Bagian 13 (revisi)

4.3K 380 13
                                    

Dibalik pintu itu suara tangisan nya sayup terdengar, duduk di pinggir kasur nya dengan tatapan kosong keluar jendela, kedua kaki di lipat didepan dada dan memeluk raga nya sendiri, beberapa kali ia sengaja memeluk dirinya sendiri terlalu keras hingga membuat dadanya sendiri merasa sesak namun dengan cara itu ia merasa lebih lega.

Pikirannya berkelana, terlalu jauh.

Pilihan masih ada di tangannya, ia masih bertanya tanya pada dirinya sendiri apa pilihan yang ia ambil saat ini benar, apa ia terlalu mendengarkan ego nya, apakah ia saat ini terlalu mendramatisir keadaannya, tidakkah tindakannya saat ini terlalu kekanak kanakan dan sangat tidak dewasa, apakah ia terlalu egois dan tidak memikirkan perasaan orang lain? Ia tidak tahu.

Di sisi luar kamar itu seorang pria dewasa hanya berdiri dan menyandarkan bahunya pada pintu kamar, Ia hanya ingin terus menanti

Tak merasa ada hak lebih untuk sekedar mengetuk pintu dihadapan nya

Niat awalnya datang kesini adalah untuk merayakan hari ulang tahun sang anak, Inilah kali pertamanya memberanikan diri untuk ikut serta dalam momen berharga anaknya, namun tak ia sangka ternyata saat inilah anaknya meledakkan bom waktu yang selama ini tersimpan rapat di hatinya.

Ia tak pernah marah atas perlakuan sang anak padanya, ia tahu bahkan bila sang anak meminta memotong tangan dan kakinya, hal itu masih belum setimpal dengan rasa sakit yang selama ini di rasakan sang anak.

Bersembunyi dan tetap diam, mengatasnamakan pengirim tanpa nama, bahkan hanya mengirim orang lain untuk menemui anaknya, betapa pengecut nya ia selama ini. Di saat anaknya masih sangat memerlukan figur seorang ayang ia tak ada disana, saat anaknya ketakutan dan tak punya tempat pulang ia tak pernah berani mengulurkan tangannya untuk mendekap lara sang anak. Ia adalah penjahat di kehidupan anaknya dan ia tak menyangkal hal itu

"Happy birthday to you.........

Happy birthday to you.........

Selamat ulang tahun ya anak ayah, terima kasih banyak sudah mau bertahan selama ini, sekali lagi ayah minta maaf ya, tapi Valda cuma perlu tahu kalau ayah, kak Sam, dan Vier sangat menyayangi Valda, ayah akan selalu menunggu maaf dari Valda, terima kasih telah menjadi kuat selama ini ya nak, terima kasih telah terlahir, maaf ya nak, jika di kehidupan ini Valda harus menjadi anak ayah." Suara Aldric terdengar sangat halus di telinga

Di balik pintu itu, tangis Valda malah semakin terdengar lirih.

Rasa bahagia karna ini adalah ulang tahun pertama ia dengan sosok pria terpenting dalam hidupnya, namun rasa sedih karna penyesalan atas sikap kasarnya yang tidak sepatutnya ia tunjukkan.

Harusnya hari ini menjadi hari yang sangat berkesan dalam hidupnya, Terlebih dengan hadirnya keluarganya. Tapi entah salah siapa hingga hari ini terasa sangat menyesakkan baginya

Etensi Valda teralihkan saat melihat selembar kertas diulurkan Aldric dari celah bawah pintu.

"Valda, Kalau kenapa napa Valda telfon ayah ya nak, Kalau Valda mau berkunjung itu alamat ayah, Ayah pulang dulu ya nak, sekali lagi selamat ulang tahun untuk putra ayah" Setelahnya dengan berat hati Aldric dan kedua putranya meninggalkan kediaman itu.

.

Valda hanya berdiam diri di kamar nya, Tak ada niatan sedikit pun untuk beranjak keluar kamar. Berjam jam ia hanya mengurung diri bahkan gilanya saat ini sudah mencapai tengah malam tapi ia hanya terus terjaga dengan berbagai pertimbangan yang terus ia pikirkan.

Kuku kuku jarinya sudah rusak karena efek Valda yang terlalu tenggelam dalam pikirannya karna beberapa kali ia kerap menggigit kukunya itu.

Angin malam terus berhembus masuk kedalam kamarnya, karna jendela kamar yang tak ada niatan untuk ia tutup. Rasa dingin mulai membelai halus kulitnya, Namun yang ia lakukan hanya diam dan terus larut dalam pikirannya..

VALDA ADIWANGSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang