🍒RE-09🍒

64.3K 5.7K 117
                                    

Haloo, ayo ramaikan komen! VOTENYA PLIIIS JANGAN LUPA YAAA🏃

><

Nurul semalam beneran gak bisa nemu dimana keberadaan Elisya, karena jujur dia emang gak tau dimana anak perempuan itu.

"Kamu..hiks..gak usah peluk-peluk aku! Huhuuuu Rei daritadi nangis teruuussss..hiks..kok kamu tega sih.."

Helaan napas Nurul berikan, dia menatap datar suaminya itu tanpa mau membalas, dengan malas dia berjalan menuju kamar.

"Nurul! Aku masih ngomong!" Galang menahan tangan istrinya itu.

"Gak usah ngomong sama aku, kamu kan Papi nya, kenapa harus aku yang turun tangan cari Elisya? Kamu gak bisa terus manjain Reihan, karena dia memang salah,"

Galang terkaku seketika, raut wajah Nurul datar sekali, wanita itu menepis tangan Galang dari lengannya.

"Kamu juga yang buat Reihan egois kaya gini, kamu terlalu manjain dia sampai Reihan ngerasa dia selalu dibela walaupun dia salah."

"T-tapi maksud aku gak kaya gitu Nurul.."

"Terserah lah Galang, gak perduli aku, urus aja anak kamu itu, lagipula dia sudah dewasa, kenapa harus aku lagi yang turun tangan dalam urusan percintaan dia." Nurul enggak terlalu marah.

Cuma dia mau nyadarin Galang kalau selama ini dia terlalu memanjakan anak-anak mereka, sampai pada manja dan gak bisa mandiri.

Seperti Reihan yang kalau ada masalah sama Elisya, pasti harus Nurul yang turun tangan mendamaikan.

Itu kan bukan urusan Nurul, lagipula urusannya masih banyak, gak hanya sekedar mengurusi percintaan anak muda.

Galang yang melihat kepergian Nurul hanya bisa menangis ditempat, Nurul itu jarang marah, tapi kalau sekalinya marah, Galang yang gak bisa apa-apa.

"Hiks Nuruuuuul hueeeeeeeeee."

Mau tak mau Galang ngikutin Nurul ke kamar, dia gak mau kalau harus sampai berantem kaya gini, karena Galang gak sanggup diabaikan Nurul.

Reihan sendiri di kamarnya sudah tertidur, karena memang kepalanya sakit ditambah sakit dihatinya juga.

Isakan lirih terus terdengar, dia pun masih sesenggukan.

Mimpi buruk terbesarnya adalah dijauhi dan dibenci Elisya.

....

Elisya masuk ke ruang KomDis dengan beberapa lembar soal ditangannya, dia dan Davin diberikan waktu bebas selama seminggu untuk belajar soal-soal Olimpiade di ruang KomDis.

Davin sudah duduk tenang disofa yang memang tersedia disana.

"Ini punya lo, ada 4 lembar dengan 200 soal pilihan berganda." Davin mengerjab pelan, masih gak nyangka aja dia kalau saat ini berduaan sama Elisya.

Dia menerima lembaran yang Elisya berikan, otak cerdasnya langsung berpikir cepat.

"Oh ya, 3 minggu lagi bakalan ada Pameran Seni, dan Reihan ikut disana soalnya dia yang punya nilai tertinggi dalam ekskul melukisnya."

"Terus kenapa ngomong itu ke gue?"

"Iya lo kan sahabatnya."

Iya juga, Elisya tak menampiknya, dia menganggukan kepalanya, Elisya duduk didepan Davin yang dipisah dengan meja ditengahnya.

Ac di ruang KomDis menerpa kulit mereka, sesekali Davin bakalan curi pandang kearah Elisya sampai rona kemerahan terlihat dipipinya.

25 menit mereka hanyut pada soal, tak lama pintu ruang KomDis dibuka sama seseorang.

"Lisya~Geo bawain sarapan lagiii."

Tadi Elisya berangkat naik Gojek, dia gak bareng Zija atau Geo. "Makasih, taruh aja di meja ya, nanti aku makan." Geo menatap keduanya yang memang cuma berdua.

Ada sesuatu di dalam diri Geo yang tak suka pada pemandangan ini, dia menatap Elisya penuh.

"Geo suapin aja ya." tawarnya.

"Enggak usah Geo, nanti aku makan sendiri kok, ini lagi ngerjain 200 soal."

"Eum..Geo ganggu ya?"

"Enggak kok, Geo gak ganggu."

"Terus kenapa Lisya gak mau Geo suapin?"

"Karena dia lagi sibuk! Lo paham situasi gak sih?" sentakan Davin membuat Geo terkejut, dadanya berdenyut nyeri mendengar sentakan.

Mau dari siapapun itu, jantungnya akan bereaksi seketika kalau mendengar nada suara yang tinggi.

"M-maaf..Geo gak maksud.." cicit Geo gemetar.

Elisya menghela napas sejenak, dia mengelus rambut Geo pelan. "Geo, aku masih mau ngerjain ini, nanti sarapannya aku makan kok, Geo balik aja ke kelas yah." tutur Elisya lembut.

Geo yang tadinya hampir mengeluarkan air mata sontak gak jadi, dia mengangguk senang kemudian keluar.

"Ck, bocil nyasar itu ganggu aja." cibir Davin saat Geo sudah dipastikan jauh dari ruang KomDis.

"Hush, lo gak boleh kasar."

"Iyeiye, udah lanjut gih."

Elisya mengangguk, dia harus fokus mengerjakan tugas-tugas ini, karena dia harus dapat juara di Olimpiade itu.

Juara 1 akan mendapat Beasiswa penuh ke Universitas yang ada di luar negeri, dan akan mendapat uang sebesar 1000 Dollar Amerika.

Juara 2 akan mendapat Beasiswa ke Oxford dan uang sebesar 750 Dollar.

Juara 3 akan mendapat Beasiswa ke Harvad dan uang sebesar 500 Dollar.

Setidaknya Elisya harus mendapatkan juara diantara ke 3 nya, karena semua itu ada Beasiswa penuh ke luar negeri.

Baiklah, Elisya akan meng kesampingkan masalahnya dengan Reihan, karena juga dia harus menyiapkan diri.

Sebab orang tuanya akan pulang dan dia harus melaporkan hasil belajar, nilai-nilai ujian dan catatan sikap Elisya di sekolah.

Kalau saja ada 1 hal yang menurut orang tua Elisya kurang memuaskan, maka Elisya harus menerima pukulan rotan dibetisnya.

Maka dari itu Elisya berusaha keras agar nilainya stabil, catatan sikap di sekolah baik dan nilai ujian yang tinggi.

Agar dia tak dihukum orang tuanya.

🍒Bersambung🍒

Naughty Rei [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang