DUAPULUHTUJUH

112 12 0
                                    

---

Miya menatap sendu kursi Kinan yang kembali kosong, semenjak mereka kelas 12, Kinan sering sekali tidak hadir. Dalam tiap minggu pasti sahabat nya itu bisa berhalangan izin sampai tiga kali. Tentu saja Miya khawatir, karena kesibukan kelas akhir dia jarang bisa mengunjungi Kinan.

Tak jauh berbeda dengan Miya, Farel cenderung menjadi anak pendiam semenjak Kinan yang sering izin. Dia masih lancar berkomunikasi dengan pacarnya, tapi tentu saja dia ingin bertemu lamgsung. Setiap dia menghampiri Kinan kerumah, pasti Yani mengatakan kalau Kinan belum pulang. Berarti sebelumnya Kinan sekolah. Lantas kemana gadis itu?

"Rel, sepi gitu nga sih kalau nga ada Kinan? Pas dia sekolah aja anak nya lebih banyak diem, beda banget sama Kinan yang dua tahun lalu."

Farel mendengarkan curhatan Miya dengan saksama, mereka tengah menghabiskan istirahat di roftoop. Memang seperti rencana awal, roftoop adalah tempat berkumpul mereka sekarang. "Lo nga kangen Kinan apa?"

Farel terkekeh kecil, "ya kangen lah. Siapa lagi yang bakal ajak gue debat kalo nga dia? Siapa yang bakal gue posting kesehariannya kalo nga dia? Dia juga jarang senyum sekarang, seakan-akan kebahagiaannya baru aja direnggut."

Miya mengangguk lemah, menjalani hari-hari tanpa Kinan itu sungguh susah. Mereka kehilangan sosok periang itu, "Kinan lagi apa ya sekarang? Andaikan dia tau kalau kita lagi rindu sama dia."

"Aku lagi duduk dibelakang kalian."

WHAT!!!

Hampir saja Farel dan Miya terjun bebas dari gedung sekolah saat melihat kehadiran Kinan dibelakang mereka. Berusaha mencerna beberapa saat , keduanya saling lirik. Seakan tidak percaya kalau yang mereka lihat benar-benar Kinan, karena gemas dengan reaksi temannya yang terlalu berlebihan Kinan mencubit pipi keduanya.

"Ini aku... Kinan Laurencia Cantik sejagad Langit...."

Rasa terkejut yang dialami Miya seketika hilang, wajahnya berubah datar. "Sejak kapan lo narsis kek gitu?" Tanya nya tidak suka.

"Sejak pacaran sama Farel... hehe.." Miya memutar bola matanya malas. Seakan tersadar, Miya melompat sambil berteriak histeris, Kinan yang berjongkok sampai terduduk karena terkejut.

"KINAN!!! LO BENERAN KINAN SAHABAT GUE?"

"HUWA KINAN!! GUE KANGEN BANGET SAMA LO...!!"

Kinan langsung dipeluk begitu saja oleh Miya, membuat si empu yang tidak siap harus menahan rasa sakit dipunggungnya. Miya memeluk Kinan dengan gemas membuat mereka berguling-guling dilantai roftoop yang berdebu.

"Mi.. uhuk!! Ini kotor tau??" Kesal Kinan seraya melepaskan pelukan Miya yang membuatnya sesak. Miya menyengir tanpa dosa, gadis itu melirik pada Farel yang terdiam melihat mereka. Seakan mengerti kalau dua pasangan ini butuh waktu, Miya menepuk bahu Kinan dengan kuat.

"Gue bakal traktirin kalian makan, kita bolos aja. Apapun alasannya gue nga mau tau, kita harus bolos. Gue ke kantin dulu yah..." begitu Miya pergi mereka berdua dilanda keheningan.

Kinan tersenyum sendu melihat Farel yang memalingkan wajah darinya, Kinan tau kalau dirinya salah. Tapi dia tidak ingin kedua orang ini sampai tau masalahnya, "hai mas pacar. Nga kangen aku nih? Aku sih kangen banget. Kamu apa kabar? Kok makin ganteng?"

Farel yang diam seribu bahasa membuat Kinan terkekeh, lucu saja melihat Farel yang biasanya akan banyak omong tiba-tiba menjadi pendiam seperti ini. Kinan menarik pacarnya itu agar bisa dipeluk, setelahnya Kinan menyamankan dirinya dalam pelukan itu.

"Jangan banyak melamun, nanti pacar cantik nya diambil orang lho." Kinan menertawakan dirinya yang benar-benar ketularan Farel.

"Jangan tinggalin gue lagi," tangan kekar Farel melingkar dipinggang ramping Kinan. Gadis itu menepuk pelan bahu lebar Farel tiga kali, dia menyamankan posisinya lalu memejamkan mata. Kapan lagi bukan bisa tidur enak sambil dipeluk pacar?

Secret Admirer ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang