SEPULUH

240 17 0
                                    

---

Ribut kelas IPA pagi ini membuat seorang Farel merasa jengkel, dia menggebrak mejanya agar orang-orang paham kalau dia terganggu. Untung saja hal itu berguna, beberapa dari mereka mulai diam.

Farel kembali merebahkan kepalanya keatas meja, dia melirik meja diseberang nya yang kosong. Hanya ada Miya disana, kemana Kinan?

Farel segera mengangkat kepalanya , dia menghampiri Miya yang tampak sedang membaca novel online di ponselnya.
"Miya!"

"Eh bude!"

Farel menutup mulutnya , dia tidak kuasa menahan tawa saat melihat wajah Miya yang kesal. Tanpa meminta ijin Farel duduk dibangku Kinan, dia menopang dagu dan memperhatikan wajah Miya yang cuek padanya.

Bisa-bisanya dua sahabat ini selalu mengacuhkannya, "ih! Kok Farel liatin Miya jelek itu ya?"

"Jangan-jangan Miya pake pelet kali."

"Seharusnya Farel kemeja gue , bukan kesana."

Miya menoleh pada Farel yang masih memperhatikannya , dirinya sangat jengkel mendengar bisikan itu. "Lo ngapain sih disini? Pengang telinga gue denger suara fans lo."

Farel ikut melirik pada kumpulan siswi meja depan , hanya sekedar melirik. Lalu dia kembali pada Miya , "biarin aja. Biarin mereka ngomong sampe berbusa mulut nya."

Miya memutar bola matanya malas , apa sekarang dia harus ikut terjebak dalam dunia Farel. Oh tidak! Dia tidak ingin zona amannya diganggu.

"Tujuan lo kesini ngapain? Jangan ganggu gue."

Farel mengangkat kepalanya , laki-laki itu berdehem pelan. "Temen lo kemana?"

"Kinan maksud lo?"

Farel mengangguk pelan , "gue juga nga tau. Dia nga pernah absen kek gini , tadi gue udah telfon tapi ponsel nya mati."

Wajah Farel tertekuk masam , dia kira Miya akan tau dimana Kinan. Dengan langkah lesu , Farel kembali kebangkunya.

"Napa lo? Habis diputusin pacar lagi?"

Farel menggeleng pelan , dia merebahkan kepala nya kemeja lagi. Dia sedang malas untuk berbicara pada sejenis manusia sekarang.

---

Kinan menatap hamparan sawah dari belakang rumah orangtuanya dengan sorot datar , dia benci menginjakkan kaki lagi kesini. Ingin sekali dia lari , tapi yang ada dirinya malah dimarahi.

"Kinan..."

Kinan hanya diam , dia tau siapa orang yang sekarang duduk disamping kirinya. "Kata bang Theo kemarin lo lari pas liat kita? Kenapa? Lo nga mau ketemu kita?"

Kinan mendecih , dia menoleh pada orang itu dengan tatapan tajam. "Kau tau jawabannya."

Tidak sudi rasanya Kinan untuk memakai kata 'Abang' pada mereka , dia sudah melupakan mereka. Jangan salahkan Kinan yang lupa , salahkan mereka yang pergi begitu saja meninggalkannya.

"Nan.... Gue , gue minta maaf. G-gue be--- argh!!"

Tiba-tiba orang itu menarik Kinan dengan kencang membuat Kinan menubruk dadanya, Kinan meringis pelan. Lantas dia terdiam merasakan badan orang itu yang bergetar , dirinya dipeluk begitu kuat.

"A-abang nyesel Nan , abang cuma frustasi. Makanya abang limpahin semua nya ke kamu , itu bikin abang jadi lebih baik."

Kinan tertawa miris , dia memukul punggung orang itu dengan pela. "Tapi abang salah , abang selama ini salah. Kamu.... Kamu adalah orang yang paling luka disini."

Tanpa bisa dicegah lagi , air mata Kinan luruh begitu saja. Dia benci dengan dirinya yang terlalu lemah , "maafin abang dek."

Kinan melepas pelukan itu , dia menghapus sisa air mata diwajah orang itu. Dengan sekuat tenaga , gadis itu memberikan senyumannya yang sangat terpaksa.

"Dari dulu Kinan nga pernah marah sama kalian. Kinan selalu yakin , kalau mama meninggal emang karena Kinan , jadi...."

Kinan menarik napas dalam , dia berdiri.
".... Kalian nga perlu merasa bersalah." Kemudian Kinan keluar dari sana , saat membuka pintu dia bertemu dengan laki-laki lain yang memiliki wajah sama. Dengan kata lain dia memiliki abang kembar , laki-laki itu tersenyum padanya.

"Kinan... Makan yuk."

"Kinan nga laper."

Dua laki-laki itu memandang kepergian adik mereka dengan nanar , ini semua memang salah mereka.

---

Miya M.P

Kinan! Lo dimana?

Aku dirumah. Kenapa?

Farel nanyain lo. Kesel gue
digibahin fans dia.

Kinan tertawa kecil , dia terbayang bagai mana tekuk masam wajah Miya , karena gadis itu tidak biasa dibicarakan seperti itu.

Gadis itu memandang kamar nya ini yang sudah lama tidak dia kunjungi , terlalu banyak kenangan disini, membuat Kinan sesak sendiri.

Dirasa tidak kuat berlama-lama , Kinan berlari keluar rumah melewati kedua abang nya dan papanya. Tentu saja mereka mencegah Kinan pergi , tapi gadis itu tetap nekat untuk pergi.

"Hah..." Kinan menumpu seluruh badannya pada lutut , ternyata dia sudah berlari sangat jauh. Gadis itu melanjutkan perjalanannya dengan langkah santai , dia akan pergi ke Dojo , sekedar melepas penat.

Gedung kebanggaan Kinan itu telah didepan mata , baru saja dia hendak masuk tiba-tiba....

"KINAN!!!! "

'Bruk!

---

Semoga menghibur.

Secret Admirer ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang