Part 10

5.2K 436 8
                                    

21 Mei 2022

•••

"Pah, Mamah ... Mamah makin parah, Pah."

"Rawat saja dia sendiri, dia sudah tak punya harapan hidup, kita tak punya cukup uang untuk membiayainya!" kata ayahnya, tanpa perasaan saat itu, kala ibundanya didiagnosis penyakit ganas yang menggerogoti tubuhnya.

Saat itu, padahal mereka amatlah lebih dari cukup dan berada, harusnya setidaknya masih bisa membiayai sang ibunda. Namun, ayahnya enggan mengeluarkan uang sepeser pun untuk wanita itu, hingga mau tak mau Selena berbohong. Uang yang rencananya untuk kuliah akhirnya ia pakai untuk biaya berobat ibunya, dan dirinya mulai mengambil kelas karyawan dan bekerja. Menepis segala ucapan demi ucapan pedas yang selalu dilontarkan sang ayah.

Sedari dulu, sedari dulu Selena memang ingin melepaskan diri dari ayahnya.

Ia memulai pemberontakan dengan ini.

Selama ibunya dirawat, Selena menghadapi hidupnya yang amat melelahkan, tanpa ada sandaran selain ibunya yang kini mengalami koma tak sadarkan diri, ia sering curhat pada wanita yang tertidur pulas bersama banyak alat penunjang kehidupan, apa memang ... ibunya tak akan selamat ... tetapi ia berharap, sangat berharap ibunya bertahan.

"Mamah ...."

Saat terpuruk itulah, seorang pria datang ke hidupannya, pria dengan seribu satu kharisma dan kebaikhatian, ia bertemu di kafetaria tempat Selena bekerja dan menjadi pemesan kopi setiap paginya. Percakapan mereka awalnya tak disengaja, ketika pria berambut pirang dengan mata hijau terang itu berkata, "Bisa kau berbicara bahasa Inggris?"

Itu hari pertama ia di sini dan Selena sadar, pria ini seorang turis, bule, entah dari mana asalnya.

"Ya, Tuan, apa yang bisa saya bantu?" tanya Selena dengan bahasa Inggrisnya yang lumayan lancar.

Pria itu tampak tersenyum. "Syukurlah, kupikir aku akan buta di lingkungan baru ini, aku kabur dari rumah dan di sinilah aku terdampar. Omong-omong, namaku Gio."

Mereka bercengkerama setelah itu dan merasa ada kemiripan, Selena punya ayah yang buruk, sementara Gio juga punya orang tua yang parah, pemuda itu mengaku tak dibenci karena putus sekolah dan memilih tak meneruskan menjadi anak hukum seperti orang tuanya yang hakim dan pengecara, Gio lebih senang menjadi gamer profesional dan faktanya dia sudah menghasilkan uang dengan itu. Hampir sama nasibnya dengan Selena tetapi Selena menolak perjodohan paksa yang mempertaruhkan pendidikannya.

Kesamaan itu, membuat Selena merasa ada pasangan puzzle dari puzzle hidupnya, Gio, pria yang ia pikir pria baik ....

Awalnya, iya, ia selalu melengkapi Selena, membantu Selena, dan Selena yang memang tak punya apa pun selain ibunya, menerima Gio dengan mudahnya masuk. Tanpa mengetahui ada niat terselubung pria itu. Ya, itu bodoh, Selena sadari, banyak sekali kasus serupa yang dialami wanita lain, Selena tak belajar dari itu semua sama sekali.

Niat terselubung yang diawali dengan Gio yang meminta jatahnya.

"Yah, di tempatku, itu hal lumrah, kau santai saja aku pasti akan bertanggung jawab." Dan dia, sebagai wanita yang terbuai, punya trauma mendalam, mudah dimanipulasi begitu saja hingga memberikan apa yang diinginkannya pada Gio.

Sampai akhirnya ....

"Gio, aku hamil."

"Good, Baby. Aku akan menikahimu, santai saja."

Bullshit!

Selena menangis mengingat itu semua, betapa polosnya ia di masa lalu mempercayai ucapan Gio, Gio yang akhirnya kabur dan bukannya menepati janjinya. Pria itu kabur pergi entah ke mana, Selena dengan bodohnya malah menunggu dan setia menunggu hingga perutnya sudah mengalami pembesaran ....

Sayangnya, Gio benar-benar hilang bak ditelan bumi, tak ada kabar apa pun, media sosial tak aktif dan segalanya, benar-benar hilang.

Selena benar-benar tak tahu tempat bersandar setelah itu, ia hancur berkeping-keping, terlebih kemudian, seorang asing meneleponnya. Ia pikir itu Gio ....

"Gio?"

Namun di seberang sana, hanyalah tawa gelegar. "Mampus, haha, hamil di luar nikah kan lu, malu-maluin, nolak gue sih!"

Ucapan itu ....

"Kamu! Ini ulah kamu pasti kan!" Panggilan terputus. "Heh! Ini ulah kamu pasti kan!" Selena berusaha menelepon balik, tetapi tak bisa, sama sekali.

Selena semakin hancur, dan ia menuju ke rumah sakit menemui ibundanya, hanya wanita itu tempat ia curhat, ia curhat dengan tangis yang tak terhenti soal Gio, dia, dan pria berengsek anak rekan ayahnya yang pasti dalam di balik itu semua.

"Jangan menyalahkan dia! Dari awal itu semua salah kamu, dan kebodohan kamu!" Entah datang dari mana, nyatanya ada ayah Selena di sana, berdiri di ambang pintu dengan wajah dingin. "Gugurkan anak itu, dasar anak tak berguna! Tol**! Bod$$! Mau saja dipermainkan laki-laki! Harusnya kamu terima saja perjodohan itu, lihatlah karma menampar kamu hingga kamu akhirnya begini! Memalukan!"

Selena hanya bisa menangis seraya memegang perutnya yang buncit, haruskah? Haruskah ia begitu? Meski anak ini dari daging pria itu ... anak ini juga anaknya ... dan sudah ada nyawa di sana.

Saat perdebatan itu, seseorang memegang tangan Selena, Selena terkejut gdan menatap tangan yang memegangnya.

"Mamah ...." Sang mamah sadar, matanya menatap Selena dengan senyum hangat, meski berkaca-kaca. Meski pegangannya lemah, tetapi Selena tahu ibunya ... tengah menguatkannya.

Wanita itu pun menatap perutnya, dan mungkin dia mendengar semua yang dikatakan Selena, semuanya, kemudian menatap wajah Selena lagi yang terbungkam takjub, ibunya sadar setelah sekian lama koma.

Mulut wanita itu bergerak ....

"Selena, kamu wanita kuat." Suaranya lirih pelan berkata, sebelum akhirnya suara kardiograf berdenging nyaring karena garis lurus yang ada, serta merta mata yang mulai menutup tenang.

"Mamah! Mamah jangan tinggalin aku! Mamaaah!" Selena menangis meneriaki ibundanya.

Itu patah hati terbesar, setelah ragam patah hati yang hadir di kehidupannya, ditipu muslihat Gio, ditinggal pergi ibunya, dan kemudian menjadi bahan caci maki ayahnya yang ingin Selena menggugurkan bayi di kandungannya.

Namun, Selena mempertahankan kandungannya, sekuat tenaga, tak peduli ayahnya suka atau tidak, ia tak peduli, ini anaknya bagaimanapun terjadi, dan kata ibunya dia wanita kuat, wanita kuat pasti bisa berdiri sendiri, hingga akhirnya jagoannya hadir. Thomas Prayuda. Tommy. Mungkin karena melihat bayi mungil tak berdosa itu, ayahnya agak berbaik hati padanya, tahu itu cucunya.

Akan tetapi, semakin Tommy kecil tumbuh, ada kebencian lagi di mata ayahnya.

"Dia mirip bajingan itu!"

"Papah ... tahu ayahnya?" tanya Selena, kaget tentu saja, ayahnya tahu?

"Meski aku terlihat mengabaikanmu, bukan berarti aku benar-benar melakukannya, aku tetap mengawasimu, tetapi tampaknya kamu tak bisa diawasi. Anak bodoh!" Ya, kembali ucapan pedas itu terdengar, niat pergi Selena semakin mantap setiap saatnya.

Akhirnya ia bisa lepas ....

Selena mengusap air matanya, ah dia wanita kuat, tak perlu menangis, fokus saja ke masa depannya dan anaknya nanti, Tommy juga akan bersekolah di SD dekat sini, ia harus mengurus keperluan itu semua.

Kalau ditanya, apakah Selena masih menunggu Gio, ya dia menunggunya, setidaknya Selena ingin mengeluarkan gelar juara umum tinju liar wanita padanya. Akan dia colok mata hijau zambrud itu dan dia jadikan batu akik.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

PAPA BEEBO [Brendon Series - P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang