🍒RE-25🍒

36.7K 3.5K 225
                                    

Cewek cengeng dikatai Yeen, cowok cengeng dikatai Yeen, capek beut njem, kalau gak suka gausah baca plis, disini tuh lapak nangis nangisan, manja, cringe, alay dan berbagai macam hal yang kayanya GAK SESUAI SAMA PARA PEMBACA KELAS ATAS.

Ibaratnya mereka sering baca cowok badass, cool, pendiam dan keren, terus malah ketemu sama cowok dilapak ini yang manja, cengeng, cringe, dan gak sesuai selera mereka.

Ya mending minggat aja gausah dibaca, aku nulis ini buat yang suka cowok manja, alay dan cengeng, bukan yang pura-pura suka tapi yg bener pure suka.

Memang sih pembaca banyak jenisnya, tapi sebelum baca bisa pilih sesuai selera kan? Gak perlu salah lapak, di wp juga banyak jenis author dan gak semua author buat karakter ceritanya itu badas, keren dan cool.

><

Elisya menepati keinginan Revon untuk jalan-jalan ke sekitaran sungai Han, hanya berdua saja karena Revin harus mengurus beberapa hal.

Keduanya mengenakan kemeja biru dan celana pendek selutut.

"Angin sore hangat, ya?" Revon merapikan rambut Elisya yang terkena terpaan angin.

Elisya mengangguk setuju, suasana disini damai sekali, banyak anak-anak yang bermain dan ada juga sepasang kekasih berjalan-jalan.

Elisya tak pernah menyangka jika dia akan tinggal di Korea, karena dia kira tujuannya adalah Turki, ternyata dia berubah pikiran.

"Kamu mau masuk Fakultas apa?" tanya Revon, dia menatap wajah Elisya yang terkena terpaan sinar matahari sore yang hangat.

Membuat bulu mata lentik Elisya terlihat lebih jelas, dan bibir berwarna peach milik Elisya membuat Revon salting sendiri.

"Masuk Fakultas Humaniora."

"Woah keren, aku juga bakal masuk Fakultas itu."

"Berarti kita bisa ambil kelas yang sama?"

Revon mengangguk senang, mengawali lembaran hidup yang baru bersama Elisya, tak pernah Revon bayangkan sebelumnya.

Tak apa, selagi dia masih bisa menghirup udara bebas dan memandang Elisya disebelahnya.

Elisya menatap sungai yang terbentang disebelahnya, pandanganya menerawang jauh, masih memikirkan ucapan Reo semalam.

"Zandra bunuh diri dimalam dia hendak diadili, sementara Jo melarikan diri gak tau kemana, kamu tenang aja ya, biar ini kami selesaikan."

Padahal Elisya berharap Zandra membusuk dipenjara, tapi kenapa dia malah mati sih.

Dan juga, Elisya sempat telponan sama Davin, katanya Davin akan berangkat ke Belanda bulan depan.

Dia tak tau kabar Reihan bagaimana, karena Davin juga tak berniat mencari tau, mengurusi hidupnya sendiri saja sudah pusing, apalagi urusan orang.

Yah Elisya hanya berharap Reihan baik-baik disana, doa yang terbaik untuk Reihan dan semoga dia bisa melewati kesehariannya tanpa Elisya.

....

"Reihan, mobil udah dateng, kamu masih belum siap?" Nurul sudah meminta pada Galang untuk pergi duluan.

Mereka semua akan pindah 2 hari setelah hari ini, Reihan bisa pulang ke rumah karena keadaannya membaik.

Reihan menghela napas panjang, dia mengalungkan kamera ke lehernya, mulai sekarang kamera itu akan selalu dia bawa.

Karena Elisya ada di kamera itu, kalau Reihan kangen, dia bisa melihat rekaman itu berulang kali.

"Mami, kita mau pindah kemana?" tanya Reihan seraya memakai sendal jepitnya, hodie dan celana selutut menjadi outfitnya.

Reihan tampak seperti biasa, hanya saja dia kini jarang merengek atau nangis lagi.

Payah, rasanya Reihan malas untuk menangis, kesannya kaya dia bukan cowok sejati yang kerjaannya nangis terus.

Iyalah, cowok kan gaboleh nangis, karena cowok! Sama halnya kaya cewek, cewek kan gak boleh cengeng!

Begitulah sarkasme yang sering terjadi di kehidupan. Cowok cengeng diibaratkan sebagai cowok lemah, aneh sekali budaya patriaki kita selama ini.

"Kamu mau kuliah dimana nanti?" tanya Nurul.

Reihan sendiri sibuk mengatur jam tangannya. "Manajemen Bisnis Ma, Elisya maunya Rei jadi pebisnis." gumamnya.

"Lalu bakat lukis kamu?"

"Nanti aja, biar anak Rei yang ngembangin bakat itu."

"Ya sudah, nanti kami carikan Kampus ter akreditas A untuk kamu, kuliah yang bener, jangan samakan kuliah dengan SMA, jangan main-main, paham?"

Reihan mengangguk, dia memeluk Nurul erat. "Iya mamiiii, Rei janji bakal jadi anak baik mulai sekarang, Rei kan mau memantaskan diri untuk Elisya."

"Memang Elisya mau sama kamu?"

"Gatau juga, tapi setidaknya Rei memantaskan diri untuk Elisya, agar Elisya mau maafin Rei, gak ada guna nya Rei nangis gajelas, Elisya gak bakal balik, mending Rei upgrade diri Rei agar pantas untuk Elisya nanti."

Nurul kira Reihan udah gila, ternyata masih waras juga, Alhamdulillah kalau masih waras.

Karena jauh dilubuk hati Nurul, wanita itu agak tertekan dengan cemohan orang yang sering mengejek sifat Reihan yang satu itu.

Cengeng, penakut, tukang ngadu, egois, manja.

Karena pandangan masyarakat pada cowok yang seperti itu masih tabu, dimata masyarakat dulu maupun sekarang, cowok itu harus kuat!

Gak boleh cengeng! Gak boleh lemah, gak boleh manja! Harus kuat dan keras.

Ya dikira laki-laki apaan? Robot?

Sama halnya perempuan, perempuan dianggap tak boleh lebih kuat dari laki-laki, perempuan harus dibawah laki-laki, padahal sekarang perempuan lebih kuat dibanding laki-laki.

Tapi cover perempuan yang lembut membuat banyak orang meremehkan kaum hawa ini, padahal perempuan ini hanya lemah fisik, tapi batin dan mental perempuan lebih kuat.

Dikira perempuan apaan? Boneka?

Oh tidak, perempuan dan laki-laki itu sederajat, sama-sama makhluk ciptaan tuhan. Tidak ada kata perempuan lebih lemah dari laki-laki.

Karena semua punya kodratnya masing-masing.

Yang membuat berbeda adalah budaya patriaki yang masih kental di masyarakat.

Dan itu sulit dirubah karena sudah tertanam dalam mindset masing-masing.

🍒Bersambung🍒

Naughty Rei [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang