Part 1

24.1K 1.2K 40
                                    

12 Mei 2022


•••

"Bren, Bren, Brendon!" Cowok yang tengah bermain gitar bersama anak band-nya itu menoleh ke sumber suara, ia mengerutkan kening melihat kedatangan cowok berkacamata yang kelihatan tergesa dengan wajah gelisah menghadap dirinya di ruang klub musik. Begitu pula teman satu band-nya.

"Ngapa lu?" tanya Brendon, Bren--begitu ia dipanggil.

"Tu, itu, ada anak kecil yang nyariin elu," jawabnya kelabakan, dan seakan ada ungkapan yang terputus.

"Ha?" Brendon awalnya bingung, sampai kemudian matanya membulat sempurna. "Hah?!" Menyadari sepertinya ia tahu ... sesuatu.

"Bren, dia-dia ngaku lo Papa dia!" Mata ia dan teman-teman band-nya membulat sempurna dan saling bertukar pandang.

Brendon meringis. "Astaga tu bocah, maunya apa sih?" Ia mendengkus dengan kedua pipi memerah. Malu abis. Apa kata orang-orang di kampus nanti karena kehebohan ini.

"Itu bocah yang lo bilang kemarin keknya, Bren. Yang pesen makanan, terus pas lo anterin dia ...."

"Ya siapa lagi, anjir gue gak nyangka tu bocah sultan tau gue di kampus ini anjir." Brendon menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Dia punya nyokap kagak sih, aneh-aneh aja."

"Dia di mana sekarang?" Bren berdiri.

"Nuju ke sini, keknya ...."

Menyerahkan gitarnya ke cowok berkacamata itu, Brendon akhirnya melangkah cepat keluar. Ia harus menyelesaikan masalah ini ... masalah yang terjadi kemarin. Ingatan itu mulai mengalir ke kepala Bren dengan agak cringe-nya.

Saat itu ....

Brendon menekan tombol aktif untuk aplikasi ojek online-nya, di mana ia siap menerima orderan masuk dari orang-orang yang memesan, minta antar jemput, atau antar barang, masih banyak lagi.

"Mah, aku ngojek!" teriak Brendon, mulai keluar dari rumah besarnya dengan langkah gontai.

Namun dengan bergegas, seorang wanita agak tergesa berlari menghampirinya. "Tuan Muda, Tuan Muda sudah makan? Nyonya tidak mengizinkan jika--"

"Nantilah gue makan nasi padang di jalan, ada orderan udah masuk, nih." Cowok itu memakai jaket ojek online yang khas dan memakai helmnya kemudian.

"Tapi, Tuan--"

Diabaikan, cowok itu menaiki motor ala-ala anak motornya dan mulai menjalankan dengan kecepatan sedang untuk menerima orderan demi orderan. Beragam insan dia terima, dan sebagian besar ....

"Mas, minta WA-nya dong."

"Ish Maszeh gans bingits, motornya juga uwaw, eyke jadi suka deh, bintang 10 deh."

"Nak, mau jadi mantu Ibu, gak?"

Dan masih banyak lagi, para insan yang memuji ketampanan cowok itu. Brendon memang bisa dikatakan demikian, dengan mata cokelat tajam, alis tebal, dan hidung mancung serta merta rahang tegasnya. Di balik helm itu pun, terdapat rambut cokelat gelap berantakan yang semakin menambah kharisma. Bisa dikatakan, Brendon punya nilai plus tersendiri sebagai tukang ojek online, tetapi dengan profesional Brendon sama sekali tak memanfaatkannya dan memilih tekun bekerja menambah uang jajan dan pengalaman hidupnya.

Di sela ngampus, atau nge-band, inilah kegiatan cowok itu. Bisa dibilang iseng, karena Brendon ada di keluarga yang cukup berada ....

Cowok itu menghela napas dan sementara menonaktifkan aplikasinya, ia hampir lupa ingin makan nasi padang, isi tenaga sebelum bekerja kembali dan menghadapi para costumer dengan profesional. Pemuda itu pun makan di warung sederhana pinggir jalan, mengisi tenaga dengan nasi padang di sana, lalu terdengar ponselnya berdering.

PAPA BEEBO [Brendon Series - P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang