|Selamat membaca|
Sebagai kakak tertua Bima yang mengendarai mobil. Hari semakin larut sudah menunjukan pukul setengah 11 malam. Jalanan yang semakin ramai bila malam semakin larut. Aca asik dengan memakan bakso bakarnya sambil melihat keluar jendela menikmati suasana malam ini.
Dikursi belakang Alkana duduk diapit oleh Aldo dan Cakra. Telihat wajah tegang dari Alkana. Ia lebih berharap dibawa pulang kerumahnya dan menerima kemarahan daddynya dibanding bertemu dengan Juna. Saat ini Alkana hanya bisa terdiam menunduk menatap pahanya sendiri.
"Hmm bang Alka mau bakso aku?" tawar Aca.
Alkana mendongkakan kepalanya menatap Aca sebentar, lalu menunduk lagi, "Aca aja yang makan." balas Alkana.
"Abang Alka kenapa?" heran Aca.
"Biasalah lah Ca mau dimarahin papa Juna." jawab Aldo.
"Abang Alka buat salah apa?"
"Balapan Ca, kalau ditegur daddy nggak mempan dia. Mending papa juna aja."
"Lo bisa diam nggak sih Do?!" sentak Alkana.
"Gitu cara ngomong sama gua Alka?!"
"Ya maaf, lo bikin kesel."
"Awas lo nggak sopan lagi sama gua!"
"Hmm."
"Yang bener jawabnya Alkana!"
"Iya Aldo iya."
"Nih adik kakak berantem mulu deh." ucap Cakra.
"Yee kayak lo akur aja sama bg bima." balas Alkana.
"Lo aja nggak tau, gua sama bg bima akur akur aja tuh. Nggak pernah berantem kaya lo berdua."
"Iyain deh ya sipaling akur."
"Iya dong."
"Kalau gua kasih tau semuanya habis juga lo berdua dimarahin papa juna." sinis Alkana.
"Apaan sii?! Gue sama bg--
"Bisa diam nggak?! Kalian mau gua turunin disini hah?!" sentak Bima.
"Eh sorry." balas Alkana.
Hubungan saudara tidak akan lepas dari yang namanya konflik. Ada yang berbeda pendapat yang menyebabkan satu sama lain bertengkar. Benar yang dilontarkan Alkana tadi hubungan Bima dan Cakra juga tidak jauh jauh dari bertengkar. Bima dengan keras kepalanya dan Cakra yang enggan selalu menuruti perintah sang kakak.
Tapi adik kakak ini saling menutupi segala permasalahan diantara keduanya dari semua orang termasuk Juna sang papa. Bima dan Cakra akan berusaha untuk cepat menyelesaikan permasalahn mereka sebelum Juna mengetahuinya. Entah apa yang akan diperbuat Juna jika mengetahui kedua anak lelakinya sering adu tonjok.
Tidak terasa sekarang mereka telah sampai didepan pintu besar kediaman Juna. Bima mengandeng tangan Aca diikuti saudara laki laki yang lain. Setibanya didalam rumah, Juna tengah asik menontom tayangan berita politik luar negeri dengan santai tanpa mempedulikan kehadiran anak dan ponakannya.
"Pa maaf kami pulang larut." ujar Bima lalu menghampiri Juna dan hendak menyalami tangan papanya ini diikuti Aca disampingnya.
Tapi sebelum mendekat Juna sudah mengibaskan tangannya seakan menyuruh keduanya untuk menjauh, "Bawa Aca kekamarnya, Bima." dingin Juna.
"Baik." balas Bima dengan terpaksa mengurungkan niat awalnya dan mengandeng Aca meninggalkan ruang tengah.
Setelah kepergian Bima dan Aca, ketiga pemuda ini mencoba mundur perlahan menjaga jarak dengan Juna. Takutnya tiba tiba Juna melayangkan bogemannya tepat diwajah mereka satu satu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Salsabila🌻
Ficțiune adolescențiAku yang selalu saja berada lingkup keluarga yang bisa dibilang toxic. Papa yang selalu mengurungku dalam rantai yang diciptakannya. Semua kegiatan yang akan aku lakukan harus seizin papa dulu. Aturannya yang begitu banyak menuntutku harus tunduk d...