Selamat membaca.💚
Malam ini sungguh sekali lagi menjadi malam yang suram bagi Aca. Setelah menghadapi kemarahan sang papa sekarang Aca juga harus menerima teguran dari Bima.
Sekarang jam menunjukkan sekitar jam jam 8. Aca harus segera menyelesaikan masalah hari ini.
Dengan perlahan Aca berjalan menuju kamarnya Bima. Aca mengadahkan kedua telapak tanganya. Terasa sangat perih dikedua tangannya ini. Pukulan yang dilayangkan Juna tidak main main.
Kalau terlalu dibiarkan lama lama luka ini akan infeksi. Aca yakin nanti Bima akan mengobati lukanya. Memang tidak parah, tetapi ini sungguh menyakitkan dikedua telapak tangannya terdapat 2 garis panjang yang memar.
Aca menetralkan pernafasannya lalu mengetuk pintu kamar Bima.
Tok..
Tok.."Masuk." balas Bima dari dalam.
Perlahan Aca membuka pintu lalu memasuki kamar seorang Bima. Kamar yang bernuansa gelap ini tambah membuat Aca ketakutan.
Dinding kamar yang dicat dengan warna abu abu. Semua barang didalam kamar ini berwarna gelap.
Aca tidak melihat ada Bima didalam kamar ini, "Aba-ng di-mana?" tanya Aca.
"Ruangan belajar." jawab Bima.
Aca tergesa gesa berjalan keruangan yang dimaksud oleh Bima tadi.
Sesampainya diruangan belajar, Bima terlihat sibuk duduk di kursi kebesaraannya. Meletakkan laptopnya dimeja besar didepan Bima.
"Abang." panggil Aca.
Bima menatap sebentar sang adik yang berdiri didepannya, "Kenapa?" tanya Bima dingin.
"Aku mi-nta maaf bg." lirih Aca.
"Apa hukuman papa?"
"Pukul pa-ke ro-tan bg." gugup Aca.
"Dipukul dimana?"
Menjawab pertanyaan Bima, lalu Aca mengadahkan kedua telapak tangannya sambil menundukkan kepalanya.
"Berapa kali?"
"4x tergantung kesalahan aku."
"Bagus." balas Bima lalu tersenyum tipis seakan akan mengejek keadaan Aca saat ini.
Mendengar penuturan Bima membuat Aca semakin menundukan kepalanya. Aca sudah membanyangkan bagaimana ekspesi wajah Bima saat ini.
Aca masih diam dengan posisinya saat ini. Bima juga begitu masih fokus pada pekerjaan tanpa menghiraukan kehadiran Aca
Bima memberi sedikit hukuman pada Aca seperti berdiri sampai dimana Bima puas dan dapat melihat wajah kelelahan sang adik.
Sekitar 10 menit Aca sudah berdiri dengan keadaan yang memprihatikan. Kedua tanganya yang masih sakit belum lagi lehernya yang sudah mulai kebas karna terlalu lama menunduk.
"Aba----
"Abang nggak izinin kamu ngomong! Tunggu pekerjaan abang selesai!" tegas Bima.
Aca hanya bisa megganguk pasrah saat ini. Bima dalam mode serius fokus pada pekerjaan.
Sungguh Aca capek, Bima yang masih belum memberi hukuman pada Aca. Aca ingin semua perihal hukuman ini cepat selesai dan Aca bisa tidur sekarang.
Bima menutup laptopnya dan menatap tajam Aca yang berdiri didepan, "Ngapain kamu kesini?!" sentak Bima.
"A-bang, Aku min-ta maaf soal kejadian tadi sore." lirih Aca.
"Oh oke."
Aca mendongkakan kepalanya menatap langsung mata Bima, "Abang maafin Aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Salsabila🌻
Teen FictionAku yang selalu saja berada lingkup keluarga yang bisa dibilang toxic. Papa yang selalu mengurungku dalam rantai yang diciptakannya. Semua kegiatan yang akan aku lakukan harus seizin papa dulu. Aturannya yang begitu banyak menuntutku harus tunduk d...