TIGAPULUHTUJUH

322 23 1
                                    

---

"Lo seneng?"

Kinan mengangguk sambil menciprat kan air ke wajah Farel, mereka sudah bermain di pantai cukup lama. Farel menjulurkan tangannya agar Kinan menggenggam nya, "jalan yuk."

Dengan cepat Kinan menerima uluran itu dan berjalan disamping Farel, tadi gadis itu menerima banyak sekali pesan dari murid nya di Dojo dan para sensei yang berisikan kata selamat.

Mereka menyusuri pantai itu dengan diam, menikmati semilir angin yang menerpa wajah. Senyum Farel tak pernah luntur sambil memandangi wajah cantik milik Kinan, tiba-tiba dia membayangkan wajah cantik Kinan yang dirias dan memakai baju pengantin.

Memikirkan nya saja sudah membuat Farel gemas ingin cepat-cepat dewasa dan memiliki kerja, dengan begitu dia bisa manghalalkan Kinan dengan segera. Dia tidak mau kalau Kinan diambil oleh orang ditengah perjuangannya, "kita nikah yuk."

Kinan tertawa kecil, "ngaco kamu. Baru aja lulus udah main nikah aja."

Farel berhenti dan menghadap Kinan, bibirnya maju beberapa centi membuat kesan imut. "Gue takut lo pergi, kalau nunggu gede rasanya lama banget."

Kinan menepuk pundak Farel tiga kali, dia mengulas senyum lebar. "Yang harus kamu tau itu, kalau aku akan selalu cinta sama kamu. Sayang sama kamu, walau kita emang nga ditakdirkan bersama."

Farel menggeleng pelan, "takdir kita itu bersama."

Hati Kinan terenyuh, apa Farel tau kalau dia sangat susah hanya sekedar berdiri sekarang? Apalagi bersama? Hahaha... semuanya terasa mengambang oleh Kinan.

Farel tersenyum lebar dan kembali berjalan, Kinan memandang punggung itu dengan sorot sendu. Hal terakhir yang ingin dia lihat hanya wajah orang-orang tersayang nya, dan Kinan memiliki kesempatan bersama Farel dihari ini.

Perlahan-lahan pendangan Kinan mulai memburam, badan nya mulai limbung dengan kaki bergetar. Kepala nya bagai dihantam dengan palu dan ditusuk ribuan jarum, sakit sekali rasanya.

"Nan... buruan! Kok lo--"

Uhuk!!

"KINAN!!"

Farel menangkap tubuh Kinan yang tumbang, cairan merah kental menyembur dari mulut kekasihnya. Farel dilanda rasa panik, tidak ada siapa-siapa disekitar mereka. Napas nya mulai memburu, dia harus segera membawa Kinan kerumah sakit.

"Nan... lo harus sadar ya. Lo harus bisa bertahan sampai kita dirumah sakit."

Dengan tangan yang berlumuran darah, Kinan meraih wajah Farel dan mengusap nya pelan. Tanpa aba-aba air mata Farel meluncur begitu saja, dia berteriak meminta pertolongan. Farel memandang Kinan dipangkuannya yang sudah mulai menutup mata, "Nan... jangan tutup mata lo."

Tenggorokan Farel tercekat, dia mengangkat tubuh orang tersayang nya dan berlari dengan kencang kearah tempat mobil mereka, di perjalanan Farel merutuki dirinya karena jauh dari mobil.

"F-farel..."

Farel memandang Kinan dipangkuannya, dia terduduk di pasir pantai dengan mata yang berkaca-kaca, senyum hambar terpatri diwajahnya. Dia menangkup wajah Kinan yang bergelimang darah, "lo harus bertahan Nan..."

Kepala Farel tertunduk dalam, dia tidak kuat melihat wajah Kinan yang menahan sakit. "Sa-sakit Rel..."

"Mana yang sakit? Sini... beri tahu sama gue."

Suara serak Farel membuat Kinan tersenyum, dia mengusap wajah pacarnya itu dengan sayang. Kinan kembali terbatuk dengan mengeluarkan banyak darah, Farel tergugu dengan wajah memerah. Dia memeluk tubuh pacarnya erat, "gue sayang sama lo... Kinan..." ucap nya lirih.

Secret Admirer ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang