Part 11

4.9K 469 22
                                    

22 Mei 2022

•••

Suasananya masih sama. Adalah kesan pertama yang Selena rasakan ketika kali pertama menjejakkan diri di kafetaria itu. Kafetaria yang dulu pernah menjadi saksi bisu pertemuannya dengan pria paling bajingan seumur hidupnya, tempat kenangan pahit mereka, tempat di mana Selena bekerja paruh waktu juga.

Ya, ini kafetaria yang sama. Anurie Kafe. 🗿

Sudah lama ia tak ke sini, karena peristiwa traumatik itu ia langsung berhenti bekerja dan memutus interaksi, tak mau berhubungan sama sekali, tetapi kali ini ... oh, akhirnya ia bisa ke sini, meski ada sisa-sisa ingatan itu, tetapi rasanya tak sakit, sudah biasa saja, oh Selena merasa jadi wanita terkuat sedunia.

"What do you want, Honey?" tanya Selena pada sang anak, Tommy, yang kelihatan antusias diajak sang ibu ke kafe itu.

"Chocolateee!" Itulah yang Tommy ucapkan, Selena bersyukur anaknya suka hal manis-manis, tak meniru ayahnya, si pemuja pahit. "And strawberry!"

"Oke, kita pesan wafel, ya." Selena menepuk-nepuk puncak kepala putranya lembut, mereka lalu menuju ke kasir, oh suasananya sama tetapi karyawannya sudah berbeda, lebih muda, mungkin seusia Selena saat bekerja di masa lalu. Anak kuliahan.

Tapi, apa manajernya sama? Atau beda?

Selena pun memesan apa yang diinginkan anaknya, sebelum akhirnya mereka duduk di salah satu kursi tersedia, menunggu pesanan datang. Selena masih memperhatikan sekitar, aroma khas kafetaria ini benar-benar memabukkan.

"Mama! Liat! Papa Beebo!" Tommy memekik pelan, sambil menunjuk ke arah panggung yang tersedia di kafetaria itu, dan memang benar tunjukkan Tommy, itu Brendon dan tiga pemuda lain mulai naik panggung bersama alat musik mereka.

Dan nyatanya, suara Tommy juga cukup nyaring hingga semua mata, termasuk mata Brendon tertuju pada anak itu.

"Papa!" sapa Tommy, dan Brendon hanya bisa senyam-senyum miris dan balik menyapa dengan jemari bergerak.

Teman satu band-nya menatap heran, kecuali Dani yang sudah tahu perkara antara mereka.

"Masih aja Bren?" tanya Mike, dia memegang gitarnya siap-siap mulai. Nico pun sama. "Eh, itu nyokapnya yang lo maksud Bren? Astaga cakep banget anjir!"

"Iya, kalau lo gak mau, gue rela deh gantiin lo jadi papanya Tom Tom itu."

Brendon hanya menghela napas seraya menggedikan bahu tak menanggapi, soalnya dia malu abis, kedua pipinya memerah ranum juga meski tersamarkan karena suasana kafe yang dibuat redup. Kalau bisa tuker, ya tuker aja, mereka tak tahu ribetnya berurusan dengan mereka, duhileh.

"Udah cocotnya, lanjut manggung," komentar Dani, mengusap-usap stik drum dengan kedua tangan. Mendengar itu, segera mereka pun memfokuskan diri, meski ya dua mata Nico dan Mike, fokus mengagumi mama muda itu.

Terlihat, Tommy ditenangkan sang ibu agar tak mengganggu jalan konser Brendon malam ini, tak ingin pula jadi pusat perhatian karenanya.

Mereka pun berdoa sejenak, Brendon yang memegang gitar plus memakai mikrofon mulai memberikan sambutan. "Selamat malam, ladies and gentleman, di sini kami berdiri dan juga duduk." Mereka tertawa pelan akan candaan Brendon. "Ingin membawakan lagu demi lagu yang sudah dicatat, tenang aja meski bawa drum kami gak bakalan ngamuk-ngamuk." Lagi, mereka tertawa. "Cobalah dengar alunan lembutnya, selembut cintaku padamu."

"Mama, itu buat Mama." Tommy terkikik pelan, tetapi Selena hanya tersenyum hangat akan ungkapan anaknya, jelas itu hanyalah gombalan asal aja, bukan ditujukan untuk siapa pun, Selena sama sekali tak baper, dia susah terlalu kebal dengan rayuan busuk seorang pria.

PAPA BEEBO [Brendon Series - P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang