Part 33

3K 317 27
                                    

13 Juni 2022

•••

Untung, tamparan itu tak kena, ternyata kekuatan Simon itu sepele, lemah, dan Brendon cukup gesit menghindarinya.

"Wah, ngeri ngeri, bukannya ngomong baik-baik malah main tangan." Brendon mengejek pria tua itu dengan remeh.

"Kalian!"

"Brendon, cukup, hentikan." Ibunda Brendon menahan sang putra yang terus saja blak-blakan berucap padanya, dan Brendon mau tak mau menurut meski masih banyak kata yang ia yakin akan membuat ayah Selena mati kutu. "Simon, apa kabar kamu? Kami bersyukur kamu baik-baik saja, akhirnya kita ketemu lagi."

Brendon menatap kaget orang tuanya, kenapa sebegitu baiknya sih sama tamu yang bahkan menginjak-injak harga diri mereka?

Simon hanya menatap datar, tak terkesan atau berekspresi apa pun. "Cukup jauhi anakku, dan jangan macam-macam."

"Soal itu, maaf Simon, kami tak bisa mengabaikan Selena, karena kami sudah menganggapnya anak kami sendiri." Ayah Brendon terlihat serius, dan Brendon mengangguk setuju. "Apa pun ancaman kamu sekarang, apa pun alasan kamu, kami akan tetap berada di sisi Selena."

"Jangan berani macam-macam kubilang!" teriak Simon murka, menunjuk wajah ayah Brendon begitu saja.

Brendon dengan kesal menepis tangan itu. "Kek, jangan lancang sama orang tua saya ya!"

"Kamu!"

"Apa hah? Apa? Saya hormat, sama orang yang menurut saya pantas dihormati." Brendon balik mengancam, toh kalau perlu baku hantam, dia gaskan.

"Brendon, cukup, jangan begitu," tegur sang ibu, menahan emosi putranya yang menggebu.

"Tapi, Mah, dia ...."

"Sayang, tenang ...." Kembali, sang ibu menenangkan dengan suara halusnya, Brendon berusaha mengeluarkan amarahnya dari embusan napas kemudian. Ibu Brendon menatap Simon lagi. "Apa pun yang terjadi di antara kita, Simon, aku dan Bobby benar-benar minta maaf sama kamu. Kami tahu, sebenarnya kamu orang baik, tolong kembalilah, persahabatan kita seperti dulu, kami--"

"Kalian masih saja cupu dan perasa seperti dulu, menjijikan." Simon tertawa, tawa sarkastik tanda mengejek. "Persetan dengan masa lalu, anggap kita orang asing yang tak pernah bertemu sebelumnya."

"Simon!" Bobby, ayah Brendon, menahan sang pria. "Kamu sungguh dengan ucapan itu? Aku tau kamu, kamu ... bukan orang begitu. Tolong, Simon, kami memohon maaf."

Simon menepis pria itu. "Cih, tau apa kamu."

"Saat itu, saat kamu menghancurkan kami, dan kami bangkit lagi, kamu sebenarnya bisa menghancurkan kami sehancur-hancurnya. Kenapa kamu gak lakuin itu huh? Kenapa Simon? Aku tau kita masih bisa bersama, kek dulu."

Simon berdecak. "Dengarkan aku, Bobby. Aku bukan melepaskan kalian, aku memberikan kalian napas sejenak, sebelum menghancurkan kalian sehancur-hancurnya. Aku akan melakukannya, dan aku tak akan menarik kata-kataku. Jadi mulai sekarang, jauhi putriku!"

Brendon yang sedari tadi menyimak benar-benar panas, kupingnya kebakaran, tetapi ia hanya terpaksa diam di tempat. Sudah cukup, tidak seharusnya menyelamatkan orang yang tidak mau diselamatkan. Sudah cukup menghancurkan harga diri sendiri ini.

"Ya sudah, terserah apa katamu." Bobby akhirnya berkata, sementara ibunya menunduk seraya menghela napas pasrah, dan Brendon melega, akhirnya ayahnya meninggikan derajatnya lagi. "Tapi soal Selena, kami tak akan melakukannya, kamu sudah mengusirnya dan sesuai kataku dan Brendon tadi, kami berada di sisinya."

PAPA BEEBO [Brendon Series - P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang