🍒RE-14🍒

54.5K 4.6K 110
                                    

Komen yuk, Votenya plis jangan lupa yaaaa🏃

><

Reihan bisa merasakan dingin dibagian tengkuk, paha dan lengannya, pasalnya pakaian yang Elisya berikan sangat tipis.

Ada renda-renda nya, lalu tali dibagian leher, Reihan menutupi bagian nunutnya yang masih memakai celana dalam.

Pantat berisinya terlihat dari sela-sela renda baju itu.

Wajahnya merah padam, dia agak malu berpenampilan seperti ini pada Elisya, soalnya mereka terakhir mandi bareng itu saat kelas 2 SMP.

"Eli..aku harus apa setelahnya?" cicit Reihan malu, dia melihat Elisya duduk tenang di sofa dengan sebelah kaki yang terangkat kepaha.

Ditangannya sudah ada kamera Dslr miliknya sendiri, senyum miring bisa Reihan lihat diwajah cantik sahabatnya itu.

"Lo telungkup disofa itu, posisi kan kedua kaki lo terangkat dan menyilang, lo paham gimana maksudnya kan?" Reihan loading sebentar, kemudian mengangguk.

Dia berjalan pelan kearah sofa panjang, lalu telungkup seperti yang Elisya suruh, dua kakinya diangkat dan membentuk silang.

"Tutupi setengah wajah lo pake bantal, biarin mata indah lo natep kearah kamera." Reihan mendongak dan langsung memeluk bantal sofa, dia menutupi bagian hidung kebawah.

Dan membiarkan mata, bulut mata, alis, dahi dan rambut kecoklatannya terlihat, tindik ditelinganya menambah kesan nakal yang seksi.

Elisya puas melihat pose itu, dia mulai mengangkat kameranya.

Senyum bahagia yang jarang Reihan lihat, terlihat diwajah Elisya, membuat cowok itu tertegun sejenak, dia bahkan tak sadar akan debaran di dadanya.

Aku bisa lihat senyum itu terus gak ya? Apa aku harus pake baju kaya gini biar Eli senyum bahagia seperti itu. Batin Reihan.

Dia mau Elisya terus tersenyum bahagia seperti itu.

"Eum Eli.."

"Hm?"

Reihan tampak malu, dia menggigit bibir bawahnya pelan.

"Kalau aku pakai baju ini, Eli bakal terus senyum kaya gitu gak? Reihan bakal lakuin apa aja yang penting Elisya terus senyum." cicitnya malu.

Telinganya sudah merah padam, pasti wajahnya juga seperti kepiting rebus, merah.

Elisya terdiam, agak tak menyangka pertanyaan itu akan Reihan tanyakan, dia kemudian tersenyum tipis lalu mengusak gemas rambut Reihan.

"Lo polos banget sih, lo gak perlu kaya gitu kok, cukup lo jangan pacaran sama cewek lain dibelakang gue itu udah buat gue bahagia, ngerti?"

Reihan mengangguk. "Tapi Elisya.."

"Apa lagi?"

Reihan menunduk dan menggeleng, masih diposisi yang sama. "Enggak, bukan apa-apa kok, nanti pulangnya sama Rei yah, mau Rei tunjukin lukisan Rei yang baru."

"Sorry, gue nanti bakal ke perpustakaan kota bareng teman olimpiade gue."

Senyum Reihan sontak meluruh lagi, dia sedih...tapi gak bisa berbuat apapun, akhirnya Reihan mengangguk saja.

"Besok berangkat terus pulang sekolah bareng Rei tapi."

"Iya bayi maung."

"Kok maung!?"

"Iya soalnya lo kan berandal, cuma cengeng banget kalau sama gue, jadi gue bilang aja bayi maung."

"Ish..Elisya kok gitu sih.."

Elisya mengibas pelan dan melanjutkan potret-potret nya, lumayan bisa jadi koleksi pribadi kan.

...

"Gue mau dijodohin njir."

Elisya terkekeh mendengar keluhan Davin, dia menepuk bahu Davin pelan.

"Sabar yah, emang kenapa harus dijodohinn? Lo kan masih 18 tahun."

Helaan napas kasar Davin berikan, dia menyandarkan tubuhnya di dinding perpustakaan. "Kata nyokap sih, takut gue gak laku.." cicitnya.

Hampir saja Elisya meledakan tawa gilanya jika tak ingat ini masih di perpustakaan.

Gadis itu tertawa tanpa suara sampai bahunya bergetar, wajah Davin makin masam melihat hal itu, menyebalkan!

"Jangan ketawa ih!"

"Hahaha..s-sorry..hahaha..aduh..perut gue kram.."

"Mampus lo! Kualat kan ketawain gue,  gue doain lo dijodohin juga!"

"Dih, dijodohin kok ngajak-ngajak."

"Ya bodo amat!"

Elisya terkikik pelan, dia mengusap gemas rambut Davin.

"Udah sih, santai aja, kalau lo gak mau dijodohin ya tinggal kabur dari rumah." celetuknya memberi saran.

Davin setuju, dia mengangguk pelan.

"Iya juga, gue bisa ngungsi."

"Tapi, siapa yang bakal dijodohin sama lo?"

Davin mengedikan bahunya pelan.

"Kata Bokap sih satu sekolah sama gue, namanya dari E."

"Nama gue tuh dari E juga."

Hening, Davin menatap Elisya lamat-lamat kemudian tersenyum malu, Elisya sampau tergelak lagi dibuatnya.

"Senyum lo belek kadal! Wooooo."

Tawa pelan Davin berikan.

"Hehehehe..ya kalau bener lo yang bakal dijodohin sama gue, ya gue mau aja sih, cuma kan lo suka nya sama Reihan."

"Eum, udah gak usah bahas soal perasaan deh, mending lanjut aja dibahas soal olimpiade nya, 5 hari lagi nih."

Davin mengangguk, benar juga, kalau mereka bisa menang, kemungkinan satu kampus nanti bakalan lebih besar.

Davin bakal ngikutin Elisya, memastikan gadis favorite itu mendapatkan kebahagiaannya kelak.

🍒Bersambung🍒

Naughty Rei [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang