---
Semilir angin menerpa wajah gadis itu, mata nya memandang kosong kearah danau yang sudah jarang dia kunjungi. Dia kesini hendak menjernihkan pikiran, tapi dia malah melihat kilasan kenangan bersama mendiang mamanya.
Kinan terduduk dirumput dengan mata terpejam, bibir nya kering dan wajah nya tirus. Sebuah topi kupluk berwarna hitam melekat dikepala nya, sebuah kejadian dirumah sakit membuat nya sedih berkepanjangan. Kepala Kinan tertunduk dalam, dia sangat sedih.
"Lo aneh."
Kinan mengangkat kepala nya dan tersentak kala menyadari kalau dia tidak sendirian disini, Kinan ingin berdiri tapi orang itu menekan pundak nya agar kembali duduk, Kinan menurut saja dan kembali menatap air danau yang tenang.
"Lo yakin kalau make wig bakal bisa nipu temen-temen lo?"
Tiyan mengusap bahu Kinan , dia tersenyum tipis melihat reaksi teman nya itu yang sangat terkejut. Kinan menoleh padanya, Tiyan melempar senyum lebar agar menenangkan temannya ini.
"Gue sih heran kenapa lo mau nutupin hal ini dari pacar dan sahabat lo, apa lo nga percaya sama mereka?"
Kinan menggeleng kecil, "aku nga mau bikin mereka khawatir."
Tiyan mengangguk paham tapi kemudian kembali menatap Kinan, dia meringis melihat Kinan yang tampak mengerikan dengan wajah pucatnya. "Gue nga tau apa reaksi mereka kalau tau lo rahasia in hal sebesar ini, tapi, gue tau lo punya alasan lebih dari ini."
Tanpa diduga oleh Tiyan, sosok Kinan yang selalu dia lihat bersemangat dan melempar energi positif itu kini menangis di bahu nya. Dengan sigap Tiyan memeluk nya dan mengusap punggung temannya ini, walau mereka tidak sedekat itu tapi Tiyan sudah menganggap Kinan orang spesial dalam hidupnya.
Dulu dia sempat menaruh perasaan pada Kinan, tapi dia di dahului oleh Farel. Demi menjaga pertemanan nya Tiyan merelakan perasaan nya dan menganggap Kinan sebagai keluarganya.
"Aku udah putus asa Yan...." lirih Kinan mengembalikan kesadaran Tiyan.
"Aku udah cape... hiks."
Rasa nyeri menjalar di dada Tiyan saat mendengarnya, apa arti nya Kinan sudah menyerah pada takdir?
"Aku udah capai semua yang ingin aku raih, aku udah puas dengan bertahan sampai sekarang. Hiks, tapi sekarang.... aku udah cape dan mau nyerah."
Tiyan merenggangkan pelukan mereka dan menangkup wajah Kinan, wajahnya mengeras karena Kinan yang benar-benar mau menyerah. Dia hendak berucap kembali tapi batal, Tiyan memilih untuk tetap memeluk Kinan. Dengan begini dia bisa merasakan suhu tubuh Kinan yang sangat dingin, "lo kalau kesepian bisa hubungin gue. Lo lupa kalau punya temen disini?"
Kinan menggeleng kecil, "aku nga lupa. Cuma aku nga mau bikin kamu repot."
Tiyan mendengus kasar, terus saja tidak mau merepotkan atau membuat orang khawatir. Nanti kalau gadis ini kenapa-napa bagaimana? Huh! Tiyan benci dengan keputusan Kinan.
"Jadi tujuan lo bertahan sampai sekarang biar bisa nyelesein sekolah?"
Kinan mengangguk. "Ujian udah selesai dan tinggal nunggu kelulusan, apa lo bisa bertahan sampai hari kelulusan itu Nan?"
"Nga tau." Cicit Kinan mengundang decakan gemas dari Tiyan, lelaki itu melepaskan topi kupluk milik Kinan dan tercengang melihat kepala gadis itu yang sudah plontos. Dia segera memakaikannya lagi karena Kinan yang kembali menangis, "segitu buruk nya efek samping kemoterapi ya. Rambut coklat lo sampe hilang begini."
"Tiyan cerewet." Tiyan terkekeh kecil, dia berbaring di rumput itu dengan Kinan yang masih memeluk nya, demi apa Tiyan serasa mempunyai adik sekarang. Dia mengelus bahu Kinan lembut, susah sekali rasanya memaparkan sebuah fakta yang mungkin Kinan nga tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer ( E N D )
Teen Fiction"Reputasi gue taruhannya....." Kinan mendengus kesal, kenapa sih laki-laki ini??? "Nan, mau ya? Bantuin gue plisss... Lo satu-satunya orang yang gue punya." Kinan merotasikan matanya sebal , "oke!!! Tapi syarat nga ada acara gandeng-gandengannya...