"Eh inget ga sih Tin, dulu juga kita kaya gini.."
"Iya banget Kak, mana motornya ga ganti ya.."
"Iya, sampe bahasannya juga masih sama.."
"Iya lagi hahahahaha".Jalanan yang kulalui masih ramai oleh kendaraan, begitu pula dengan toko maupun gerobak-gerobak penjual makanan yang masih ramai dikunjungi pembeli, padahal hari sudah begitu larut. Sudah lama aku tidak melintas malam-malam ke daerah ini, apakah memang selalu seramai ini, ataukah mungkin karena ini malam Minggu? Entahlah.. Tapi.. Hanya dengan melewati jalanan ini lagi saja, segala memori yang telah berlalu serasa hadir kembali menyertaiku. Hatiku menghangat dibuatnya.
Aku memelankan laju sepeda motor Jupiter MX merah yang sudah 17 tahun menjadi bagian dari keluargaku ini, dan membiarkan rintik air hujan beradu pelan dengan kaca helmku yang mulai buram. Kuhirup dalam-dalam udara malam yang lembap ini dari balik masker murah yang kubeli di TikTokShop. Hmmm.. Aku benar-benar merindukan segalanya..
Dulu juga seperti ini.
Ya, setiap kali aku selesai bermain di rumah Atin hingga larut malam, ayah pasti akan datang menjemputku. Dengan sepeda motor merah ini, dan melewati rute ini. Meski kali ini aku yang mengendarai motorku sendiri, tapi aku bisa membayangkan dengan nyata bahwa ayahkulah yang sedang memboncengku. Dan seperti biasa, ayah akan menggerakkan tangan kirinya ke belakang dan menyentuh kakiku. Memastikan keberadaanku, dan membuatku tersadar dari rasa kantuk yang mulai menyerang.Sebulir air menetes membasahi maskerku. Bukan, bukan air hujan yang rembes ke dalam helmku, tapi memang dasar aku saja yang terlalu terbawa suasana. Maaf, namanya juga rindu.. Ya bagaimana.. Meski sudah dua tahun berlalu.. Nyatanya hatiku masih juga belum bisa tegar. Padahal sudah kutahu, tak ada yang abadi di dunia ini..
Di balik segalanya, aku tak ubahnya seorang anak kecil payah yang terseret pergerakan hari, laju inflasi, serta segala gejolak duniawi, hingga tiba-tiba terpojok dan dituntut menjadi lebih dewasa hanya karena tiba-tiba sudah cukup berumur..
Jika di luar sana ada yang mengatakan umur hanyalah angka.. Ya, aku sepaham dengannya. Untuk kasusku ini, aku benar-benar keluar jalur. Secara sadar, aku tahu bahwa aku tidak memenuhi tuntutan standar sosial..
Bukannya tidak berusaha.. Tapi.. Kehidupan ternyata memang benar-benar serumit dan seberat itu. Banyak hal yang tiba-tiba terjadi. Aku juga pernah punya mimpi.. Hanya saja liku kehidupanku nyatanya tidak mengantarkanku pada segala yang kumau.. Ikhlas mereka bilang? Hmm.. Sudah pernah juga aku berusaha. Sulit ternyata... Jadi kucoba saja untuk belajar sabar.. Iya jika sudah begini, apa lagi yang dapat aku lakukan selain bersabar..Sabar.. Sabar..
Haha aku jadi teringat kata-kata Atin di tengah obrolan kami tadi.. Katanya, "Kak Oniel.. Sumpah, dia udah terlalu di luar kemampuan kita Kak.. Udah ga bisa kegapai.. Udah.. Kalah telak.."
"Iya.. Tau.."
"Gimana ya Kak, kaya.. Udah setingan dari Tuhan aja gitu, ada yang terlahir memang buat jadi idola.. Tapi di samping itu ada juga yang terlahir cuma buat bisa jadi pengagum.."
"Dan itu aku? Gitu?"
"Eh! Iya ya? Eh! Bukan gitu maksud aku Kaaaak! Maaf.. Maaf.."
Hmm..
Terlahir menjadi seorang pengagum.. Iya, benar.. Itu aku.. Lagian siapa yang suruh mengagumi seseorang sampai jatuh hati sebegitunya.. Bukannya berusaha untuk setara.. Malah terhanyut ke dalam kehidupan yang asyik menurut sendiri.. Akhirnya jadi lemah sendiri kan..***
"Gilssss cantik banget Kak.."
Aku mengalihkan perhatianku dari TV 98 inci yang nampak sangat berkuasa di ruangan ini ke ponsel pintar yang sedari tadi dimainkan oleh Atin. "Kayanya aku kalo ketemu di jalan bakalan ga kenal deh"
"Emang dia berubah banget ya Kak?"
"Hmm.. Dewasa banget itu..". Aku kembali fokus melihat tayangan di TV. Terlihat Sam Smith dengan gerakan tubuh yang aduhay meliuk-liuk kecil sambil melafalkan lirik panas dengan suara indahnya.
"Iya sih.. tipikal mama-mama muda sosialita.."
Aku kembali memalingkan wajahku ke ponsel Atin. Seluruh foto yang ditampilkan menunjukkan harmonisasi kehidupan pula keindahan yang elegan penuh kedamaian. Hmm.. Sungguh-sungguh keluarga yang berbahagia..
"Pelan-pelan Tin nge-scroll-nya, nanti ke-like lagi.."
Lulus kuliah tepat waktu, menemukan tambatan hati dengan bibit bebet bobot yang terjamin kelas A, membesarkan anak pertama sambil menyelesaikan pendidikan master, merintis bisnis hingga bisa pelesir ke berbagai tempat di dalam dan luar negeri.. Dan kini, semakin mengukuhkan keharmonisan keluarganya dengan memiliki anak kedua.
Sementara aku..
Hahaha sudahlah aku tak mau membandingkan diriku dengan idolaku sendiri, tapi rasanya memang terlalu jomplang. Bahkan alur kehidupannya benar-benar seperti kaum elit di Wattpad yang aku baca. Terlalu lancar, ditambah privilege yang menyertainya. Hmm, setiap orang memiliki rezekinya masing-masing kan.. Iya kan.. Hmm mungkin punyaku hanya datang terlambat saja.. Lagipula, aku sadar diri, aku sendiri yang tidak berusaha dengan begitu keras.. Salah sendiri mudah patah, mudah menyerah..
Aku dan Atin pernah berada di titik terendah yang sama. Dan karena kesamaan itulah kami menjadi dekat kembali, seperti masa-masa sekolah dulu. Tapi Atin tidak sepertiku. Ia cepat bangkit. Ia wanita karir sekarang.. Ia bahkan pernah dengan yakin keluar dari perusahaan milik abangnya dan memilih menjadi karyawan di perusahaan kecil dan bekerja sesuai dengan passion-nya. 'Eksperimen sosial untuk tidak menjadi apa-apa', begitu saja terus dalihku.. Mungkin sepertinya memang benar-benar ada yang salah dengan kesehatan mentalku?
Tapi, walau bagaimanapun, untuk saat ini hanya Atin yang benar-benar masih bisa menemaniku melewati hari-hariku yang semakin membingungkan. Ia akan dengan senang hati mendengarkan teori-teori kehidupanku dan menanggapinya dengan antusias, membuatku seolah berhasil menjadi seorang analis kehidupan profesional.
Selain Atin, sebenarnya masih ada Celine.. Tapi setahun belakangan ini ia sibuk mengurus dokumen kepindahannya untuk tinggal bersama suami bulenya di luar negeri. Kadang aku masih terus mempertanyakan alur kehidupanku ini. Mengapa sahabatku yang benar-benar tahu hampir segala masalahku harus berjodoh dengan seseorang dari daratan yang tak cukup sejam dua jam untuk dijumpai.. Mengapa di saat aku masih rapuh dia harus pergi, dan perginya ke tempat yang teramat jauh dan membutuhkan banyak biaya..
Aku benar-benar tidak siap dengan semua ini.. Roda kehidupan benar-benar berputar cepat. Dahulu, Celine harus terlambat lulus kuliah karena pernah berpindah jurusan. Di saat ia mengeluh tidak punya teman karena tak ada teman seangkatan di kelasnya, aku sudah sibuk magang sambil mempersiapkan rancangan tugas akhirku. Bahkan saat kami berdua makan berama Aya di sebuah restoran makanan Negeri Ginseng tepat di hari keseratus kepergian Ratu, Aya sampai mati-matian meyakinkan Celine untuk terus semangat menuntaskan kuliahnya meski terlambat. Aya tahu betul bagaimana iklim di kampus, karena mereka jadi satu fakultas.
Teman-temanku yang lainnya? Hmm ada.. Tapi aku tak mencari tahu bagaimana kabar mereka. Ada beberapa juga yang memang sudah tak ingin aku hubungi, karena.. Biasa lah anak muda, tak jauh-jauh dari masalah hati dan kepercayaan. Tapi sepertinya mereka baik-baik saja dan tetap sibuk bekerja seperti biasanya.
Bahkan Adel, sobat remedialku.. Ia kini sudah merintis kehidupan dewasanya. Memiliki pekerjaan tetap dan diperistri oleh seorang pengusaha. Mereka dijodohkan, dan hanya dalam beberapa bulan saja, keduanya sudah dengan sebegitu yakinnya untuk melanjutkan kehidupan bersama..
Maka salahkah aku, yang bila jatuh bukannya bangkit tetapi malah mengubur diri ini, masih saja berharap mendapatkan dukungan moral dari orang-orang sekitar?
Di saat roda kehidupan melesat terlalu cepat bagiku, di saat aku merasa kehilangan minat dan bakat, di saat orang-orang yang menjadi penenangku mulai menghilang, pula di saat sumber motivasiku terbesarku juga adalah sumber insekuritas terhebatku..
***
![](https://img.wattpad.com/cover/303501171-288-k911297.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulang Hasta
FanfictionMenjadi pengagum rahasia itu sungguh berat, apalagi kalau sampai jatuh hati. Ingin melangkah lebih jauh, tak bisa. Ingin biasa saja pun mustahil rasanya.. Luangkanlah waktumu jika kamu bersedia menemaniku. Akan kututurkan sebuah kisah klasik tentang...