---
"Lo mundur dari media sosial ya?"
"Nga tuh, cuma mengurangi."
Kinan memperhatikan sekelompok adik kelas yang sudah resmi menjadi murid SMA itu dengan wajah datar, dia risih saat mereka terang-terangan menatapnya aneh. Apalagi mereka yang menunjuk-nunjuk dirinya, Kinan berdeham pelan membuat mereka seketika malu.
"Itu cowo liatin lo terus." Miya menoleh pada Farel, lelaki itu menunjuk seorang pria yang sedang duduk dimeja paling ujung kantin. Miya mendengkus, "tau ah. Dia aneh banget, deket-deketin gue terus."
"Kali aja dia suka sama lo," celetuk Farel sambil terkikik. Miya menekuk wajahnya, beberapa hari ini dia memang selalu diikuti oleh lelaki itu, bukannya dia berspekulasi sendiri tapi memang itu kenyataannya. Sering mengurung diri dikelas membuat Miya tidak tau siapa lelaki itu.
"Dia Ilham, anak Ipa 2."
"Kok lo bisa tau?" Farel mengangkat bahunya acuh, "dia suka main ke gym tempat gue biasanya latihan. Jadi kenal gitu deh," awalnya Miya sedikit takjub. Tapi saat menoleh lagi kebelakang gadis itu kembali menekuk wajahnya, dia tidak suka lelaki berkaca mata.
"Berotot nga dada nya? Em.. kalo nga perut dia ada sawahnya nga?" Farel mendekatkan mulutnya ke telinga Miya. "Dia ikut muai thay."
"Daebak!! " sorak Miya pelan. Dia tidak menyangka cowo yang berpenampilan culun itu kuat juga, diam-diam Miya melirik lagi kearah belakang. Dia tersenyum malu-malu saat cowo itu tersenyum padanya, "gila Rel. Dia senyumin gue."
Farel berdecak, mengaduk kuah sotonya lalu menggelengkan kepala pelan. "Tadi aja nga suka gitu, sekarang klepek-klepek. Aneh lo."
Miya mengabaikan ucapan Farel, dia sibuk memikirkan cowo itu dengan badan kekarnya. Aduh! Miya kamu masih kecil, tapi pikirannya udah kemana-mana. Saat Farel asik menikmati makan siang nya, tiba-tiba Kinan berdiri dengan raut seperti menahan sakit.
"Mau kemana?" Farel berdiri dengan raut khawatirnya, dia berpindah tempat disamping Kinan, mengusap wajah kekasihnya itu dengan lembut. "Lo kenapa? Ada yang sakit?"
Kinan menggeleng pelan dengan senyum yang terlihat amat dipaksakan, tiba-tiba Farel teringat dengan cerita masa lalu Kinan. Dimana gadis itu yang juga merasakan sakit saat itu, "ada yang lo pikirin? Sakit banget nga?"
Miya ikut berdiri disamping Kinan, memegang bahu sahabatnya itu dengan perasaan cemas. "A-aku nga papa. Mungkin aku cuma lagi banyak pikiran aja..."
"Mau ke uks buat istirahat?" Mereka mulai meninggalkan kantin membuat seluruh murid heboh, mereka berseru histeris menginginkan posisi Kinan. Sesampainya dikelas, Kinan menolak untuk dibawa ke uks. Gadis itu malah menghubungi seseorang , Farel setia disisi Kinan. Dia benar-benar cemas sekarang.
"Aku pulang aja ya.... aku juga kurang enak badan nih."
"Gue anter." Kinan menahan lengan Farel, gadis itu memberi isyarat pada Farel agar mendekat padanya lagi. "Nga usah... aku udah bilang ke Bang Gheo kok, bentar lagi dia sampe."
"Nan... nanti pulang sekolah gue kerumah lo ya. Gue khawatir banget." Kinan mengangguk sembari tersenyum, meyakinkan Miya kalau dia baik-baik saja. Sedangkan Farel yang melihat gelagat aneh kekasihnya itu hanya bisa menghela napas pelan, dia merasa ada yanh disembunyikan oleh Kinan.
"Kalau ada apa-apa jangan lupa kabarin ya?" Kinan tertawa kecil melihat raut menyedihkan milik Farel, kenapa mereka berdua memperlakukan diri nya layaknya anak kecil. Miya izin keluar karena ada panggilan alam, alhasil tinggal lah Kinan dan Farel didalam kelas bersama beberapa murid yang membawa bekal.
"Lo beneran nga papa Nan? Lo nga sembunyiin sesuatu kan?"
Kinan hanya tersenyum, tidak menggeleng maupun mengangguk. Dia meraih leher Farel kemudian memeluk nya dengan erat, Farel terdiam kaku ditempatnya.
Satu menit tidak bereaksi, Farel benar-benar kaget. Sejak berpacaran mereka hanya sekedar berpegangan tangan dan saling rangkul. Mereka tidak pernah berpelukan seperti sebelum pacaran, sontak perlakuan Kinan tentu saja membuat Farel terkejut.
"Segitu kaget nya hm, aku cuma pengen aja."
"Jangan dilepas." Farel mengeratkan pelukan mereka saat Kinan ingin mengurainya, Kinan tersenyum tipis. Dia akan menurutinya, dia tidak ingin menyia-nyiakan momen. Farel masih nyaman dengan pelukan itu, dia tidak menghiraukan teman sekelasnya yang sudah mencerocos tidak jelas.
"Kamu selalu jaga kesehatan yah.. jangan sakit."
"Lo kenapa sih Nan?"
"Aku nga papa, kamu janji harus jadi cowo kuat biar bisa lawan Leo oke?"
Farel mengangguk saja, entah kenapa dia merasa aneh dengan ucapan Kinan. Gadis nya ini berbicara seakan-akan mereka akan berpisah, tak lama setelah itu ponsel Kinan berdering.
"Abang udah nyampe," dengan sigap Farel membawakan tas Kinan. Diluar kelas mereka bertemu Miya, langsung saja sahabatnya itu ikut mengantar kedepan sekolah.
"Aku pulang ya... rajin-rajin belajarnya."
Farel tersenyum tipis, entahlah. Dia benar-benar merasa Kinan akan pergi setelah ini. Begitu Kinan masuk kedalam mobil, Farel langsung pergi begitu saja meninggalkan kerutan di dahi Miya. Kenapa lelaki itu aneh sekali?
---
Dirumah sakit
Kinan menatap nanar sebuah kertas yang menampilkan hasil pemeriksaannya, dia menunduk dalam guna menyembunyikan rasa sesak di dadanya. Apa ini pertanda kalau dia akan segera mati? Oh ayolah Kinan masih ingin hidup. Setidak nya sampai dia bisa menemukan orang yang cocok untuk Farel.
"Abang tau kamu kuat, buktinya kamu masih bisa bertahan sampai sekarang."
"Tapi ini gimana bang?" Tanya Kinan dengan suara yang lirih. Gheo mendekap adiknya dengan erat, "kita jalani aja dulu ya."
"Abang yakin aku bisa sembuh?"
Gheo menangkup wajah pucat Kinan, sejenak dia tertegun karena baru menyadari perubahan yang terjadi pada adiknya. Kemudian dia memaksakan senyumnya, "abang selalu yakin bahwa keajaiban itu ada."
Setelahnya Kinan bisa tersenyum lagi, kini dia punya orang untuk tempat berbagi nya, setidaknya Kinan punya orang yang menguatkan. Tidak seperti dulu, saat dia lebih memilih lari dan pasrah.
"Siang sensei Kinan."
"Lho, Leo?"
Leo tersenyum menawan melihat Kinan yang tidak formal padanya, dia meneliti gadis itu. Dahinya berkerut saat melihat Kinan yang masih memakai seragam, kenapa sensei cantik ini kemari?
"Ada apa sensei kemari?"
Demi menutupi masalahnya, Kinan memilih tidak menjawab. "Kamu sendiri ngapain kesini?" Leo mengulas senyum tipis, mengabaikan pertanyaan nya tadi karena Kinan yang bertanya dengan baik padanya.
"Saya ngunjungin papa yang kebetulan dokter disini."
Kinan tertawa canggung sambil melirik abangnya meminta pertolongan, Gheo menatap orang yang dia tebak seumuran dengan nya ini. "Kami pamit dulu, permisi."
Leo mempersilahkan Kinan pergi dengan Gheo begitu saja, setelah punggung Kinan menghilang senyum nya ikut luntur digantikan oleh seringaian miring. Tentu saja dia tau apa alasan Kinan kesini, karena dia tadi melihat Kinan yang keluar dari ruangan papa nya.
"Masih muda, cantik pula. Tapi penyakitan, " monolog nya dengan tawa mengejek. Seakan mempunyai permainan baru, Leo segera menghampiri papa nya sambil memikirkan cara mendekati Kinan lagi.
---
Pagi bestie... sekarang hari penerimaan raport kan? Ditempat aku sih sekarang. Semangat ya... semoga hasilnya memuaskan.Jangan bosen sama cerita aku ya, sebagai orang budiman jangan lupa menghargai.
Semoga terhibur.
![](https://img.wattpad.com/cover/239337080-288-k180114.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer ( E N D )
Teen Fiction"Reputasi gue taruhannya....." Kinan mendengus kesal, kenapa sih laki-laki ini??? "Nan, mau ya? Bantuin gue plisss... Lo satu-satunya orang yang gue punya." Kinan merotasikan matanya sebal , "oke!!! Tapi syarat nga ada acara gandeng-gandengannya...