🍒RE-11🍒

61.3K 5.6K 114
                                    

Tau gak sih, semalam aku diajak nge date loh🏃

Komen yuk, vote nya pliiissss jangan lupaaa🏃🏃

><

CTAS!

Elisya menahan ringisan begitu betisnya dicambuk lagi, dia menunduk dalam menahan tangisannya.

"Mama gak mau tau ya Elisya, kamu harus dapat nilai seratus disemua mata pelajaran! Kamu itu pewaris tunggal kami, harus pintar!" Dea kembali mengatakan hal itu.

Alasan Elisya dicambuk, karena nilai Mate-matika nya hanya mencapai nilai 97, hanya pelajaran itu saja yang dibawah seratus, sementara kedua orang tua Elisya mau nya semua nilai anak mereka seratus.

"Maaf Ma.." lirih Elisya, dia tak bisa mengharapkan siapapun, bahkan Papa nya sendiri tak pernah mau membela nya.

Lagipula Elisya lahir juga tujuannya agar jadi penerus perusahaan, karena orang tuanya menikah karena bisnis tentu nya.

Apa yang diharapkan, kasih sayang? Haha, itu cuma mimpi yang tak akan pernah Elisya dapatkan.

Setelah mendapat 6 cambukan di betis sampai membuat bercap merah dan darah mengalir turun.

Keduanya pergi meninggalkan Elisya di ruang tengah sendirian, menahan tangis sekuat tenaga, Elisya berjalan pelan, tertatih menuju kamarnya di lantai 2.

Kenapa juga dia harus lahir sebagai anak Dea dan Reo, Elisya malah berharap lahir sebagai orang biasa yang hidupnya sederhana namun tak ada tuntutan.

Sangat sakit berjalan dengan kaki yang sudah terluka dan terkelupas, dia sampai di lantai 2 lalu masuk ke kamarnya.

Mengunci pintu, kemudian berjalan lagi menuju balkon kamar.

Karena hanya disana saja dia bisa menghabiskan waktu untuk menangis dan mengobati lukanya.

Klek.

"Elisya, luka lagi? Biar Rei obatin ya."

Elisya menoleh kearah Reihan yang sudah menunggu di balkon kamarnya, senyum tulus diwajah pucatnya membuat Elisya terenyuh.

Kenapa..kenapa harus Reihan? Kenapa disaat semua orang tak bisa disampingnya, tetapi hanya Reihan saja yang ada.

Itulah alasan kenapa Elisya bisa jatuh cinta pada Reihan, sisi lembut cowok berandal ini selalu mampu membuat Elisya nyaman.

"Lo masih..sakit Rei..gak usah.." tolak Elisya pelan, dia bisa mengobati luka nya sendiri.

Reihan menggeleng, dia melompat dengan mudahnya ke balkon Elisya, tak lupa kotak P3K ditangannya.

Wajahnya pucat, matanya sembab dengan senyum lirih yang terulas diwajah manisnya. "Gak papa kok."

"Rei.."

"Eum?"

Reihan mulai mengobati luka dibetis Elisya, sesekali dia akan memeriksa apakan Elisya merasakan sakit atau tidak.

Tapi yang terlihat hanyalah wajah sedih Elisya. "Gue gak punya pacar, yang tadi siang itu temen olimpiade gue nanti." lirih Elisya sendu.

Reihan terdiam, bahunya bergetar pelan. "Gak usah ketawa lo." sinis Elisya pelan.

"Hahaha, enggak, aku lega banget pas tau kamu gak punya pacar, soalnya aku juga jadian sama Aleinar itu..untuk manas-manasin kamu doang..pas tau kamu punya pacar tadi, itu rasanya..dada aku sakit banget.."

Elisya mengerjab pelan, dia tak bisa menahan senyum dibibirnya.

"Hahaha, sialan lo!"

"Ihh jahat!"

"Berarti lo udah putus kan? Gak bakal ada masalah kalau lo deket gue lagi?"

Reihan menunduk, senyum malu tercetak diwajahnya "Iya udah putus, kita bisa deket lagi kaya dulu kan? Jangan cuekin aku lagi yah, aku gak bisa.." melasnya.

Elisya mencibir tanpa suara, dia menyentil dahi Reihan dan mengecup pipinya pelan.

"Kalau lo nakal, gue bakal cuekin lagi lah."

"Ish, jangan..Rei gak mau dicuekin Eli lagi.."

"Gue gak janji loh."

"Iya Rei gak bakal nakal lagi, tapi gak janji.."

Elisya mengusap kasar rambut kecoklatan Reihan, hubungan mereka bakal balik lagi kaya dulu.

Cuma, Elisya mau main sedikit, ini saatnya dia buat Reihan cemburu buta di sekolah.

🍒Bersambung🍒

Naughty Rei [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang