Part 25

3K 338 19
                                    

5 Juni 2022

•••

Sejenak, Selena menikmati alunan musik yang dimainkan Brendon dan band-nya, lumayan menenangkan dan menghibur kebanding ia di dalam ruangan dan tak melakukan apa pun. Selena terus memperhatikan Brendon, kelihatan lebih bahagia dari biasa, mungkin karena kedatangan orang tuanya ya?

Selena pun memilih duduk di salah satu meja yang tersedia, entah kenapa dia rindu makan waffle yang manis sekarang, hingga ia memesan untuknya sendiri beserta kopi moka untuk dinikmati. Sesekali santai begini tak masalah sepertinya.

Lalu, matanya memperhatikan tamu spesial itu, Selena ingat nama mereka, Bobby Yudayana, dan Diandra Pramana, sepertinya Selena tahu bagaimana nama seorang Brendon Prayuda diciptakan, itu campuran nama kedua orang tuanya. Kemudian, dia pun memperhatikan ke arah sang vokalis.

Selena nyaris terkejut karena mata mereka spontan bertemu.

Namun segera, Selena mengendalikan emosinya, dengan hanya menatap cuek bebek saja. Seperti penonton menonton konser. Dan tanpa disangka, Brendon tersenyum hangat.

Dih, sok manis, dikira dia akan baper?

Selena memilih bersantai saja tanpa banyak pikir untuk menikmati malamnya yang tenang sebentar, sebelum akhirnya ia masuk ke ruangannya lagi dan memulai pekerjaannya.

Waktu tutup pun tiba, Brendon CS seperti biasa akan masuk ke ruangan Selena untuk menginformasikan malam ini, dan siapa sangka kedua orang tua Brendon, sang tamu spesial, ikut-ikutan masuk.

"Pah, Mah, astaga, ngapain ikutan masuk!" Brendon berbisik, tetapi tak ada yang berani menegur lebih lanjut.

"Lho, Papah cuman pengen nemuin bos kamu, kok." Ayah Brendon dengan humble-nya.

"Mastiin juga kamu gak kabur, lagian abis ini kan kalian Mamah Papah traktir, mau ditraktir gak nih?" Kalau ditraktir, jelas mereka mau, makanya tak ada yang berani protes.

Meski tak enak, terlebih terhadap Selena.

"Maaf, ya, Tan." Selena hanya bisa tersenyum menanggapinya.

"Oh, jadi namanya Intan? Brendon, apa Papah bilang soal manggil orang yang lebih tua, kenapa pake manggil nama?" tanya ayahnya tiba-tiba.

"Eh, bukan Pah, Tan itu Tante." Brendon bersembunyi di balik badan ibunya dengan takut-takut, tingkah yang lucu tetapi teman-teman Brendon hanya bisa diam-diam tertawa, sementara Selena merasa ... imut juga, kek bayi.

Eh, Selena mikir apa?

"Bukan Bu? Atau Kak gitu, sepertinya dia masih muda." Brendon hanya bisa mendengkus pelan.

"Papah, udah deh." Sang wanita menegur. "Brendon, ayo ngomong."

Brendon menghela napas panjang, sebelum akhirnya menginformasikan seperti biasa soal perform mereka hari ini, meski ada yang tidak biasa di sini.

"Mohon maaf atas Mamah Papah saya, ya, Tan." Karena menerobos masuk area privasi ini. Duhileh. Kedua orang tua Brendon seketika melotot kaget akan ungkapan anaknya.

"Tidak, tidak masalah kok. Justru saya yang harusnya berterima kasih."

"Ya udah, Mah, Pah! Tante, kami permisi dulu ya." Brendon siap pergi menyeret mereka.

"Eh, tunggu bentar ah, Papah Mamah mau ngomong bentar sama atasan kamu!"

"Ngomongin apa?"

"Urusan sebentar, kan Papah Mamah ini tamu spesial." Brendon memutar bola mata malas. "Sana kalian duluan, mau ditraktir gak nih?"

Ancaman itu lagi, jelas tak ada yang bisa apa-apa untuk itu selain menurut, mereka pun beranjak pergi dari sana tanpa rasa curiga.

"Ada apa, Pak, Bu?" tanya Selena pada mereka berdua bergantian.

"Kalau tidak salah, kamu ini putri Simon Prayuda, bukan?" tanya ayah Brendon tiba-tiba, mengagetkan Selena karena pertanyaan itu. "Saya mikir-mikir dari tadi gitu, soalnya wajah kamu persis dengan dia pas muda, meski versi cewek."

Selena yang memang merasa sakit hati dengan perihal ayahnya, tak menyangkal hal tersebut. Bersyukurlah, ia bisa mengontrol emosinya untuk tidak menangis ataupun marah. Di hadapannya, tetaplah klien yang harus dibaik-baiki, meski membuka luka lama. "Benar, Bu, Pak. Dia ayah saya."

"Ah, begitu. Bagaimana keadaan dia sekarang?"

Bagaimana keadaan dia sekarang?

"Maaf, Bu, Pak, kalian ... kenal Papah saya?"

Ayah Brendon tertawa pelan. "Ya kalau gak kenal gak mungkin saya nebak. Bisa dikatakan, kami teman lama, masa-masa muda, tapi udah lama gak bertemu, semenjak dia ikut dengan orang itu dia jauhin saya."

"Orang itu?" tanya Selena bingung. Orang apa?

"Iya, kami dulu teman baik, sangat baik, tapi ... yah gitulah. Meski gak pernah ketemu lagi, dan gak tahu kabar karena dia bener-bener ngilangin akses komunikasi, saya tetep anggap dia teman baik saya lho. Kamu tahu, nama Brendon, nama Brendon itu campuran nama kami bertiga, bahkan saya ngambil nama belakang dia juga, karena saya masih berharap suatu saat bertemu dia dan kami jadi sahabat kek dulu lagi."

Mata Selena membulat sempurna, kaget. Apa ayahnya memang sebaik itu?

Lalu, setelah bertemu 'dia' ... orang itu membuat ayahnya berubah?

"Maaf ... maafkan Papah saya, Pak." Selena menunduk sesal, ternyata selain dirinya, masih begitu banyak orang yang disakiti pria sialan itu, dan ia tak menyangka keluarga Brendon juga bagian dari sana.

"Tidak perlu meminta maaf, itu pilihan dia, hak dia, saya tak akan memaksanya." Kenapa ayah Brendon baik banget, sih.

Selena menggeleng. "Memang enggak bisa dimaafkan, Pak, Bu. Terlalu banyak dosa yang dia lakukan, ke kita semua."

Kedua orang tua Brendon terkejut.

Sementara Selena, tersenyum kecut dengan mata berkaca-kaca, dan kedua insan tua itu memahami situasi Selena. Mereka pun tak membicarakannya lebih lanjut.

"Selena, jika kamu ada perlu bantuan apa-apa, kamu bisa hubungi kami, atau hubungi Brendon. Kami akan membantu kamu sebisa kami." Ayah Brendon meletakkan kartu nama pada Selena.

Lagi, Selena menggeleng. "Atas dosa ayah saya, sepertinya saya enggak berhak menerima kebaikan apa pun dari kalian."

"Hust, Sayang, itu gak bener." Ibunda Brendon yang sedari tadi menyimak tiba-tiba memeluk Selena erat, selayaknya ibu menenangkan anaknya, Selena sebenarnya tak menangis, dia hanya ingin saja, dan bisa menahannya.

"Bagaimanapun ayah kamu sekarang, kamu itu kamu, kamu ... bakalan kami anggap keluarga sendiri. Lagi juga, kamu wanita baik." Ayah Brendon tersenyum hangat. "Jangan ragu menelepon, Selena."

Astaga ... mereka sangat baik.

Selena malah semakin ragu melakukannya, tetap saja darah si berengsek yang suka berkhianat itu ada di dalam dirinya, kebaikan ini tak pantas untuknya, meski demikian ia tak ingin banyak perdebatan, saat ini ia ingin sendiri. Jadi Selena hanya mengangguk.

"Kami pergi, ya, Nak." Tanpa disangka, ibunda Brendon mencium kening Selena, persis seorang ibu pada anaknya, dan kala pelukan itu terlepas rasanya ... Selena kehilangan kehangatan itu.

Mereka berdua benar-benar baik, Brendon sangat beruntung, oke rasa iri Selena meninggi, meski demikian rasa sedih yang mendominasi akhirnya membuat Selena hanya bisa sendu dengan air mata dalam diam yang ia keluarkan.

Selena memikirkan, sebenarnya setan mana yang merasuki ayahnya, hingga di dalam kepala hanya ada bisnis, uang, uang, dan uang.

Hingga keluarga, bahkan sahabat sebaik orang tua Brendon, dia khianati begitu saja, dan Selena yakin meski tak disebut, itu demi uang.

Selalu uang.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

PAPA BEEBO [Brendon Series - P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang