---
Kinan pov
Aku memukuli samsak yang ada dihadapan ku dengan brutal , sungguh hari ini aku senang dan sedih sekaligus. Kuluapkan semuanya pada samsak tak bersalah ini, toh nasib nya memang untuk dipukuli.
"Cape gue kalo cuma liatin lo doang."
Aku terkekeh melihat wajah Miya yang lesu , dia menutup mulutnya karena menguap. Tak lama , gadis itu merebahkan kepalanya dimeja.
"Gue tu kesini buat happy-happy , bukan buat liat lo yang mukulin samsak gini."
Aku mengambil handuk kecil dan meminum air mineral, tadi Miya memang menghubungiku untuk berbelanja di mall. Tapi aku benar-benar malas untuk keluar sekarang.
Saat aku sedang duduk tenang menghadap cermin, Miya mengangkat kepalanya dengan wajah berbinar. Dia ikut duduk dilantai dan menatapku antusias, dahiku berkerut. Ada apa dengannya?
"Tadi lo berdua sama Farel ngapain aja? Sampe bel pulang gue nga liat lo balik kelas."
Uhuk! Hampir saja aku mengeluarkan air ini kewajah Miya, baru saja aku ingin melupakan kejadian tadi , Miya malah mengungkitnya lagi. Huh , wajahku tertekuk lesu.
"Eh , ngapa malah lesu. Lo diapain sama dia?"
"Dia benci sama fans dia , Mi."
"HAH!!!"
Kutuk Miya sekarang yang berhasil membuat gendang telingaku ingin pecah, gadis itu berdiri dan memekik histeris. Bahkan , Miya sengaja memandangi dirinya dicermin begitu lama , dan kembali berteriak karena melihat wajahnya.
"Miya gila..." lirihku. Tidak ada orang yang waras kutemui hari ini.
"Dia benci sama fansnya? Tu cowo gila apa gimana si? Tanpa fans dia nga ada apa-apanya!!!"
"Santai , nga usah ngegas."
Miya kembali duduk dihadapanku, "ceritain sama gue. Semuanya!"
Aku menghelas napas berat, aku memang harus menceritakan nya pada Miya. Sekitar 15 menit aku bercerita , Miya tampak serius menyimaknya dan sesekali berteriak.
"Itu..." aku menutup cerita. Tentu saja aku tidak menceritakan bagian dia menunjuk baju ku, haduh! Bisa malu habis aku diledekin si Miya.
"Eum... Nga salah sih tindakan dia. Menurut gue ya, dia wajar kek gitu. Mengingat dia yang emang seterkenal itu , siapa coba yang nga mau jadi temen dia. Dan mereka mau temenan , biar apa? Ya biar ikutan tenar."
Aku mengangguk mengiyakan , tapi mau bagaimanapun wajar nya tingkah Farel. Tetap saja hal itu membuat diriku kesal , andaikan Farel tau kalau diriku juga merupakan fansnya , apa reaksi laki-laki itu? Membenciku kah, ah mungkin akan langsung dijauhi.
Argh! Kinan tidak mau hal itu terjadi.
"Eh , lo beruntung cuma jadi fans rahasia dia. Gue kasian banget sama fansnya yang tiap pagi teriakin nama dia, tapi cuma dicuekin."
"Hm... Cuma aku... Takut , Mi."
Miya menatapku lekat, dia memegang bahuku dan tak lupa tersenyum hangat. "Lo beruntung , tanpa lo main sihir-sihiran sekalipun Farel udah datang sama lo. Bahkan dia semudah itu cerita sama lo, mulai sekarang lo coba perlahan ubah rasa suka lo itu jadi biasa aja."
"Tap--"
"Apa? Ngomong nga semudah mengerjakan? Gue tau Kinan."
Miya berdiri sambil meliukkan badannya , gadis itu melakukan sedikit perenggangan. Lantas kembali menatapku yang masih terduduk, "lo coba perlahan buat biasa aja sama Farel. Bukan berarti gue ngelarang lo suka sama dia , gue cuma takut kalau lo itu sekedar terobsesi sama Farel."
Miya pergi kearah pintu ruang latihan, dia mau meninggalkan aku dengan penuh pertanyaan ini? Jahat sekali.
Tapi , sebelum dia benar-benar pergi. Miya kembali membalikkan badan, "sebelum posisi lo terancam."
"Owh," responku pelan.
"Woi!! Gue laper, pesen sana. Oiya , KINAN GUE NGINAP YE....!!"
---
Normal pov
Suasana pagi sekolah yang cerah membuat Miya senang , bukan tanpa sebab. Kemarin gadis itu berhasil memoroti Kinan yang jarang sekali mengeluarkan uang, apalagi hari ini mereka pergi sekolah dengan sepeda.
Tentu saja Miya senang , selama ini dia selalu diantar jemput supir rumahnya sampai tidak dibolehkan untuk kemana-mana sendiri.
"Aku nga mau nanggung malu kalau kamu sampe teriak nga jelas ya, Mi."
Miya menyengir kuda , dia mengalungkan lengannya pada lengan Kinan. Senyum pepsodent tak luntur dari wajah imutnya itu.
"Pagi."
Wait?! Miya menatap kesal kearah seorang laki-laki yang main merangkul Kinan begitu saja. Perempatan siku muncul dipelipisnya, "ngapain lo megang sahabat gue? Pergi lo sana!"
"Yang gue pegang aja nga marah toh, " seketika Miya menoleh pada Kinan yang hanya terdiam. Miya mendengus sebal , bagaimana dia akan berbicara dengan Kinan. Kalau ternyata temannya itu tengah berperang dengan diri sendiri agar tetap tenang.
Akhirnya Miya pasrah saja dengan tetap pada posisinya.
"Woi Miya pendek, pergi lo! Rusak pemandangan tau nga."
"What the fu--"
"Miya , dilarang berbicara kotor disekolah."
Mampus! Ingatkan Miya untuk mengirim jampi-jampi pada Farel nanti malam. Karena kesal , Miya memilih meninggalkan Kinan dan Farel begitu saja.
"Nah , dia pergi juga. Jadi, sahabat baru gue , gimana kalau kita ngebolos?"
"Hah? Jangan ngadi-ngadi deh kamu!"
Yakali seorang Kinan berani membolos tanpa sebab, "mau kemana emang?"
"K U A!!"
Argh! Seseorang , bunuh Kinan sekarang juga.
---
Se
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer ( E N D )
Teen Fiction"Reputasi gue taruhannya....." Kinan mendengus kesal, kenapa sih laki-laki ini??? "Nan, mau ya? Bantuin gue plisss... Lo satu-satunya orang yang gue punya." Kinan merotasikan matanya sebal , "oke!!! Tapi syarat nga ada acara gandeng-gandengannya...