.
.
.
.
.
.
Mark bangkit dari duduk di lantai beralaskan karpet menuju meja yang berada di seberang kiri kasur, mengambil beberapa obat yang tadi sempat ia beli. Lalu berjalan lagi menuju Haechan yang hanya memperhatikan nya dari tadi."Apaan?" Haechan sedikit memajukan wajahnya untuk mengintip kresek yang dibawa Mark.
"Obat" si pria dominan membuka salah satu botol berwarna kuning yang Haechan yakini adalah betaudini.
"Lo luka? mana sini gue obatin" kata Haechan.
Ia sudah benar-benar berusaha menahan tawa saat dirinya mengucapkan kata-kata itu.
"Ppfftt cringe bat jingan, masa sama guru pake lo-gue"
Mark juga sedang menahan tawa nya agar tidak meledak, tapi saat pandangan nya bertemu dengan mata Haechan ruangan itu seketika dipenuhi suara tawa.
"Chan stop, jangan ketawa"
Haechan abai dan malah tertawa sembari berguling-guling diatas karpet, sedangkan Mark juga sudah tertawa lepas disebelah Haechan.
"Lo gue? ngahahahahaha kocak"
"Udah jangan ketawa, udah kayak orang gila inii" Haechan berusaha menghentikan tawa nya karena takut Chenle terbangun. Tapi balita itu bahkan tidak terganggu sedikit pun dalam tidur nya.
"Lo duluan juga" Mark memegangi rahangnya yang sangat pegal karena tertawa, tapi ia tidak bisa berhenti semudah itu.
Ruangan tersebut benar-benar di isi tawa riang keduanya. Setiap kali Mark sudah mulai bisa mengontrol tawa, Haechan akan menatap langsung ke arah mata Mark dan membuat tawa kembali meledak.
Hingga beberapa menit kemudian Haechan sudah mulai lelah dan memilih mengakhiri acara tertawa nya "Yaa kan gue lagi proses penyesuaian bahasa, Melk! udah jangan ketawa!"
"Lo gak lihat gue lagi usaha nahan tawa? diem dulu!"
"Dih punya guru BK gini bat dah, tidak ramah untuk di contoh"
"Serah gue lah"
Haechan kembali duduk disamping Mark yang masih tertawa keras. Bahkan Haechan mulai mendatarkan wajah nya melihat pria itu tidak berhenti dan sekarang malah memukul lengan atas Haechan.
"Meelk~"
"Kenapaa?"
"Udahan atuh ketawa nya, udah ga lucuu, ntar perut nya sakit loh"
Mark langsung menghentikan tawa menggelegar nya detik itu juga karena Haechan yang menyuruh. Wajah datar dengan tatapan tajam kembali mendominasi sekarang.
"Sini mana tangan kanan nya"
"Hah? buat apa?" Haechan sedikit memiringkan kepala bingung.
Yang ditanya bukan nya menjawab malah langsung menarik tangan Haechan mendekat. Mark juga mendekatkan tubuh nya agar lebih mudah melihat kondisi perban di tangan Haechan yang sudah tak berbentuk.
"Berapa abad ngga di ganti?" tanya si dominan.
Haechan hanya mengedikkan bahu "Ngga tau, hampir seminggu kayaknya"
Pria didepan nya yang mendengar jawaban santai keluar dari mulut Haechan pun langsung menoyor kepala anak itu, "Bego!"
"Lo ngga tau apa-apa, ngga usah sok ngatain asu"
"Affah iyah? kata siapa dek?"
"Budeg lo? kata gue barusan ih"
"Yayaya terserah"
Mark mulai membuka perban yang melilit telapak tangan Haechan dengan sangat perlahan. Dan betapa terkejut nya ia saat melihat hampir seluruh permukaan telapak tangan itu penuh dengan lubang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY CHAN!!
FanfictionHaechan sedang bercanda ria di pasar malam bersama teman-teman, tapi karena perut nya sangat lapar ia memberitahu semua orang jika ingin membeli camilan dan akan segera kembali. Namun siapa sangka pria bermarga Seo ini malah dipertemukan oleh balita...