PART 41 : NUGAS BARENG

15 3 0
                                    

happy reading....

****

    Riela mendongak begitu melihat Juan yang masuk ke dalam kelas diikuti Ali, Ifzhal dan Rafin. Dahinya mengernyit saat tak mendapati Cikko, biasanya cowok itu selalu berjalan di depan, tapi kali ini tidak malah guru pelajaran yang masuk setelah Rafin.

"Selamat siang anak-anak!"

"Siang bu!"

"Silakan dibuka buku LKS nya!"

Riela menghela napas lalu meraih buku LKS mata pelajaran kali ini dari kolong meja. "Si Cikko kemana ya?" bisiknya pada Agnes.

"Bolos kali, " timpal Agnes, ia melirik pada Riela kali ini. "Coba lo chat!"

Gadis dengan rambut yang terkuncir itu mengangguk, membuka ponselnya di bawah meja dengan mata yang awas melirik pada guru yang sudah mulai mengajar.

cikkowgn

cik, lo bolos?

•••••

Dirrect message sudah terkirim, tapi akun cowok itu sedang offline. Riela membuang napas, memilih fokus pada pelajaran di depan.

"Udah?" Agnes berbisik saat mendengar helaan napas temannya itu.

Riela mengangkat kedua bahunya ringan, berdehem singkat tanpa perlu mengeluarkan suara, matanya menatap lurus guru di depan.

Kenapa juga tadi ia percaya dengan ucapan Cikko, memang lelaki itu tidak mengiyakan untuk ngobrol bersamanya tapi Riela kira hanya dengan membacanya saja cowok itu sudah paham dan setuju ternyata tidak, menemui nih cowok kayaknya harus buat janji dulu apa gimana ya, kesal Riela dalam hati terus menggerutu.

Agnes diam-diam melirik temannya itu, meski tatapannya menatap lurus papan tulis di depan tapi Agnes tahu Riela sedang mengumpati Cikko di dalam hatinya, terlihat dari cara gadis itu memegang pulpen dan dahinya yang berulang kali berkerut.

"Wan, Cikko kemana?" Agnes melirik cowok yang duduk di samping mejanya.

Cowok itu menoleh, "Gak tau gue, bolos kali, tadi sih abis nganterin si Gia ke kelasnya. " Juan balas berbisik.

Beberapa jam sudah berlalu, kini tinggal lima menit lagi bel pulang akan berbunyi. Riela sudah malas untuk mencari Cikko, biarkan cowok itu, tanpa Cikko pun ia bisa mengerjakan tugasnya sendiri.

🦎🦎🦎

     Berbeda dengan murid lain yang saat ini tengah bersiap untuk pulang, cowok bermata hitam kelam itu baru saja bangun dari tidur siangnya, Cikko mengacak rambutnya yang sudah acak-acakan sedari tadi.

Ia duduk, masih dengan wajah bantalnya Cikko mengucek mata melihat jam di tangannya. "Oh udah pulang?" gumamnya masih dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul.

Suasana tenang dan sejuk di rooftop membuat cowok itu tanpa sadar terlelap begitu saja, padahal tadi niatnya ke sini cuma sebentar saja eh malah kebablasan tidur begitu ia duduk di kursi kayu dekat pagar pembatas.

Ia menggaruk rambutnya, menatap ponselnya yang berdering lalu mengangkat telepon dari Ali.

"Mau pulang kagak lo?!"

"Dari mana aja sih, dari tadi gue sama yang lain teleponin!"

Cikko mengucek matanya lalu menguap, "Tidur," celetuknya enteng.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PLAYBOY MILLENNIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang