Hai guys udah lama nga up nieh... semangat ya baca nya. Aku lagi nabung draf dan siapin cerita baru wkwk, semoga suka guys.
---
"Haa!! Padahal baru aja kemarin kita ujian, sekarang udah sekokah lagi." Kinan mendengkus malas mendengar Miya yang terlalu berlebihan, mereka sudah sangat lama libur sampai-sampai Kinan merasa otaknya berkarat.
"Eh, nyangka nga sih kalau kita sekarang udah kelas 12? Gue sih kek nga nyangka banget, secara gue masih belum bisa berpikir secara dewasa. Huh, kita nga punya senior lagi sekarang!" Pekik Miya girang, Kinan menutup wajahnya karena malu, apa Miya tidak sadar kalau banyak orang yang memperhatikan mereka.
Kinan dan Miya pergi ke mading untuk melihat kelas, Miya kembali berseru heboh sambil memeluk Kinan karena mereka sekelas lagi. "Nga pernah bosen deh gue kalau sekelas sama lo."
"Serah deh Miya..." jawab Kinan malas. Banyak murid yang berdatangan dengan wajah riang, senang bertemu teman setelah beberapa waktu libur. Ada juga sekumpulan murid yang masih memakai seragam putih biru, mereka berjalan santai kearah kelas.
Di koridor banyak yang menyapa mereka, sesekali Kinan balik menyapa dan banyak membalasnya dengan senyum. Dia tidak terbiasa disapa, karena dulu Kinan tidak dikenal oleh banyak orang. "Tu anak baru gede ngapain liatin kita kek gitu sih?" Kesal Miya pada seorang adik kelas yang masih memakai seragam SMP.
Kinan mengibaskan tangannya acuh, "biarin dia liat kita sampe buta." Miya terkekeh, terkadang ucapan Kinan terdengar lucu baginya. Tiba-tiba sekolah itu heboh karena teriakan murid baru, beberapa murid kelas sebelas ikut berteriak histeris sambil menyebut nama seseorang.
Kinan sampai terdorong karena para murid yang antusias berlari kebawah, Miya berteriak kesal. Dia ikut mendorong orang yang sudah membuat mereka berdua terjatuh, "kalian nga papa?" Mereka berdua mendongak melihat seorang lelaki yang menyodorkan tangannya pada Miya. Gadis itu menautkan alisnya bingung, "hm. Kami baik-baik aja. Awas!"
Miya membantu Kinan untuk berdiri lalu meninggalkan lelaki itu, sang lelaki tersenyum tipis melihat respon Miya padanya.
"Gue cari tempat duduk dulu ya, " Kinan mengangguk kan kepalanya. Kelas mereka kali ini mengarah keparkiran, darisini Kinan bisa melihat siapa yang tengah dihebohkan oleh para murid itu. Dia terkekeh geli, padahal Farel sudah jarang terlihat di media sosial. Tapi masih saja ada orang yang mengidolakannya, termasuk Kinan.
Kinan menumpu wajahnya dengan tangan, menatap kearah parkiran dengan senyum tipis. Dia tidak cemburu, dia memikirkan bagaimana reaksi Farel setelah sekian lama tidak mengalami hal itu lagi. Kinan akui kalau pacarnya itu tampak lebih tampan sekarang, wajah imutnya sudah digantikan wajah datar layaknya tokoh utama dalam sebuah novel.
Farel sekarang tampak lebih menantang, semuanya benar-benar berubah saat lelaki itu sudah bertekad. Bahkan sekarang Farel lebih suka membawa motor sendiri ketimbang diantar, mata Kinan membulat saat Farel ikut menatapnya dari parkiran. Gadis itu mengusap matanya untuk memastikan kalau dia tidak salah lihat, dan saat melihat lagi keparkiran Kinan menutup mulutnya karena terkejut.
Dari parkiran Farel melambaikan tangannya, sontak semua murid yang sedang mengerubungi Farel ikut menatap keatas. Kinan segera menyembunyikan dirinya, "astagah! Jantung ku masih ditempat kah?" Monolog nya sambil memegangi dada sebelah kirinya yang berdetak dengan cepat.
Kinan tersenyum malu pada dirinya sendiri, bisa-bisa nya dia termakan oleh pesona Farel. Tak mau gila karena hal sepele itu, Kinan menyusul Miya kedalam kelas.
Bel masuk berbunyi tidak lama kemudian, Kinan menatap malas gawainya yang kehabisan daya. Bisa-bisanya dia tidak men-cas nya semalam, karena tidak ada yang akan dilakukannya Kinan merebahkan kepalanya dimeja. Dia rindu dengan suasana kelas, dan tidak lupa Kinan juga rindu dengan suasana tidur dikelas.
"Pagi..."
Kinan dan Miya melirik Farel yang duduk didepan mereka, Miya hanya acuh. Sedangkan Kinan segera menegakkan badannya, "lo nga mau duduk bareng gue? Tiga taun sama Miya pendek ini nga bosen apa?"
"Heh tinja jono!! Lo nga usah hasut sahabat gue deh." Farel menggaruk tengkuk nya canggung, bukan kah dia sudah mengirim santet pada yang namanya jono. Kenapa orang itu masih bisa buang air besar?
"Aku duduk sama Miya aja, lebih baik buat jantung." Farel tersenyum menggoda membuat Kinan salah tingkah, Farel melirik para murid baru yang berbondong-bondong lari kelapangan.
"Gue males ikut baris, roftoop yuk."
Miya mengangguk setuju, tanpa meminta pendapat Kinan dua orang itu sepakat untuk menarik Kinan yang sedang malas-malasan. "Lho! Ini mau kemana?" Farel mengacak rambut pacar nya gemas, dia baru sadar kalau Kinan menggerai rambut panjangnya kali ini.
Sesampainya di roftoop Miya berseru heboh sambil membentangkan tangannya menikmati hembusan angin pagi, "karena kita yang paling tua disini. Fix! Tempat ini bakal jadi tempat pelarian gue kalau suntuk, gimana kalau kita bikin basecamp kayak abang kelas gitu?"
Kinan dan Farel memutar bola mata malas, mereka kasihan dengan Miya yang menjadi korban novel. Dia selalu saja meniru sebuah adegan yang baru saja dia baca, "ayo lah. Pasti seru, apalagi kalau kita bikin geng. Bwahahaha..."
Kinan dan Farel saling pandang, mereka tersenyum tipis melihat Miya yang tertawa membahana karena imajinasinya, meninggalkan Miya sendirian sepasang kekasih itu duduk diujung roftoop. "Ish, kalian ninggalin gue aja ya."
"Tumben rambutnya digerai?" Tanya Farel sambil memainkan rambut Kinan. "Pengen aja..." jawab Kinan seadanya.
Farel mengangguk, "gerai aja terus. Cantik soalnya," tawa miris keluar dari mulut kecil Miya. Gadis itu benar-benar tidak dianggap saat ini. Mengabaikan Miya yang menggila disamping Kinan, Farel masih setia mendengar jawaban kekasihnya itu.
"Nga ah, kata temen SD aku nga boleh digerai terus. Nanti orang liatin aku," senyum Farel luntur begitu saja. Wajahnya berubah masam saat Kinan membahas teman SD nya lagi. Miya yang tidak tau berseru kepo.
"Biarin aja , sekarang digerai aja terus ya."
Kinan menggeleng lucu, "kata dia nga boleh. Jadi aku harus nurut."
Farel berdecih sebal, wajahnya tertekuk karena menahan kesal. "Disini pacar lo dia atau gue sih?"
"Kamu." Kinan tertawa kecil melihat wajah Farel yang sangat lucu, Miya menggoyangkan lengan Kinan penasaran. Kinan hanya bilang kalau dia punya teman SD yang baik padanya dulu.
"Kalau gue harusnya lo patuh sama gue, bukan sama dia yang masih ada atau nga." Farel terdiam melihat wajah Kinan yang berubah muram seketika, dia dilanda rasa bersalah. Apa dia salah bicara? Haduh... besok-besok Farel tidak akan bercerocos lagi.
"Kinan... maaf ya... gue- gue nga maksud nyinggung temen lo."
Kinan mengangkat wajahnya, dia tersenyum tipis. "Terakhir kali aku dengar kabar dia pas kami kelas lima, dia ketabrak didepan kantor papa nya. Dan sekarang, aku masih berharap kalau dia hidup. Karena dia punya janji sama aku."
"Janji apa?" Tanya Miya dan Farel bersamaan, sejenak Kinan tertawa melihat wajah penasaran keduanya. Lihatlah alis kedua nya yang menyatu, "dia janji buat nikahin aku."
"Nga!!! Lo nga boleh nikah sama dia. Lo harus nikah sama gue."
"Tapi kan dia udah janji." Jawab Kinan dengan wajah polosnya, Farel tetap menggeleng tegas, "apapun itu aku tetap nga mau kalau kamu nikah sama dia."
Miya menguap malas melihat tingkah Farel, padahal dia sering melihat kelakuan Farel ini dinovel yang dibacanya. Sedangkan Kinan masih tertawa melihat kelakuan pacarnya, ututu gemasnya. Kinan beralih menatap hamparan langit biru yang menenangkan.
Aku harap kamu bahagia walau nga nikah sama aku-- batin Kinan meringis.
---
Sebagai orang budiman jangan lupa menghargai yah.
Semoga terhibur.
![](https://img.wattpad.com/cover/239337080-288-k180114.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer ( E N D )
Novela Juvenil"Reputasi gue taruhannya....." Kinan mendengus kesal, kenapa sih laki-laki ini??? "Nan, mau ya? Bantuin gue plisss... Lo satu-satunya orang yang gue punya." Kinan merotasikan matanya sebal , "oke!!! Tapi syarat nga ada acara gandeng-gandengannya...