.
.
.
.
.Hari ini adalah hari pernikahan Jeno dan Jaemin.
Tamu tamu undangan sudah banyak yang datang termasuk orang orang penghuni XII IPS 4. Mereka datang dengan wajah sumringah karena akan mendapat makanan gratis dari pernikahan ini.
"Echann asli gue takut, mana mual gini lagii"
Tangan berkeringat dingin milik Jaemin terus mencengkeram lengan atas Haechan di ruang rias. Acara akan dimulai 15 menit lagi dan dirinya benar benar gugup sekarang.
"Ishh anjing Na, jangan di remes lengen gue"
Haechan tau betul perasaan sahabat nya ini, ia dulu juga sempat ingin membatalkan pernikahan karena gugup. Mungkin kaki Jaemin sekarang sudah menjadi jelly sama seperti diri nya sewaktu menikah.
"Nana? Udah siap?"
Yuta dan Winwin tersenyum lembut pada anak mereka di ambang pintu. Haechan segera menyingkir untuk memberi jalan kedua orang tua Jaemin agar mendekat.
"Bunaaa, Nana takutt"
Kini Jaemin mulai memeluk Winwin sembari berharap kegugupan nya bisa berkurang. Yuta pun ikut memeluk istri dan anak nya dengan erat sembari mengecup pucuk kepala Jaemin dengan lembut.
"Kan nanti ditemenin ayah jalan nya, jangan nangis dong masa mau nikah malah nangis?"
"Berarti ntar Nana bakal jarang ketemu sama ayah sama buna dong"
"Ntar kita bakal sering main Na, kamu juga sering sering main kerumah yaa?"
"Betul kata buna Winnie, walau jauh Nana tetep jadi anak nya ayah sama buna sampe kapanpun"
"Hihi Nana sayang ayah Atuy sama buna Winnie!!"
Iri? Tentu Haechan iri.
Kapan terakhir kali ia mendapat pelukan hangat dari orang yang telah melahirkan nya? Kapan terakhir kali super hero kesayangan nya mengucapkan bahwa ia sayang pada anak bungsu ini?
Haechan bahkan sama sekali tidak ingat, hanya ada kenangan pahit yang melekat dan terus menghantuinya di setiap malam.
Ia berusaha susah payah mengobati luka tak kasat mata yang terus timbul setiap hujan turun.
Ia terus mencari keberadaan 'rumah ternyaman' yang selama ini hilang meninggalkan nya entah kemana.
Ia selalu mencoba yang terbaik agar suatu hari nanti papa dan mae nya datang lalu mengucapkan satu kalimat yang ingin sekali Haechan dengar dari mulut orang tua nya.
'Seo Haechan, anak papa hebat banget, papa bangga sama kamu'
'Sini mae peluk sayang, capek ya berjuang sendiri?'
Hanya itu. Tapi apa bisa?
Ia bahkan tidak tahu keberadaan keluarga nya sekarang. Bagaimana kabar kedua abang nya? Pasti baik kan? Mereka bahagia bersama papa dan mae di luar sana.
Haechan selalu berdoa atas kesehatan serta keselamatan San dan Hendery. Ia yakin sekali bahwa sosok yang dulu selalu ada disisi nya belum melupakan sang adik. Ia juga yakin orang dengan happy virus yang dulu selalu menghibur masih ingat dengan diri nya.
'Abang gimana kabar nyaa? mau denger cerita Hyuck ngga?'
Hidup nya sudah cukup menyakitkan dengan tidak adanya keluarga yang harmonis. Lalu ditambah dengan kejam nya dunia yang harus Haechan hadapi sendiri selama hampir tiga tahun lama nya.
Haechan sudah hebat sekali bukan?
Ia terus menunjukkan senyum manis pada orang-orang yang selalu berbuat jahat padanya. Ia selalu bersyukur atas apa yang tuhan berikan setiap saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY CHAN!!
FanfictionHaechan sedang bercanda ria di pasar malam bersama teman-teman, tapi karena perut nya sangat lapar ia memberitahu semua orang jika ingin membeli camilan dan akan segera kembali. Namun siapa sangka pria bermarga Seo ini malah dipertemukan oleh balita...