Aku sedang melamun ketika seseorang masuk ke dalam kelas dan memancing keributan dari teman-teman lainnya.
Kepalaku refleks menengok ke arah pintu dan bergerak mengikutinya, mengikuti langkahnya hingga ia sampai di bangkunya. Itu dia, iya, Shani. Siapa lagi memangnya yang mampu membuatku sampai begini..
Anin sampai berteriak histeris karenanya. Sedang aku masih mematung, terkesima dengan pemandangan baru yang hadir di hadapanku. Feni dengan jahilnya mengacak-acak rambut Shani diikuti oleh Sisca. Sambil tertawa-tawa, Shani berusaha menghindar meskipun usahanya itu sia-sia.
Iya, itu dia.. Shani-ku datang dengan tampilan rambut barunya. Terlihat sangat segar. Entah apa nama potongan rambutnya itu.. Layer-kah? Shaggy-kah? Entahlah, namun nyatanya ia nampak begitu berbeda dengan rambut sebahunya itu. Apalagi setelah kedua temannya mengacak-acak rambutnya, tampilannya malah terlihat semakin keren. Sudah pantas untuk jadi vokalis band-band masa kini. Seperti.. Vierra mungkin?
Selama jam pelajaran pandanganku tak bisa lepas darinya. Seolah medan magnetku bertambah kuat setelah beberapa lama mati. Mataku benar-benar melekat dan terikat kepadanya. Bahaya. Beruntung aku duduk di belakangnya, bagaimana pun pandanganku masih mengarah ke depan, tak akan mengundang curiga.
Jam istirahat pertama pun tiba. Aku duduk di bangkuku sambil menyantap ayam goreng tepung dan sosisku. Adel, duduk di meja menghadap ke pintu masuk. Sebelah kakinya bertumpu di bangkunya, dan sebelah lagi dengan sengaja diayun-ayunkannya. Ia asyik memakan pempek langsung dari bungkusannya, plastik bening yang diikat dan ia gigit salah satu ujung bawahnya.
"Niel.. Kata kamu.. Si Shani bagusan rambut panjang apa pendek?"
Aku tersedak mendengarnya, Si Shani katanya..
Aku memeriksa sekitar sebelum menjawab pertanyaan Adel, khawatir yang dibicarakan dan teman-temannya ada di kelas."Pendek..", kataku pelan.
Adel seolah tidak mengacuhkan jawabanku, namun ia mengangguk-angguk sambil terus memakan pempeknya. Dan obrolan pun berakhir. Apa maksudnya??
***
Sungguh senang rasanya bisa bersekolah di sekolahku ini. Sekolahku selalu punya banyak agenda internal yang membuat para siswa bebas dan tidak perlu belajar di kelas. Seperti hari ini salah satunya. Hari ulang tahun sekolah. Meski tidak ada kegiatan belajar mengajar, namun kami diwajibkan untuk tetap masuk. Absensi pun berlangsung seperti biasanya. Seluruh kelas dikunci, dan kami berkumpul di tepi lapangan. Beruntung kelasku memang terletak di tepi lapangan, jadi kami tak perlu lagi bersusah payah mencari lapak. Kami cukup duduk di koridor kelas kami. Nyaman, teduh, dan aman.
Aku, Fiony, Adel, Lulu, Ashel, Olla, dan Flora duduk berderetan, bersandar ke dinding kelas. Di sampingku ada Anin yang sedari tadi heboh, sibuk membuat yel-yel untuk mendukung tim futsal kelas kami yang sebentar lagi akan bertanding. Ya, jadwal hari ini memang padat. Setelah apel pagi dan prosesi syukuran, kegiatan dilanjutkan dengan pertandingan olah raga antarkelas, pentas seni yang wajib diikuti oleh setiap kelas, dan ada juga selingan-selingan games yang pastinya akan mengundang gelak tawa. Para pesertanya haruslah orang-orang bermental baja yang tak tahu malu dan berani mati. Begitu menurutku.
Tim panitia yang terdiri dari sebagian anak OSIS dan MPK terlihat begitu sibuk. Aku menemukan Shani setelah beberapa saat mencari keberadaannya. Ia ada di depan sana. Berdiri dengan siaga bersama beberapa panitia lainnya. Wajahnya nampak begitu serius. Ia nampak terus berkomunikasi dengan seseorang melalui HT yang digenggamnya. Pergi ke sana ke mari, mengambil ini dan itu, lalu kembali ke tempat tersebut.
"Oniel, kamu beli kaos hut sekolah engga?", tanya Fiony tiba-tiba, merenggutku secara paksa dari lamunanku.
"Eh iya, beli.. Mana ya.. Belum dapet.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Tulang Hasta
FanficMenjadi pengagum rahasia itu sungguh berat, apalagi kalau sampai jatuh hati. Ingin melangkah lebih jauh, tak bisa. Ingin biasa saja pun mustahil rasanya.. Luangkanlah waktumu jika kamu bersedia menemaniku. Akan kututurkan sebuah kisah klasik tentang...