.
.
.
.
.
.
.
Di malam yang sama, rumah yang sama, tetapi dengan ruangan yang berbeda.
Kini Mark Jung sedang memeriksa berkas perusahaan di ruang kerja nya. Memang jam sudah menunjukkan pukul 00.30 am tapi dia belum mengantuk.
Tadi dia sudah sempat melihat kamar tamu yang membuat nya seketika melotot. Pintu berderit saat dibuka, debu dimana-mana, sprei putih nya sudah berganti abu-abu, tidak ada lampu, kamar itu sudah seperti kamar hantu.
Mark sebenarnya berani, hanya saja ia terlalu malas membersihkan ruangan itu terlebih dahulu. Jadi ia putuskan untuk tidur di ruang kerja saja, karena di ruangan itu terdapat sofa besar yang bisa untuk Mark tiduri.
01.15 am.
Okee.. Mark Jung salah besar. Ternyata sofa itu sangat tidak nyaman untuk dijadikan tempat tidur. Ia sudah hampir satu jam mencari posisi nyaman tapi malah terguling ke lantai.
"Ya tuhaaann mau tidur doang susah amat elahh" ujar Mark yang kini mengusap pantat nya.
Ia berjalan keluar ruang kerja yang ada di lantai satu menuju dapur, Mark haus. Tentu saja semua lampu sudah mati menyisakan hanya lampu luar dan lampu dapur yang menyala.
Setelah puas karena tenggorokan nya terasa lega, ia menaiki tangga dengan perlahan. Jika kalian berfikir dia akan masuk ke kamar nya, itu salah.
Mark Jung kini sedang mengetuk pintu kamar adik pertama, Jung Jeno. Tadi nya dia ingin langsung masuk tapi ternyata pintu nya terkunci dari dalam.
Tok Tok Tok
"Jung Jeno..?"
Putra pertama keluarga Jung ini sangat pelan memanggil nama adik nya agar seisi rumah tidak terganggu.
"Jeno.."
"Woyy Jen.."
Tidak ada jawaban, mungkin adik nya itu sudah tertidur pulas. Atau malah takut dengan ketukan pintu serta panggilan nama nya di tengah malam begini? Ditambah lagi malam ini hujan turun dengan lebat bersama petir yang menggelegar.
Mark Jung menghela nafas panjang.
Kini tebakan kalian benar, ia memasuki kamar pribadinya dan Chenle hanya untuk sekedar melihat dua bayi tertidur. Pasti menggemaskan.
Saat sampai di sisi ranjang pria itu melihat si balita memang sudah sangat nyenyak dalam tidur nya, tapi dimana Haechan? sosok berkulit tan itu tidak terlihat di kasur king size milik nya.
Lampu tidur yang hanya ada di kedua sisi ranjang juga tidak membantu penglihatan nya. Tapi Mark yakin ia mendengar suara tangisan seseorang.
"Saha disana?"
Karena penasaran Mark akhirnya mulai menyusuri kamar luas milik nya itu. Pertama berjalan ke kamar mandi, tapi ia tidak menemukan siapapun dan suara tangisan itu kian menghilang. Lalu di walk in closet pun Mark tidak melihat siapapun, tidak ada yang mencurigakan.
Mark kembali menyusuri kamar luas yang penerangan nya hanya dua lampu tidur di kedua sisi ranjang. Pria itu terus berjalan hingga ia sampai di sudut ruangan paling gelap dekat balkon yang tertutup gorden.
Dengan bantuan kilatan petir Mark berhasil melihat sosok kulit tan sedang terduduk memeluk lutut. Badan mungil nya bergetar hebat, kedua matanya terpejam erat, tangan kiri nya di gigit untuk meredam suara tangisan yang keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY CHAN!!
أدب الهواةHaechan sedang bercanda ria di pasar malam bersama teman-teman, tapi karena perut nya sangat lapar ia memberitahu semua orang jika ingin membeli camilan dan akan segera kembali. Namun siapa sangka pria bermarga Seo ini malah dipertemukan oleh balita...