🍒RE-22🍒

34.6K 3.8K 117
                                    

Boleh aku minta vote nya kan? Kenapa harus ditegur panjang lebar sih baru paham.

Kalau votenya stabil, setiap harinya aku update, aku tuh sayang sama kalian, kalau up jarang tuh jadinya kaya nge gantung kalian.

Aku bakal up kaya biasa, setiap hari, cuma kalau votenya turun lagi, ya wassalam aku bakal jarang up🏃

><

"Apa? Kamu dilecehin sama anak itu?"

Elisya tak tau kalau orang tuanya akan pulang hari ini, sehingga kabar perihal pelecehannya sejak setahun lalu akhirnya mereka ketahui.

Perlahan Elisya menunduk. "Iya Ma.." lirihnya.

Dea menghela napas pelan, tak tau kalau ketidak pedulian mereka bisa mengakitbatkan hal buruk seperti ini, perlahan Reo memeluk Elisya erat.

"Maaf..kami terlalu abai sama kamu ya nak? Gak papa, kami gak masalah, maaf ya kami gak pernah perduli sama kamu, maaf." bisik Reo lirih.

Elisya bisa merasakan kehangatan yang dia dambakan dari dulu, dengan pelan Elisya membalas pelukan Papa nya dan menangis dipundak pria itu.

"Hiks..Eli takut Pa..Eli takut gak ada yang mau terima Elisya karena hal itu..Eli takut.." isaknya pilu.

Reo menahan tangisnya, dia menggigit bibirnya dan menenangkan putri tunggalnya ini.

"Pasti ada yang mau terima kamu, pasti ada, biar jadi urusan kami ya, kamu siapkan aja semua barang-barang kamu, kita pindah ya, kamu menang juara utama kan? Kami bangga sama kamu sayang, anak Papa memang hebat, kamu kuat."

Ini yang Elisya mau sedari dulu, ini yang dia inginkan dari lama, dia mengangguk dan menggali pelukan lebih dalam.

Reo menangis lirih sementara Dea mulai sibuk menghubungi pengacara keluarga mereka, ini harus diselesaikan dan nama baik anak mereka harus kembali.

"Mau jenguk Rei dulu sebelum pergi besok?"

Elisya menunduk, sebenarnya dia gak mau. "Enggak, Eli gak mau jenguk Rei, Eli cuma mau pamitan sama Revon, Revin dan Davin aja." cicitnya.

Elisya tak mau bertemu Reihan, nanti dia goyah dan malah urung pergi dari sini.

Dia mau pergi memulai hidup yang baru, karena disini hanya ada hal buruk aja yang terjadi.

"Kamu yakin mau pergi?"

"Iya Pa, Eli gak mau disini lagi."

"Baiklah, kami akan urus semuanya, kamu tenang aja ya, kamu udah berusaha keras selama ini."

Elisya terkekeh pelan, dia beneran gak sangka akan mendapatkan kata-kata seperti ini dari Papa nya, padahal pria itu terkesan dingin dan tak acuh.

"Baiklah sayangnya Papa, ayo bersiap,  untuk saat ini kami harus menemui pengacara, tak ada ampun untuk pelaku pelecehan."

Elisya mengangguk, keadilan untuk Elisya akhirnya tiba, ini yang sangat dia tunggu sedari dulu.

Akhirnya, setelah sekian lama Elisya merasa jika Tuhan tak adil padanya, kini keadilan datang padanya.

"Ini bukan mimpi kan?" lirih Elisya.

Dea menggeleng, dia mengelus rambut Elisya pelan. "Enggak nak, ini bukan mimpi." ujarnya lembut.

Ah..baguslah, Elisya lega sekali mendengar ucapan mama nya, karena Elisya takut ini hanyalah mimpi semata.

Kalau pun ini mimpi, jangan pernah bangunkan Elisya dari mimpi indah ini.

"Harus kita apakan anak itu sayang?" tanya Reo.

Dea mengulas senyum miring, dia mengetuk dagunya singkat.

"Masukan ke Penjara lah."

"Tapi sepertinya dia dalam gangguan jiwa."

"Apa peduli ku, yang penting anak itu harus disiksa dalam penjara."

"Pa, Ma."

Dea dan Reo menatap Elisya bersamaan. "Kenapa nak?" tanya Reo lembut.

Elisya berpikir sejenak. "Zandra kaya gitu karena dikasih obat perangsang sama adiknya, jadi adiknya juga harus dihukum, jangan abangnya aja."

Dea mengangguk, itu sudah pasti, siapapun yang terlibat akan dia beri hukuman yang setimpal.

🍒Bersambung🍒

Naughty Rei [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang