Bismillah dulu,
Siapa tau ga sesuai ekspektasi klean..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari Minggu.
Tepat satu bulan setelah bayi laki-laki tampan milik Mark Jung dan Jung Haechan lahir ke dunia.
Pagi ini dominan beralis camar sudah siap dengan pakaian nya yang serba hitam. Sejenak melihat pantulan diri di cermin sambil melamun memikirkan deretan kejadian selama satu bulan ini.
Hari-hari penuh perasaan sedih, bahagia, kecewa, dan menyesal telah dilalui pria bermarga Jung. Ia kaget sekaligus menyesal di waktu bersamaan.
"Daddy?" cicitan anak pertamanya terdengar bersamaan dengan kepala yang menyembul dari balik pintu kamar.
Mark tersadar dari lamunan dan langsung menghampiri Chenle yang juga sudah rapi dengan pakaian serba hitam nya. Balita itu terlihat sangat menggemaskan dengan dasi kupu-kupu di leher.
"Kenapaa sayang?"
"Eumm mau kemana? kenapa baju item dad?"
"Kita.." Mark terdiam sejenak melihat wajah polos balita di gendongan nya, "Ketempat mom mau ya?"
Chenle menatap sosok gagah berparas tampan dengan raut kebingungan. Tapi ia menurut, lagipula sudah lama mereka tidak bertemu sosok itu. Walaupun jujur saja si balita menyembunyikan perasaan takut di lubuk hati terdalam nya.
Saat di perjalanan Mark terus menjelaskan kepada Chenle tentang kejadian beberapa minggu belakangan ini. Balita yang mirip sekali dengan daddy nya tentu hanya mendengarkan sesesekali mengangguk kecil menyetujui perkataan Mark.
Beberapa menit kemudian mobil yang di kendarai anak sulung keluarga Jung berhenti.
Si dominan melangkah menuju tempat duduk samping kemudi lalu menggandeng tangan Chenle sembari melihat gerbang dihadapan mereka. Pintu masuk tempat ini terbuka lebar seakan sudah tahu ada tamu yang akan datang di pagi yang mendung ini.
"Siap?" Mark menunduk, tersenyum kepada anak pertama nya yang sudah memegang sebuket tulip putih. Bunga tersebut melambangkan rasa simpati atau permintaan maaf dan pengampunan.
Chenle mengangguk menanggapi daddy nya namun jelas tak tercetak senyum di wajah putih bersih itu.
Hati Mark sesak saat mengetahui salah satu orang yang telah lama menemani nya kini sudah tiada. Perlahan mereka berdua melangkah masuk ke dalam tempat sunyi dengan gerbang tinggi yang sudah terbuka lebar.
Pemakaman. Dimana tubuh lelah tak bernyawa mengistirahatkan diri selama nya.
"Daddy, kenapa m-mom di tumpuk tanah?" pertanyaan itu sukses membuat Mark terkekeh pelan.
"Tidur sayang, mom capek"
"Kenapa ndak di kasul aja tidul nya?"
Mark hanya diam tak menjawab hingga mereka sampai di samping batu nisan yang masih terlihat baru dibandingkan batu nisan lain di sekitar. Si dominan berlutut, membuat si balita ikut melakukan apa yang daddy nya lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY CHAN!!
FanfictionHaechan sedang bercanda ria di pasar malam bersama teman-teman, tapi karena perut nya sangat lapar ia memberitahu semua orang jika ingin membeli camilan dan akan segera kembali. Namun siapa sangka pria bermarga Seo ini malah dipertemukan oleh balita...