepaskan pegangannya di lengan Papi. "Please lah Pi,"

PLAYBOY MILLENNIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang