Setelah kepergian Sultan Bima beserta adik cowonya yang lain kembali masuk kedalam rumah. Dengan wajah yang masih belum bersahabat yang ditunjukan oleh Bima membuat para adiknya enggan bertanya perihal tadi. Mencoba menjaga suasana tetap membaik dan membiarkan Bima tenang sedikit baru lah nanti mereka mencoba berdiskusi lagi. Bima berjalan ke lemari pendingin dan mengambil minuman soda lalu membawanya ke meja makan. Duduk dengan tenang sambil sesekali meneguk minuman sodanya, Bima bisa dikatakan sangat jarang meminum minuman bersoda karna katanya pahit menurut Bima. Tapi pandangan siang ini Bima tenang meminum minumannya, Cakra juga tidak berani menegur sang abang saat ini.
Ada perasaan kesal yang dirasakan Cakra saat ini karena Cakra yang biasanya akan menyimpan minuman ini, ia yang menyediakan minuman bersoda ini dikulkas. Cakra pecinta minuman soda dan liatlah minuman favoritnya yang tadi hanya bersisa satu di kulkas telah diminum Bima. Cakra tidak punya keberanian untuk menegur abangnya ini, walau sekalipun ini minuman favoritnya telah diminum, Cakra tidak mau menanggung resiko dengan menegur Bima, yang ditakutkan Cakra yaitu bisa jadi Bima akan menyerangnya dengan kaleng minuman soda itu. Lebih baik mencari aman saja sekarang daripada membuat masalah lebih besar dengan abang tertuanya itu.
Cukup terdiam beberapa menit barulah Bima mengatkan sesuatu untuk segera di diskusikan oleh semua, "Sultan kesini mau ngomong sama papa untuk mungkin lebih mengikat Aca."
"Ya lo jangan langsung emosi dong, kan tadi dia juga ngomong tidak dalam waktu dekat ini kan. Lo denger dulu penjelasannya, jangan apa apa emosi dulu bang." ucap Cakra.
"Gimana gua gak emosi gila aja dia mau ngelamar adek gua. Apa dia gak mikir dulu sih anjing! Aca tuh seumuran adiknya, yakali gua bakal lepasin adek gua secepat itu."
"Gak ada yang ngelamar Aca bang, dia cuma mau ngobrol sama papa kan. Dia juga bilang bukan untuk melamar Aca, mungkin 2 3 tahun lagi. Jangan suka menyimpulkan sendiri. Lo kira gua juga bakal setuju gitu lepasin Aca buat dia. Aca Sma aja belum tamat ya kali bang papa bakal izinin begitu aja. Lo tau kan papa kayak gimana. Biarin dulu aja, biarin papa yang ambil keputusan gimana kedepannya."
"Pokoknya awas aja Sultan itu ketemu gua besok!"
"Serah, susah ngomong sama lo. Gak bisa dikasih tau."
"Gua tanya emang lo mau adek lo didekatin cowo gitu?!" sentak Bima.
"Gak mau lah, ya kali anjing. Gua susah susah ngejaga dia. Tapi kalo untuk saat ini jangan dulu, Aca masih kecil gua gak ikhlas dia kenal lelaki dulu."
"Yaudah lebih kita jaga!" tegas Bima.
"Iyaa dong, gua bakal ikut. Aca adek gua juga kali bang. Awas aja ada sembarangan orang ngedeketin dia." ucap Aldo.
"Gua juga sama sih bang, cuma Aca yang paham gimana perasaan gua. Secarakan nasib kita kan sama." balas Alkana.
"Ngomong apa sih lo?" balas Cakra.
"Ya ituu deh."
"Oh iyaa bang, gua liat liat tuh orang tadi perawakannya baik deh. Segala pake baju kokoh. Trus sopan sih penyampaiannya juga tegas gak menye menye gitu." ucap Aldo mengawali topik baru sebelum abangnya juga mulai membahas hal yang tidak berguna.
"Ha betul gua tadi juga mikir gitu deh, lo kenal dia bang?" tanya Cakra.
"Gua gak kenal dia juga sih, ada kemarin gua ketemu dia minta acc acara dia gitu. Dah habis tuh gua gatau lagi."
"Apa kita cari biodata lengkap dia bang?" saran Aldo.
"Boleh tuh, serahin aja ke gua. Gampang itu mah." sombong Alkana. Dan ya Alkana sangat hebat dibidang IT ia bisa dengan gampang mengunakan laptopnya untuk dapat memperoleh keuntungan tertentu.
"Iyaaa tuh, bang Alka dalam hal beginian bisa tuh." ucap Aldo yag sedari dulu sudah mengetahui kemampuan abangnya ini.
"Lah sejak kapan lo bisa kaya gitu deh Alka? Bisa jadi hacker juga ya lo." ucap Cakra.
"Gua juga gatau sejak kapannya deh, gua suka aja ngacak ngacak isi laptop." jawab Alkana.
"Wah kerjaan kita bakal lebih mudah deh." ucap Bima.
"Iyaa dong kalo ada gua." dan ya kembali Alkana membanggakan dirinya.
"Untuk kali ini gua gak bisa deh ngatain lo, emang udah dalam bidang lo ini."
"Haha hargai gua dong Cak,"
"Ngelunjak lo."
"Oh iyaa bang Bima, nama lengkap dia siapa?"
"Duh gua gatau juga sih namanya lengka dia siapa, tapi setahu gua namanya Sultan. Ntar gua tanyain deh nama lengkap dia ke teman gua. Nanti gua kabarin ke lo. Makasii sebelumnya ya Alka."
"Halaahhh kayak sama siapa deh lo bang, Aca juga adik gua."
"Formalitas doang deh."
"Hehe okedehh."
"Masalah ini kasih tau papa, bang. Jangan sampai tau dari orang lain." ucap Cakra.
.
.
.
Sedangkan Aca didalam kamar masih memikirkan maksud dan tujuan abang dari temannya kerumah. Niatnya tadi Aca hanya ingin bertanya apakah Aisyah temanya juga ikut, Aca ingin bermain ataupun sedekar bercerita pada Aisyah. Tapi belum sempat mendapatkan jawaban Aca sudah dibungkam terlebih dahulu oleh abangnya. Entah apa yang membuat Bima marah pikir Aca.
Ingin keluar kamar guna untuk bertanya dengan abangnya masalah apa yang terjadi, tapi Aca masih belum berani untuk keluar kamar. Masih sedikit takut dengan amarah Bima. Menunggu diizinkan oleh Bima untuk keluar dari kamar. Menghindari perdebatan yang akan terjadi diantara ia dan kedua abangnya.
Biarlah suasana rumah tenang terlebih dahulu baru lah Aca akan menemui abangnya, lebih baik sekarang Aca merebahkan badannya untuk segera beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salsabila🌻
Ficção AdolescenteAku yang selalu saja berada lingkup keluarga yang bisa dibilang toxic. Papa yang selalu mengurungku dalam rantai yang diciptakannya. Semua kegiatan yang akan aku lakukan harus seizin papa dulu. Aturannya yang begitu banyak menuntutku harus tunduk d...