.
.
.
.
.
.
.
.
Haechan mengayuh dengan cepat sepeda butut nya di detik-detik terakhir gerbang sekolah nya akan di tutup."PAGI PAK YANTO!!" Ia sempatkan berteriak untuk menyapa penjaga sekolah saat melewati gerbang.
"Pagi juga mas Haechan!!" Pak Yanto sempat melihat tangan Haechan yang terbalut perban saat anak itu lewat di depan nya.
"Itu tangan kenapa, mas?!"
"DI GIGIT ANJING RABIES PAK!!"
Pak Yanto hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat begitu banyak energi positif yang anak itu bawa. Haechan memang anak yang terkenal tidak bisa diam disekolah nya.
Setelah meninggalkan sepeda di tempat parkir Haechan langsung berlari ke kelas nya di lantai tiga untuk menaruh tas. Karena memang sekolah ini di desain untuk seluruh kelas X di lantai satu, kelas XI di lantai dua dan kelas XII di lantai tiga. Sedangkan ruang guru dan kantin berada terpisah disebelah bangunan kelas.
"Anjing lah!! sape si yang nyuruh bangun sekolah luas bat begini?!" Haechan mengabaikan sakit di area perut, pinggang serta pantat nya dan berhasil berlari ke lantai tiga. Ia kembali berlari di lorong kelas XII dan berakhir di depan pintu kelas nya, XII IPS 4.
"Haechan ayok cepetan njir, apel nya udah mau mulai!" ucap Felix sambil menarik kerah seragam Haechan yang baru saja meletakkan tas.
"Sabar asu!" Haechan memukul tangan Felix dan mengikuti langkah teman nya itu berlari.
Mereka berdua termasuk murid murid yang hampir saja telat ikut apel. Jika saja tadi Haechan dan Felix tidak berlari dengan cepat dan terlambat satu detik saja, mereka akan masuk ke jajaran murid yang telat menghadiri apel.
"Anjrott hampir aja kena hukum" ucap Haechan sambil mengatur nafas. Ia lega sekaligus lelah.
"Hoo su, untung ora telat" Felix menjawab juga dengan nafas memburu.
Tapi mata Felix tidak sengaja tertuju pada tangan teman disamping nya "Haechan, ini tangan lo kenapa?!" Felix meraih tangan Haechan dengan hati hati.
"Oh itu.. digigit anjing rabies hehe"
Mata Felix memicing tajam "Beneran digigit anjing??"
"Iya lahh, sakit bat gigi nya tajem kaga mau lepas, gue ampe dibantu 10 warga tauu"
"Hah?! Sampe segitu nya Chan? Pasti sakit ya?" Felix meringis membayangkan tangan nya sendiri yang digigit anjing rabies.
Haechan berusaha menahan tawa nya "Banget Lix, lo mau coba?"
"Gak lah, gila lo ga ketularan rabies kan??"
"Enteng bat lo ngomong, udah ih diem ntar ditegur males gue"
Haechan dan Felix ada di barisan paling belakang kelas XII sekarang. Tinggi mereka yang hanya sekitar 170 cm membuat mereka tidak bisa melihat apa yang terjadi di tengah lapangan.
Jika mereka kabur dari apel pun tidak akan bisa karena ada osis sekolah yang berjaga di belakang mereka. Jadi Haechan dan Felix hanya bisa berdiri sambil mendengarkan sang kepala sekolah bicara.
"Jadi kalian semua sudah dengar rumor tentang guru baru sekolah kita? Biar saya luruskan beberapa hal yang melenceng disini" dengan wajah nya yang terkesan datar dan dingin Jaehyun mulai berbicara untuk mengisi apel Senin pagi hari ini.
"Rumor yang beredar benar bahwa guru baru nya adalah anak saya, lebih tepat nya adalah anak laki-laki pertama keluarga Jung. Dan dia hanya akan menjadi guru BK kalian, serta menggantikan saya menjadi kepala sekolah disaat saat tertentu" Jaehyun menghela nafas ditengah bisikan murid murid nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY CHAN!!
FanfictionHaechan sedang bercanda ria di pasar malam bersama teman-teman, tapi karena perut nya sangat lapar ia memberitahu semua orang jika ingin membeli camilan dan akan segera kembali. Namun siapa sangka pria bermarga Seo ini malah dipertemukan oleh balita...