Poor Haechaniee.

75K 5.8K 710
                                        

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Chan?"

Renjun memanggil sahabat nya yang sedaritadi meletakkan kepala di atas meja dengan tangan menekuk sebagai bantal. Haechan tampak sangat lemas dari awal pelajaran pertama hingga kini bel istirahat berbunyi diseluruh penjuru sekolah.

"Kenapa Njun?"

"Lo yang kenapa anjir?"

"Apaan? gue ngga apa tuh"

Haechan mengubah posisi menjadi bersandar di kursi sembari mengusap wajah. Kepala nya pusing sekali, jadi mungkin sehabis istirahat dia akan bolos dan tidur di rooftop saja.

Jeno Jaemin baru menghadap belakang untuk mengajak Renjun dan Haechan ke kantin. Tapi mereka malah khawatir melihat wajah pucat salah satu sahabat nya.

"Chan? pucet bat kek pocong" Jeno mengerutkan kening nya heran.

Sementara itu Jaemin mulai mengarahkan telapak tangan ke dahi Haechan. Dan benar saja, suhu tubuh sahabat nya itu meningkat beberapa derajat celcius.

"Lo kenapa sih Chan? setiap masuk musim ujan pasti gampang bat sakit?"

Jaemin berdiri di sebelah Haechan dan mengusap rambut sahabat yang bersandar di perut nya. Haechan memang sering sekali sakit saat mulai memasuki musim hujan, tapi jika ditanya kenapa, Haechan hanya akan menjawab tidak enak badan.

"Paan sih orang cuma pusing biasa doang lebay lo pada, udah ayo ngantin"

Haechan berdiri dari duduk nya dengan sedikit bantuan dari Jaemin. Mereka ber empat pun akhir nya pergi ke kantin sekolah sembari bercanda sepanjang jalan.

Tapi di lantai satu, tepat nya saat sedang menyusuri lorong kelas menuju kantin, Haechan berpisah dengan ketiga sahabat nya. Ia berbelok arah untuk sampai di kamar mandi lantai satu.

Pria manis berkulit tan itu berdiri di depan kaca wastafel dan melihat hidung nya yang sudah banjir darah, ia pun langsung menunduk untuk bisa membasuh hidung. Untung saja keadaan kamar mandi sedang sepi, dan untung nya lagi tadi Renjun, Jeno dan Jaemin belum sempat menyadari dirinya mimisan.

"Jancok, ngga mau berhenti nih gimana woyy?"

Haechan tentu saja panik saat menyadari darah yang mengalir dari hidung nya tidak segera berhenti. Ia harus apa? tidak mungkin dirinya keluar dan meminta tolong dengan keadaan seperti itu.

Akhirnya si manis hanya menundukkan kepala, tangan ia letakkan di kedua sisi wastafel untuk menopang tubuh. Haechan biarkan darah itu mengalir dengan sendiri nya hingga tuntas sembari memejamkan mata karena pusing yang menyerang.

"Babe.."

Sebuah lengan kekar tiba-tiba merangkul pinggang nya dari samping. Haechan yang kaget pun seketika menoleh dan terpampang lah wajah Mark yang berubah khawatir.

"Astaga Seo Haechan"

Mark langsung mengangkat tubuh lemas Haechan untuk duduk di samping wastafel. Ia ambil tissue dan dengan telaten membersihkan darah yang terus mengalir dari hidung pacar nya.

"Melk, pusing" Haechan sesekali memukul kepala berharap sakit nya akan mereda.

Jika bersama orang lain Haechan memang akan memendam semua masalah nya sendiri. Tapi entah kenapa jika sudah di samping Mark ia tanpa ragu mengeluarkan segala keluh kesah yang selalu di sembunyikan.

Otak nya selalu berkata 'jangan beritahu siapapun'. Tapi saat bertemu Mark, hati nya berkata 'pengecualian untuk orang ini'.

"Echan habis ngapain kok mimisan gini?" ucap Mark disela kegiatan nya membersihkan hidung Haechan. Untung darah itu dengan perlahan berhenti mengalir.

MOMMY CHAN!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang