Ahaks! Masih ada kah yang nyimpan cerita ini? Ternyata aku ada kesempatan buat bikin Extra chap ini, semoga suka yah.
---
Semburat jingga menembus sela-sela jendela setiap rumah, burung-burung berkicau bagai paduan suara, bising jalan raya mulai terdengar. Kegiatan hari ini sudah dimulai, begitu pun seorang lelaki yang baru saja menapaki tanah airnya setelah 8 tahun lamanya menetap dinegara asing.
Bibirnya menyunggingkan senyum tipis dengan kacamata hitam yang bertengger manis dihidungnya, rambut berponi nya berantakan diterpa angin kencang. Tapi dia tetap santai membawa koper nya kearah mobil yang sudah menunggunya, "selamat datang tuan. Kami senang tuan sudah kembali."
Lelaki itu tersenyum lalu memeluk tubuh orang tua itu, mereka langsung pergi meninggalkan bandara.
---
"Hai... apa kabar?"
Seorang wanita cantik dengan dress putih nya berjongkok di depan sebuah puasara. Dia tidak sendiri, ada seorang anak laki-laki berumur sekitar 4 tahun, dan seorang lelaki dewasa. Wanita itu menghela napas menguatkan diri, walaupun sudah bertahun-tahun sahabatnya ini pergi, nyatanya dia tidak bisa berdamai dan merelakan kepergiannya.
"Nan, gue dateng lagi nih."
Miya menundukkan kepalanya, kemudian sebuah tangan mungil mengusap punggungnya. Miya tersenyum kecil pada anaknya, "selamat ulang tahun Nan. Udah 8 tahun yah, nga kerasa aja sekarang kita udah berumur 25 tahun."
Miya mengusap batu nisan sahabatnya yang sudah berdebu, dia mengusap air matanya dan kembali tersenyum. "Kita udah gede Nan, bahkan anak gue udah besar juga sekarang."
Semilir angin sepoi-sepoi mendatangi mereka, seakan memberi tahu kalau orang yang mereka datangi bahagia dengan kehadiran mereka. "Gue kangen lo, Kinan." Lirih nya dengan suara yang serak.
Sang suami dengan peka mengusap punggung istrinya, Miya tersenyum kalau dia kuat. "Lo pasti udah tau kan kalau bokap lo udah meninggal? Makam kalian berjajaran kok, kemarin gue nga sempet cerita ke lo padahal makam kalian sama tempat."
Miya terkekeh kecil, dia menuangkan sebotol air ke tanah yang ditumbuhi dengan beberapa rumput liar itu, tangan Miya mencabutinya dengan tenang. "Gue juga denger kabar kalau bang Theo bentar lagi bakal jadi ayah, lo pasti seneng kan?"
Miya menoleh pada anaknya, dia mengusap kepala anaknya lembut. "Andaikan dulu lo cerita sama gue kalau lo sakit Nan, gue pasti bakal jadi orang yang paling overprotektif sama lo. Selalu ingetin lo minum obat, memastiin kalau lo istirahat yang cukup. Gue bakal perhatiin setiap yang lo makan sehat atau nga, dan gue bakal selalu nemenin lo buat kemoterapi."
Miya mengepalkan tangannya dengan erat, "tapi lo nga cerita sama gue." Suaranya mengecil.
"Gue tau kok alasan lo nga mau bagi ini sama gue, karena lo tau kalau andaikan gue tau penyakit lo gue pasti bakal heboh dan repotin diri sendiri. Makanya lo diem aja biar nga repotin gue kan? Hahaha, lo emang sahabat terthe best."
Anak Miya ikut berjongkok seperti ibunya, dia meletakkan sebuket bunga diatas pusara Kinan lalu mengecup batu nisannya. "Tante yang bahagia disana, aku bakal jaga mama disini."
Miya memeluk anaknya, giliran Ilham yang berbicara. Lelaki itu berdeham pelan, "Nan. Makasih udah jagain Miya, karena selama berteman sama lo dia selalu fokus sama lo dan nga pernah kepikiran buat ngelirik cowo. Gue sejujurnya pengagum rahasia lo dulu, tapi gue malah kecantol sama temen lo yang bar-bar ini."
Miya memukul lengan Ilham gemas, lelaki itu tertawa kecil. "Lo pasti lagi kumpulkan disana, kita selalu doain dan nga pernah lupain lo kok. Bahkan kita masih suka mikirin pendapat lo kalau lagi diskusi, doain juga semoga keluarga gue lancar jaya yah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer ( E N D )
Fiksi Remaja"Reputasi gue taruhannya....." Kinan mendengus kesal, kenapa sih laki-laki ini??? "Nan, mau ya? Bantuin gue plisss... Lo satu-satunya orang yang gue punya." Kinan merotasikan matanya sebal , "oke!!! Tapi syarat nga ada acara gandeng-gandengannya...