26

1K 44 4
                                    

Raihjaya, 2015

'Biasa saja'.
Sebuah sikap yang mulanya dengan sengaja aku terapkan untuk mengendalikan diri, namun lama-kelamaan berubah menjadi prinsip hidup yang melekat denganku bahkan terjadi dengan sendirinya tanpa dipikirkan terlebih dahulu.

Bertahun-tahun telah berlalu dan tanpa sadar aku telah begitu jauh membuat diriku terhanyut dalam kehidupanku sendiri. Tak ada ambisi ataupun hasrat yang biasanya begitu menggebu.

Hanya mengikuti alur, juga mematuhi rambu..

Lihatlah.. Ia bahkan tidak melakukan apa pun, tidak tahu-menahu, tapi begitu serius dampaknya terhadapku. Antara konyol dan menyedihkan, manakah kata yang lebih pantas?

Perlahan aku juga mulai mengerti apa yang dahulu terjadi kepada Aya. Mengapa ia bisa seperti itu lebih tepatnya. Ya, memang 'didewasakan oleh keadaan' nyata adanya.

Orang-orang di tempatku kini berada mungkin tidak akan percaya bila aku mengaku sebagai anak manja yang tidak bisa jauh dari ayah bunda. Karena buktinya, bisa juga aku menjadi anak rantau. Bertanggung jawab, mengatur, juga menjaga diri sendiri. Dan meski sulit, adaptasi justru terjadi dengan sendirinya.

Aku tak tahu apakah tiket keberuntunganku masih tersisa atau tidak. Dan jika ada, apakah masih berlaku?

Berapa banyak tiket yang kuhabiskan saat tiba-tiba aku lolos di dua kampus yang memang ingin kutuju? Dan meski keduanya adalah yang terbaik, tetap saja harus dipertimbangkan mana yang lebih sesuai untukku..

Dan kini, di sinilah aku berada.. Betah juga ternyata.. Tak ada matematika yang memusingkan mata, itu kunci utama hehe.

Untuk masalah pergaulan, aku percayakan sepenuhnya kepada hukum alam. Dekat jauh datang pergi menjadi hal yang lumrah dalam hidupku kini. Tak tergabung dalam circle mana pun,  namun tetap memperlakukan semua orang dengan cara yang sama.

Predikat 'ter-dingin' juga kembali lagi tersemat kepadaku. Membuatku cukup kerepotan karena tiba-tiba ada saja yang menyatakan perasaanya kepadaku, bahkan hingga berulang kali. Entahlah, seolah aku adalah sebuah tantangan, mereka seakan berlomba untuk mencairkanku.. Namun ya bagaimana.. Masa karena mereka suka kepadaku, aku juga harus tiba-tiba menjadi suka dan membiarkan diriku terikat dengan salah satunya? Terlalu tidak masuk akal bagiku.. Dan juga perasaan ini memang sehambar itu.. Tak tahu saja mereka bahwa keramah-tamahanku juga berlaku untuk semua.. Memang repot jadinya..

Dan lagi, hatiku masih terjaga seutuhnya untuk ia yang berada jauh di sana..
Bisa-bisanya yang kini menjauh malah diriku, bukan lagi ia seperti sebelumnya..

***

"Onieeeel.. Sorry, udah lama nunggu ya.."

"Eh ada Aiz juga.."

"Yeay.. Eh aku baru tau loh kamu suka nongkrong juga.."

"Huuuh makanya temenan dong sama Oniel.."

"Yeee lo juga kalo bukan gue yang ngenalin ga akan maen sama Oniel kaaan.."

"Iya deh iya makasiiih.. Ehya Niel, sorry banget ya tiba-tiba ngajak si Aiz, dia maksa soalnya.."

"Iya, abis kalo pulang jam segini jalanan masih macet banget gilaaa, kereta juga pasti desek-desekan.. Mending gue ngikut kalian.. Gapapa kan Niel?"

Tulang HastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang