---
"Apa sensei sedang jalan-jalan dengan dia?"
Kinan berdeham pelan, dia tersenyum tipis dan menundukkan kepalanya. "Sebelumnya saya minta maaf sensei, apa anda buta sampai menanyakan hal itu?"
"Ppftt-" Farel memalingkan wajahnya, tawanya hampir saja tersembur kalau Kinan tidak menginjak kakinya. Wajah Leo tampak mengeras, dia tersenyum miring. "Maaf kalau pertanyaan saya mengganggu privasi kalian, apa kita tidak bisa berbicara normal saat diluar ... Kinan?"
Kinan terdiam begitu Leo menyebut namanya langsung, ada sensasi aneh yang menjalar didadanya. Apalagi tatapan Leo yang tidak lepas darinya, Kinan menoleh pada Farel dan mengulum senyum saat melihat wajah masamnya.
"Saya tidak keberatan , sesuka anda."
"Tapi itu masih terkesan kaku, apa kita bisa memakai yang lebih biasa?"
Kinan mengetatkan rahangnya karena merasa sebal dengan Leo, dia tidak tau kalau lelaki yang tua dua tahun dari nya ini akan semenyebalkan ini. "Saya sudah bilang SESUKA ANDA saja..."
Farel kembali memalingkan wajahnya, dia bersorak senang karena Kinan yang secara terang-terangan sudah menolak Leo. Tapi Leo tidak menyerah begitu saja, dia masih tersenyum kala Kinan sudah menatap nya dengan kesal.
"Apa kamu mau berkunjung kerumah saya? Untuk makan malam sebagai teman?"
Kinan maju selangkah untuk menipiskan jaraknya, Farel melotot sebal. Apa Kinan bermaksud memanasi dirinya? "Saya tau aturan , dan karena saya masih anak pelajar. Saya rasa saya belum pantas bermain kerumah seorang lelaki tanpa orang tua saya."
Wajah ramah Leo seketika datar, dia ikut menipiskan jaraknya dengan Kinan, Farel kesal setengah mati. Dia segera berlari ketengah-tengah dua manusia itu dan menahan Kinan agar tidak terlalu dekat dengan Leo itu.
"Et et , jangan terlalu dekat. Ingat! Jaga jarak aman."
Leo mendesis kesal melihat Farel yang menjadi sekat dirinya dan Kinan, "jadi kamu menolak semua ajakan saya demi anak manja ini?"
Farel yang tidak terima refleks mendorong Leo kebelakang, matanya berkilat marah. Dirinya tidak terima dibilang seperti itu, walau kenyataannya dia memang sedikit merasa menjadi anak manja.
"Apa-apaan lo! Lo nga berhak bilang gue kek gitu!"
Leo tersenyum sinis, ternyata mudah saja memancing amarah anak remaja ini. Kinan menghembuskan napasnya pasrah, dia melirik Leo yang seperti hendak melayangkan sebuah pukulan. Mata Kinan membesar, dengan cepat dia menarik Farel agar berada dibelakangnya. Lalu tangannya maju untuk menangkis pukulan tersebut.
'Bugh
Leo terkejut dan segera menarik tangannya, dia merasa bersalah saat Kinan memberikan nya tatapan tidak mengenakkan. "Apa kau sudah melupakan aturan terpenting di Dojo sensei Leo yang terhormat?" Kinan mendesis tajam.
"Kita belajar bela diri bukan lah untuk ajang pamer atau melepas amarah, beladiri adalah bentuk pertahanan diri dari bahaya. Apa kau melupakan hal itu sensei?"
Leo mendengus kasar, dia beringsut mundur. Kali ini dirinya sudah benar-benar buruk dimata Kinan. Leo melempar tatapan permusuhan pada Farel yang sedang mengejeknya dibelakang Kinan, tanpa kata perpisahan Leo pergi darisana dengan perasaan dongkol.
"Huwa Kinan!!! Lo hero gue."
Kinan mencibir melihat Farel, "seharusnya kamu yang lindungin aku."
Terdiam. Farel terdiam sambil memainkan jarinya, dia akui dirinya memang payah dalam hal beladiri. Dia diasuh tanpa kekerasan dan tidak pernah diperlihatkan dengan hal berbau beladiri oleh keluarganya. Makanya dia tidak handal dalam bidang ini.
"Hei! Kamu sedih?"
Farel segera mengangkat wajahnya, "ah. Engga... gue nga sedih."
Wajah Kinan kembali datar, "seharusnya kamu sedih. Karena perkataan ku sudah merendahkan kamu sebagai laki-laki."
Farel menahan lengan Kinan, gadis itu menaikkan sebelah alisnya. Farel meneguk ludah nya susah payah, walau dengan ragu dia mendekat kearah Kinan. "G-gue mau belajar karate juga.... apa? Apa masih bisa?"
Kinan tersenyum sangat manis, tangannya terangkat menepuk kepala Farel pelan. "Bisa. Kalau kamu mau, kamu bisa latihan di Dojo."
Farel berseru senang, setelahnya dia segera menarik tangan Kinan mengajak gadisnya itu untuk berlari. Kinan menggelengkan kepalanya tak habis pikir, ternyata ada ya lelaki sejenis Farel ini.
---
Pelajaran olahraga baru saja selesai, Kinan dan Miya memilih makan dikelas karena suasana kantin yang ramai. Dengar-dengar , katanya ada siswi baru. Makanya kantin penuh karena ingin melihat siswi itu.
"Nga ngerti gue ama cowo. Cuma karena ada cewe baru sampe segitu sumpek nya kantin, nga gerah tuh cewe?"
Kinan mengedikkan bahunya, "nga tau. Mungkin iya."
Miya menggeleng tidak peduli, dia lanjut memakan martabak manisnya dengan begitu penghayatan.
Ting!
||Nanti siang kerumah papa.
Papa yang mintaKinan mendengus sebal. Dia tidak ingin membalas pesan yang sudah mengganggu acara makan siang nya ini.
Ting!
||Gue depan kelas lo
Kinan melotot tidak percaya, dengan segera dia berdiri dari kursinya dan berlari kedepan kelas. Dahi Miya berkerut heran, apa Kinan kebelet? Ntah lah! Lebih baik dia lanjut makan.
"Pulang."
Kinan melotot, "nga. Ini masih jam pelajaran, emang ini sekolah situ? Enak aja ajak orang pulang."
Kinan memandang resah murid-murid yang sudah berkumpul didekatnya, karena kehadiran lelaki ini dia harus menjadi topik pembicaraan saat ini. Jangan sampai Farel melihat ini.
"Udah gue izinin ke guru lo. Cepet pulang."
Kinan menggeleng, "nga mau. Mending kamu aja deh yang pulang, ganggu tau nga?"
Orang itu mendesis tidak suka, tapi dia berusaha menahan diri agar Kinan tidak kembali takut padanya. "Kinan... abang nga mau kamu kenapa-napa? Akhir-akhir ini abang susah kontrol emosi. Mending kamu nurut dan pulang sama abang."
Seluruh murid yang tidak terlalu jelas mendengar ucapan Gheo mulai berbisik-bisik, menerka apa hubungan Kinan dengan lelaki tampan itu.
"Emang ada apa si?" Gusar Kinan.
"Papa Kinan, beliau koma."
"Hah!!?" Tanpa ba bi bu lagi, Kinan segera masuk ke kelas dan mengemasi semua barangnya. Dia berpamitan pada Miya kalau ada urusan, Miya yang tidak tau kejadiannya hanya manggut-manggut tanpa bertanya. Sesampainya diluar Kinan berseru agar abangnya itu bergegas.
Gheo yang hendak menggandeng tangan adiknya hanya tersenyum tipis, bahkan Kinan sudah mendahuluinya. Setelah kepergian Kinan dan Gheo, barulah Farel melewati koridor itu dengan sekantong nasi goreng. Dia akan memberikannya pada Kinan, karena tadi pagi gadis itu tidak sarapan.
Begitu memasuki kelas, Farel bingung karena tidak menemukan pacarnya.
"Woi Miya pendek, Kinan mana?"
Miya mendelik sebal, "pulang. Ada urusan katanya."
"Lho, ngapain?"
"Nga tau gue, tunggu Kinan cerita aja."
Farel menatap kursi Kinan yang kosong dengan sendu, baiklah nanti dia akan menanyakan langsung pada gadis itu.
---
Hai teman.... sebagai orang budiman jangan lupa menghargai ya...🙌Semoga terhibur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer ( E N D )
Ficção Adolescente"Reputasi gue taruhannya....." Kinan mendengus kesal, kenapa sih laki-laki ini??? "Nan, mau ya? Bantuin gue plisss... Lo satu-satunya orang yang gue punya." Kinan merotasikan matanya sebal , "oke!!! Tapi syarat nga ada acara gandeng-gandengannya...