Part 24

3.1K 352 17
                                    

4 Juni 2022

•••

Brendon pulang ke kost-an Dani, tampak hanya dia seorang diri di sana dan entah ke mana sobatnya saat ini. Dengan sendu, si pemuda duduk di kasur tipis yang tersedia di sana, dan memikirkan kejadian demi kejadian yang terjadi hari ini.

Kenapa semakin Brendon ingin menjauh, ada saja kejadian tak disangka yang membuat ia, bertemu lagi dan lagi.

Brendon merasa tak habis pikir dengan kebetulan demi kebetulan yang ada. Seakan takdir mempermainkannya. Hingga sekarang ia teringat ucapan demi ucapan Dani padanya.

Sering ketemu ... jodoh?

Ah, tidak mungkin rasanya.

Selena menyuruhnya menjauh, dan Brendon sudah janji melakukannya. Ya, itu. Itulah faktanya. Mereka tak akan pernah bersama, apa yang Brendon pikirkan? Brendon tak perlu berharap apa pun, dia sudah memutuskan.

Dia sudah menjadi pria, keputusan ini, maka keputusan ini, tak boleh labil.

Namun pemuda itu teringat ucapan Tommy ... keinginannya menjadi papa, lalu ... menyerah sebelum mencoba. Enggak enggak, untuk apa Brendon mencoba? Dia sudah tahu hasilnya.

Kan?

Argh! Kepalanya puyeng!

Brendon menggeram sambil memegangi kepalanya, kacau sekali, beruntung pekerjaannya aman meski isi kepalanya nyat-nyit-nyut.

Pintu kost terbuka, Brendon menoleh ke sana. "Weh, dah pulang lu." Itu Dani, bersama bingkisan di tangannya. Pemuda itu memperhatikan sang teman yang kelihatan frustrasi, tetapi tak langsung mengomentari.

"Lo dari mana aja?" tanya Brendon, menyandarkan diri ke dinding.

"Dari depan, gue beli bakso panggang, lo mau?" Dani duduk di seberangnya, sambil membuka bingkisan kemudian meletakkan tepat di tengah-tengah mereka. "Dibawa santai, Kawan. Dibawa santai." Dani tak mau membawa permasalahan lebih lanjut, jadi ia hanya bisa menenangkan Brendon.

"Dan, menurut lo ...." Brendon mencomot salah satu bakso, mulai mempermainkan makanannya.

"Apa?" Dani bertanya karena Brendon tak langsung melanjutkan kalimatnya.

"Sesuatu berhak ... diusahakan gak sih meski sesuatu itu mustahil?"

Dani sejenak diam berusaha mencerna maksud temannya itu, sampai dia sadar sepertinya pertanyaan Brendon mengacu pada satu hal yang akhir-akhir ini mengganggu ketenangan hidup temannya tersebut.

Dani siap menjawab, tetapi Brendon seketika menyela. "Ah, enggak enggak, lupain pertanyaan gue." Brendon merasa konyol, kan sudah pasti dia pisah kan!

Pisah ya pisah saja! Udah!

"Bren, boleh gue ngasih saran?" Dani dengan wajah agak dongkol mulai buka suara. Tanpa disangka, Dani menyabet bakso panggang dari tangan Brendon.

"Weh, bakso gue itu!" Brendon berusaha mengambilnya, tetapi Dani meninggikan tangan dan menjauhkan diri dari Brendon.

Brendon mendengkus seraya mengambil sosis yang baru. Namun lagi-lagi, Dani menjauhkan dirinya dari Brendon. Pertengkaran pun terjadi, rebutan bakso, dan Brendon tersenyum semringah ketika bakso miliknya kembali ke tangannya.

"Lo kenapa sih? Tadi bilang bagi-bagi, tetiba gue dilarang gini! Maksud lu apaan?" tanya Brendon kesal, memakan bakso itu segera sebelum Dani mengambilnya lagi.

"Ya itulah maksud gue, kalau lo pengen ni bakso, ya ambil tu bakso, tapi harus usaha lewatin gue dulu, kalau enggak, ya gak usah, lo gak dapet apa-apa." Dani memakan sosisnya. "Kedengerennya simpel ya, dengerin kata hati? Tapi kok kadang rumit, kan ya?"

PAPA BEEBO [Brendon Series - P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang